Bening gadis tompel dijodohkan dengan Bayu, pria tampan dan kaya dengan imbalan uang untuk pengobatan sang ibu yang mengalami gangguan mental.
Perjodohan yang tidak biasa karena yang menjodohkan Bening adalah Naura istri Bayu sendiri. Tentu Bayu menolak dengan tegas permintaan Naura istrinya. Wanita cantik yang profesinya sebagai artis terkenal.
Sementara Bening sebenarnya gadis manis tetapi wajahnya tompel tentu bukan selera Bayu.
"Kamu sudah gila Ra! Mana ada istri yang rela menjodohkan suaminya dengan wanita lain?!"
"Mas... tolong, dengan kamu menikahi Bening, jika aku syuting film ke luar negeri kamu ada yang mengurus."
Bayu terpaksa menikahi Bening, tetapi hanya demi menyenangkan hati Naura. Bayu bingung, apa tujuan Naura memaksa dirinya menikahi Bening. Ketika Bayu tanya alasan Naura tidak memuaskan.
Lalu apa yang akan terjadi setelah pernikahan Bening dengan Bayu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Bayu..." Seorang wanita cantik yang sudah duduk di restoran, melihat siapa yang datang seketika berdiri lalu berjabat tangan. Wanita itu lantas menatap Bening di sebelah Bayu menyembunyikan rasa terkejutnya.
"Kamu Sit. Suami kamu kemana?" Tanya Bayu mencari sosok suami Sita tidak berada di sampingnya.
"Oh, lagi ke toilet Bay." Jawab Sita lalu kembali menatap Bening.
"Kenalkan Sit, ini istri saya," Kata Bayu, tanpa ragu lagi. Rupanya pria itu sudah siap menunjukan istri keduanya ke publik.
"Oh..." Pipi Sita mengembung, karena bertambah kaget. Dalam hatinya bertanya-tanya kemana Naura? Mengapa istri sahabatnya sudah ganti.
"Bening" Ucap Bening, tanganya terlulur ke arah Sita. Menyadarkan Sita dari lamunan.
"Oh, saya Sita" Sita tersenyum menyambut tangan Bening, lalu mengajak Bening duduk. Sita lantas memesan makanan tidak mau ikut campur urusan sahabat sekaligus tetangganya itu.
"Mau pesan sekalian Bay?" Tanya Sita.
"Biar istriku saja yang pesan," Tolak Bayu tersenyum menoleh Bening. Wajah Bening memerah karena dipanggil istri di depan orang. Itu artinya, Bayu sudah tidak malu lagi mempunyai istri seperti dirinya.
Bening ambil kertas di atas meja lalu memesan makan siang yang Bayu suka, tentu ia memesan menu yang sama. Bening pura-pura tidak tahu jika Sita memperhatikan dirinya, apa lagi jika bukan fokus dengan tompel di pipinya.
Tetapi Bening masa bodo dengan orang-orang yang jijik melihat wajahnya. Seperti seisi mall yang dia lewati, termasuk orang yang sedang di restoran saat ini. Tetapi Bening senang jika Bayu sudah menerima dirinya apa adanya. Hanya tinggal menunggu tanggal mainnya menunjukkan siapa dirinya. Tidak Bening sadari ia tersenyum sendiri.
"Kenapa kamu senyum-senyum Ning?" Tanya Bayu melihat istrinya dengan dahi berkerut. Tetapi Bayu senang, istrinya itu tidak memperdulikan penghinaan orang-orang akan kekurangannya.
"Tidak apa-apa."
"Hai... rupanya ada reonian disini?" Gurau pria seusia Bayu duduk di samping Sita, sudah pasti dia suami Sita.
"Tidak sengaja Wil, ketemu istrimu disini," Jawab Bayu.
"Loe ajak pembantu? Memang bini loe yang cantik jelita itu kemana, Bay?" Wildan menatap Bening.
"Aaagghh..." Seru Wildan, karena tangan istrinya itu meremas kuat pahanya. Agar tidak berbicara sembarang. Bayu dengan Bening sampai terkejut dibuatnya.
"Ini istri gue," Bayu merangkul pundak Bening, tanpa ragu lagi.
"Oh, maaf," Sesal suami Sita, menatap Bening, karena maaf itu ditujukan kepadanya.
"Tidak apa-apa Kak, sudah biasa saya diperlakukan orang seperti ini," Bening tersenyum kecut. Ke empat orang itu tidak ada lagi yang bicara.
Bayu rasanya ingin membawa Bening menjauh dari tempat itu, bukan malu karena wajah Bening, tetapi ternyata begini perlakuan orang-orang diluar. Bayu menarik napas berat, kala ingat dua minggu yang lalu dirinya pun memperlakukan Bening dengan tidak punya perasaan.
Sita adalah sahabat Bayu, dulu mereka teman SMA, dan saat ini pun bertetangga. Sita bisa tinggal berdekatan dengan Bayu, karena Bayu yang memberi tahu jika ada rumah dijual di kompleks dimana Bayu tinggal.
