NovelToon NovelToon
USTADZ GALAK

USTADZ GALAK

Status: tamat
Genre:Tamat / Pernikahan Kilat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Terpaksa Menikahi Murid / Suami ideal
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

Kalau nggak suka, skip saja! Jangan kasih bintang satu! Please! 🙏🙏

Gara-gara sebuah insiden yang membuatnya hampir celaka, Syahla dilarang keluarganya untuk kuliah di Ibukota. Padahal, kuliah di universitas itu adalah impiannya selama ini.

Setelah merayu keluarganya sambil menangis setiap hari, mereka akhirnya mengizinkan dengan satu syarat: Syahla harus menikah!

"Nggak mungkin Syahla menikah Bah! Memangnya siapa yang mau menikahi Syahla?"

"Ada kok," Abah menunjuk pada seorang laki-laki yang duduk di ruang tamu. "Dia orangnya,"

"Ustadz Amar?" Syahla membelalakkan mata. "Menikah sama Ustadz galak itu? Nggak mau!"

Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah pernikahan mereka akan baik-baik saja?

Nantikan kelanjutannya ya🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Kak Anne Hamil

"Pagi," Syahla menyapa Anggika dengan ceria. Sambil melangkah masuk ke dalam kelas yang sudah lumayan ramai, pandangannya tertuju pada teman-temannya yang tampak sibuk di depan ponsel masing-masing.

"Ada apa?" Syahla langsung menempatkan dirinya di sebelah bangku Anggika. "Ada tugas kah dari pak dosen?"

Anggika menggelengkan kepalanya sambil menunjukkan sebuah foto hasil screenshot. "Ada yang nyebar di grup kampus kalau Kak Anne hamil,"

"Kak Anne?" Syahla terbelalak. "Kak Anne yang itu?"

"Iya," Anggika menganggukkan kepalanya. "Kak Anne yang jambak-jambakan sama Lo."

Syahla terperangah. "Sebentar deh. Berita ini fakta atau hoax? Zaman sekarang kan berita bisa digoreng begitu saja,"

"Kalau menurut info sih ada yang lihat Kak Anne ke poli kandungan. Cuma untuk kebenarannya belum tahu. Ckckck. Netizen tuh emang nggak ada kerjaan ya? Kenapa sih harus ngurusin hidup orang lain?"

Syahla menganggukkan kepalanya setuju. Manusia memang terlalu kepo dengan urusan manusia lain.

"Eh, Lo udah buka link yang dishare sama Persma belum?"

Syahla menggelengkan kepalanya. Dia hanya melihat link itu sekilas tadi. "Memangnya itu link apa?"

"Ini tuh link file majalah kampus dalam versi revisi. Dan, di versi yang ini ada nama Lo!"

"Serius?" Syahla buru-buru membuka handphone dan mengeklik link yang dimaksud. Benar saja, link itu berisi file PDF majalah kampus yang sudah direvisi, dimana nama panjangnya sudah tercantum sebagai penulis artikel Kisah Tokoh. Meskipun mungkin yang mengunduh majalah dalam versi file ini hanya segelintir orang saja, Syahla merasa lega karena karyanya diakui.

...----------------...

Setelah jam pertama selesai, Syahla bergegas menuju ruang Persma. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk bertemu Kak Anne. Urusan artikel itu sudah selesai, dan sekarang dia ingin meminta maaf atas kejadian waktu itu.

Sesampainya di sana, bukannya bertemu dengan Kak Anne, Syahla malah bertemu Kak Rama. Kedatangan Syahla membuat Kak Rama tergopoh-gopoh menghampiri.

"Dek Lala, Lu serius mau keluar dari organisasi? Gua kaget banget waktu kemarin Lo nelpon dan bilang begitu,"

Syahla menjawab dengan menganggukkan kepalanya. "Iya Kak,"

"Kenapa?"

"Ee.. Saya cuma merasa kurang cocok berada di sini Kak,"

Kak Rama menghela napas panjang. "Gua sudah dengar ceritanya dari yang lain. Lu kemarin berantem sama Anne kan? Setelah Gua cek lagi, ternyata Anne yang ngaku-ngaku kalau artikel itu hasil tulisan dia, padahal sebenarnya Lu yang nulis. Gua minta maaf karena nggak memperhatikan itu. Gua juga sudah mengunggah ulang majalah itu dalam versi file dengan nama Lu sebagai penulisnya."

Syahla tersenyum. "Iya Kak, saya sudah lihat. Tapi keputusan Saya masih sama dengan yang saya katakan di telepon kemarin. Saya kesini juga cuma mau ketemu sama Kak Anne,"

"Lo mau minta Anne tanggungjawab soal artikel itu?"

"Bukan," geleng Syahla. "Saya cuma mau minta maaf, dan kalau bisa ingin ikut membantu Kak Anne membantah hoax yang beredar."

"Hoax? Hoax apa?"

"Memangnya Kak Rama belum dengar? Kak Anne difitnah hamil, dan berita itu sudah menyebar di grup kampus."

