MENINGGALKAN NODA Pada ADIKKU

“Al,” sapa Beatrice ketika melihat Alina mulai mengerjapkan matanya.

“Eughhh …,” Alina menggerakkan tubuhnya yang terasa tidak nyaman.

Perlahan ia melihat ke sekeliling dan mulai menyadari kalau ia berada di dalam ruang perawatan sebuah rumah sakit. Alina yang tersadar langsung memegang perutnya dan kembali teringat apa yang terjadi padanya sebelum ini.

“Grandma, bayiku?” tanya Alina sambil memegang perutnya.

Beatrice tersenyum kemudian menggenggam tangan Alina, “Ia masih ada di dalam sana. Ia adalah anak yang kuat, sayang.”

Alina tak dapat membendung perasaannya, hingga air mata mulai mengalir di pipinya. Ia sangat takut jika sampai kehilangan janinnya. Saat ini, hanya janin itulah keluarganya. Ia tak memiliki siapa-siapa lagi di dekatnya.

“Sepertinya kamu terlalu semangat bekerja, hingga akhirnya kamu kelelahan. Seharusnya kamu juga menjaga kesehatanmu, Al,” pesan Beatrice.

“Hmm, maafkan aku Grandma … aku tahu aku salah. Lain kali aku tak akan mengulanginya,” kata Alina.

“Grandma tahu kamu tak akan mengulanginya lagi, apalagi melakukan sesuatu yang akan membahayakan dirimu dan anakmu. Sekarang beristirahatlah.”

“Aku ingin pulang dan beristirahat di rumah saja, Grandma. Aku tidak nyaman berada di sini,” kata Alina. Sebenarnya bukan karena suasana rumah sakit yang membuat Alina merasa tidak nyaman, tapi lebih karena biaya yang harus ia keluarkan jika terlalu lama berada di rumah sakit. Ia harus menghemat untuk biaya persalinannya nanti.

“Coba Grandma tanyakan dulu pada dokter. Jika kondisimu memungkinkan, kita akan pulang.”

“Thank you, Grandma.”

Beatrice mengusap rambut Alina. Ia sangat senang berada di dekat Alina. Ia seperti memiliki seorang cucu perempuan. Setiap kali melihat Alina, ia selalu teringat pada sahabatnya, Noa.

Beatrice keluar dari ruangan tersebut dan pergi menemui perawat di meja depan. Dokter pasti sudah berpesan pada mereka, apakah Alina bisa dibawa pulang atau tidak.

Setelah mendapat persetujuan dokter, Beatrice menghubungi Carlos untuk menjemput dirinya serta Alina. Agak sulit menemukan taksi online di sana karena para penduduk lebih memilih membuka toko.

“Kamu sudah boleh pulang, sayang. Grandma juga sudah menghubungi Carlos. Ia akan menjemput kita,” kata Beatrice.

“Terima kasih, Grandma.'

“Aku menyayangimu, sayang. Aku menyayangimu sama seperti aku menyayangi cucuku sendiri,” bisik Beatrice.

Carlos datang sekitar tiga puluh menit kemudian. Pria itu terlihat sangat bahagia serta penuh semangat. Selain karena kondisi Alina yang baik baik saja sekarang dan akan segera pulang, juga karena ia berhasil mendapatkan kerjasama untuk penyediaan susu ke sebuah perusahaan.

**

Sudah tiga hari sejak operasi yang dilakukan pada Logan, pria itu terlihat sangat sehat, seperti tak ada yang terjadi pada dirinya. Namun hal yang berbeda terlihat pada Flo. Wanita itu masih terlihat lemas dan lemah. Tubuhnya seakan tak bertenaga, hingga ia lebih banyak tidur.

“Dad pulang dan beristirahatlah, aku yang akan menjaganya di sini,” ujar Logan.

Darius menautkan kedua alisnya, “benarkah? Kamu yakin? Kamu sendiri juga belum pulih benar, Log.”

“Ya pulanglah. Aku tak ingin Dad sakit karena terus-terusan berjaga di sini. Aku sudah tidak apa-apa,” kata Logan.

Darius masih tak percaya, tapi ia juga ingin Logan berada dekat dengan Flo. Ia menoleh sekali lagi sebelum melangkah keluar dari ruangan tersebut dan meninggalkan Logan dan Flo.