Tidak lama kemudian makan siang pun dihidangkan oleh pelayan, mereka makan bersama. Namun, mereka masing-masing menjaga ucapan terlebih Sita. Sekretaris disalah satu perusahaan itu malu kepada Bening akan ucapan suaminya.
Walaupun Sita tahu, suaminya itu memang slenge-an, ceplas ceplos tetapi sebenarnya baik.
"Gua duluan ya," Kata Bayu setelah selesai makan dan membayar nota yang totalnya 500 ribu untuk 4 orang.
"Nggak barengan saja Bay," Sita mencairkan suasana tegang.
"Mau belanja dulu kami," Jawab Bayu sambil berlalu menggandeng Bening ke toko ponsel.
"Kamu pilih yang mana?" Tanya Bayu ketika mereka tiba di toko. Bening memang tidak menolak, karena handphone adalah kebutuhan. Bisa menghubungi siapapun dengan cepat, apalagi Bayu akan pergi jauh.
"Yang ini saja," Bening ambil handphone yang harganya 1juta.
"Hehehe kamu ini," Bayu mengembalikan handphone harga 1 juta tersebut menukarnya dengan yang harga 5 juta. Tanpa berunding memberikan kepada penjaga konter.
"Jangan yang mahal-mahal, yang penting kan bisa dipakai," Bening menyesal, uang 5 juta itu gaji dia selama tiga bulan.
"Sudah... ayo," Bayu mengajak Bening ke toko pakaian, melihat-lihat deretan gaun muslim yang harganya level artis itu membuat mata Bening melebar kala meneliti bandrol.
"Kok malah bengong? Ayo dipilih," Bayu tahu pasti Bening tidak mau memilih karena harganya lumayan mahal. Akhirnya Bayu sendiri yang ambil beberapa.
"Mahal banget Bang, mendingan beli ke pasar," Tolak Bening. Pasalnya harga satu baju di tempat itu jika ia belikan di pasar tradisional, mendapat 4. Tidak mendengarkan kata-kata Bening, Bayu pun ke kasir.
"Bang"
"Heemm..."
"Apa Mbak Naura nanti tidak akan marah, kalau tahu Abang membelikan aku barang-barang ini," Kata Bening ketika Wawan sudah menjemput mereka di depan mall, mobil pun jalan ke arah rumah. Tersirat kekhawatiran di wajah Bening.
"Dia itu bajunya sudah tidak bisa dihitung lagi Ning, kamu kan tahu pakaian dia sampai nyampah di rumah," Bayu geleng-geleng kepala, mengingat Naura suka koleksi pakaian tetapi tidak dipakai.
"Iya sih, baju yang dikasih ke aku itu masih bagus-bagus Bang," Tutur Bening, ingat ketika Naura memberikan pakaian bekas untuknya satu lemari penuh.
"Jangan dipakai... pakaian itu kan tidak cocok untuk kamu," Kilah Bayu. Padahal hatinya tidak rela jika Bening mengenakan pakaian bekas. Apa lagi bekas itu milik Naura. Dengan kepolosanya, Bening tidak merasakan bahwa dirinya dijatuhkan harga dirinya oleh Naura.
"Sayang kan Bang kalau tidak dipakai," Bening menjelaskan, lagi pula pakaian bekas Naura ia pakai di rumah saja.
"Oh iya, Abang ingat nggak, waktu aku pertama kali menginap di rumah Abang, terus pakai pakaian Mbak Naura," Bening tersenyum.
"Hahahaha..." Bayu terbahak-bahak. Dipeluknya Bening di sampingnya, ia ingat ketika Bening dia sangka Naura, kemudian memeluk dari belakang.
"Ning, kalau Naura sudah tiba nanti kalian yang akur ya," Bayu tentu tidak ingin kedua istrinya ada yang saling menyakiti.
"Semoga Bang," Lirih Bening. Mereka pun tiba di rumah, Bening segera membereskan barang belanjaan, sementara Bayu merakit handphone Bening yang baru saja mereka beli.
Malam harinya, di dalam kamar yang hanya diterangi lampu remang-remang. Sepinya malam itu hanya terdengar de*ah dua insan yang sedang memadu kasih. Bayu tidak melewatkan kesempatan malam itu sebelum esok akan pergi.
Keesokan harinya.
"Bang... kalau sudah tiba disana, segera beri kabar aku ya," Mata Bening mengembun kala sedang menata pakaian Bayu ke dalam koper.
"Iya..." Bayu menjawab pendek lalu ke bawah diikuti Bening yang akan mengantarkan ke bandara.
Di dalam mobil pikiran Bening berkelana, beberapa hari ini dia boleh bersenang-senang bersama Bayu. Tetapi jika Naura sudah tiba di Jakarta, entah apa yang akan ia hadapi.
Bening tidak mau berpikir negatif tentang Naura, toh yang memberikan Bayu untuknya adalah Naura sendiri, tetapi pikiran buruk itu datang dengan sendirinya.
"Hati-hati di rumah ya, jangan terlalu lelah," Pesan Bayu mengejutkan Bening, ternyata mereka sudah tiba di bandara.
...~Bersambung~...
sabar ya nak
seperti namamu bening hatimu pun bening.
kasian bening ibu nya sakit.
koreksi