Setelah memastikan Dad Darius keluar dari ruangan tersebut, Logan duduk tepat di samping brankar yang ditempati oleh Flo.

“Mom, cepatlah pulih. Kita pulang bersama,” kata Logan.

Tak sampai lima menit, mata Flo terbuka dan ia melihat Logan di sampingnya. Pria itu memegang tangannya dan menatap dirinya tanpa berkedip.

“Maaf,” Flo berusaha menarik tangannya dari pegangan Logan. Ia takut di dalam ketidaksadarannya telah menarik tangan Logan dan membuat putranya itu tak nyaman.

Tapi ternyata Logan menahan tangannya dan terus menggenggamnya. Hal itu membuat Flo sedikit bingung.

“Mom.”

Tiba-tiba saja hati Flo menghangat saat mendengar satu kata yang diucapkan oleh Logan. Ia menatap Logan tak percaya, bahkan berusaha mencari keyakinan akan hal itu.

“Terima kasih. Cepatlah pulih, Mom.”

“Logan?”

Flo tak dapat melukiskan perasaannya saat ini. Rasanya ia ingin sekali bangkit dan langsung memeluk putranya itu dan tak melepaskannya lagi.

Logan tersenyum dan kini benar-benar berada dekat dengan Flo. Ia menggenggam tangan Flo dengan erat tapi tak menyakiti.

“Aku minta maaf atas semua yang kulakukan, yang pastinya sangat menyakitimu. Ijinkan aku memulai semuanya dari awal.”

“Log.”

“Bolehkah aku memelukmu, Mom?” tanya Logan.

Flo tak percaya tapi ia juga merasakan kebahagaiaan yang luar biasa. Ia tersenyum dengan sangat tulus kemudian menganggukkan kepalanya. Hal itu membuat Logan langsung berdiri dan memberikan pelukan pada Flo yang sedang berbaring.

“Mom, cepatlah pulih. Gunakan seluruh tenagamu untuk memarahi dan menghukum putra nakalmu ini,” bisik Logan yang membuat Flo tersenyum.

Dengan sebelah tangannya yang tak diinfus, Flo mengusap punggung Logan. Ia seperti baru menyentuh putranya itu untuk pertama kalinya. Logan sendiri merasakan kehangatan dan kasih sayang lagi untuknya dari seorang Mommy.

“Mommy sangat menyayangimu, bagaimana mungkin Mommy akan memarahi dan menghukummu,” kata Flo.

Mommy pasti akan memarahi dan menghukumku jika mengetahui bagaimana aku memperlakukan adikku. Bahkan aku tak bisa memaafkan diriku sendiri. - batin Logan.

**

Satu minggu, satu bulan, dua bulan berlalu …

Hubungan antara Logan dan Flo semakin hari semakin baik. Logan seperti hidup kembali setelah memiliki Flo. Kelembutan dan ketulusan, serta kehangatan yang diberikan oleh Flo, membuat Logan semakin merasakan kebaikan hati Mommy kandungnya itu.

Hanya saja setiap hari, Logan semakin sering melihat Flo termenung seorang diri. Logan menghela nafasnya pelan. Ia tahu bahwa saat ini Mom Flo pasti memikirkan tentang Alina.

Jangan pernah membicarakan tentang Alina di depan Mommymu. Dad tak ingin mengingatkannya, tapi Dad tetap melakukan pencarian. - begitulah pesan Dad Darius pada Logan.

“Sepertinya sudah saatnya aku kembali mencarinya juga,” gumam Logan.

Logan mengambil ponsel di dalam sakunya dan ingin berusaha menghubungi Vin. Namun belum sempat ia menghubungi, ia mendengar isak tangis.

“Mom?!” Logan berlari mendekat ke arah Flo dan langsung memegang kedua bahu wanita yang telah melahirkannya itu.

“Ada apa? Mengapa menangis?” tanya Logan.

“Mommy merindukannya, Log. Mommy merindukan Alina. Ia adalah harta berharga bagi Mommy. Dia yang selalu menemani Mommy saat Mommy kesepian, hanya dia … tapi di mana dia sekarang?” Flo menutup wajah dengan kedua tangannya.

“Apa mungkin dia bertemu dengan Daddynya?” tanya Logan.

🌹🌹🌹