"Oh," Syahla mengernyitkan dahinya melihat ekspresi Kak Rama yang terlihat biasa saja. "Itu bukan hoax, Dek Lala. Tapi fakta."

Mata Syahla terbelalak. "Memangnya Kak Rama punya buktinya?"

"Hal seperti itu nggak perlu dibuktikan, Dek Lala. Sudah kelihatan dari orangnya. Anne itu memang anak nggak bener, jadi wajar kalau dia seperti itu."

Syahla menggelengkan kepala tidak mengerti. "Bukannya Kak Rama lagi pedekate sama Kak Anne? Kenapa Kak Rama bilang begitu?"

"Pedekate? Siapa yang berani-beraninya bilang begitu? Gua sama Anne nggak pernah ada hubungan apapun, La. Mungkin dia doang yang baper. Sudahlah, kita nggak usah bahas Anne. Sekarang, Gua mau Lu pertimbangkan lagi niat Lu keluar dari Persma. Gua akui kinerja Lu bagus, dan Gua janji kejadian waktu itu nggak akan terulang lagi."

Syahla menghindari tangan Kak Rama yang hampir menyentuh pundaknya. "Maaf Kak. Tapi keputusan saya sudah bulat. Saya memilih fokus pada studi saya saja,"

"Loh, justru organisasi ini akan membantu studi Lu, Dek Lala."

Syahla dengan tegas menggelengkan kepalanya. "Maaf Kak. Pengalaman saya selama satu bulan di sini sudah lebih dari cukup. Terimakasih karena sudah membimbing saya selama ini,"

Setelah berkata begitu, Syahla menganggukkan kepala singkat sebagai isyarat berpamitan dan melangkah pergi dari ruangan itu. Seiring langkahnya menjauh, ada rasa lega yang perlahan mengisi hatinya.

...----------------...

Sementara di ruang dosen, Ustadz Amar tampak menekuri tabletnya dengan serius. Dia memang memutuskan membeli tablet baru setelah Syahla sering menggunakan laptopnya akhir-akhir ini. Dia tidak ingin pekerjaannya terganggu, tapi juga tidak mau Syahla kesulitan saat akan mengerjakan tugas.

"Pagi menjelang siang Pak Amar, mau kopi?" Seorang wanita dengan rambut panjang dikuncir kuda menghampiri mejanya. Itu adalah Bu Yesi, dosen muda dari jurusan biologi. Sejak Ustadz Amar masuk ke kampus ini, Bu Yesi sudah terang-terangan menunjukkan ketertarikan padanya.

Ustadz Amar memundurkan badannya demi menghindari bau parfum Bu Yesi yang menyengat. Kalau kata rekan sesama dosennya, parfum Bu Yesi bisa menyembuhkan pasien yang hidungnya mampet karena baunya menusuk seperti aromaterapi. Waktu itu Ustadz Amar hanya tertawa dan menganggap kalau omongan itu hanya lelucon semata, tapi sekarang dia sadar kalau perkataan itu benar adanya.

"Tidak usah Bu, saya puasa." jawab Ustadz Amar sambil tersenyum sopan.

"Oh, ya ampun. Maaf ya Pak," Bu Yesi mengambil kembali gelas kopi yang semula ia letakkan di atas meja Ustadz Amar. "Sebenarnya saya juga mau puasa, tapi sekarang lagi datang bulan."

Ustadz Amar hanya tersenyum canggung, sementara Bu Yesi tampak tersenyum malu-malu.

"Idaman banget sih," ujar Bu Yesi sambil melangkah kembali ke mejanya sendiri.

Ustadz Amar menarik napas panjang setelah kepergian wanita berbau aromaterapi itu. Dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menahan napas, dan baru sekarang ia bisa mengambil udara segar banyak-banyak.

"Cie, cie, sikat Pak Amar!" Goda Pak Teguh yang mejanya berada di sampingnya. Ustadz Amar mengangkat jari manisnya yang dilingkari cincin perak.

"Saya sudah nikah!"

"Nggak papa atuh, buat istri kedua!" Pak Teguh cekikikan.

"Ngawur!" Ustadz Amar berkata tegas dan kembali menekuri layar tabletnya.

Ting!

Suara notifikasi pesan masuk membuat fokus Ustadz Amar terhenti. Ia segera mengetuk layar handphonenya untuk membuka pesan.

Istri Kecil: 'Sudah lihat majalah yang versi revisi belum?'

Ustadz Amar tersenyum sumringah. Ia mengetikkan kata 'sudah' dan menekan emoticon jempol sebagai pesan balasan pada sang istri.

Pikiran Ustadz Amar kemudian kembali di hari saat Syahla masih dirawat di rumah sakit. Setelah mendengar cerita lengkap dari Anggika, Ustadz Amar bergegas pergi ke kampus. Ia langsung masuk begitu saja ke ruangan Persma untuk menemui sang ketua.

Kak Rama tentu sangat terkejut karena kedatangan tamu yang tidak ia duga. Lalu tanpa banyak bicara, Ustadz Amar menunjukkan sebuah file di handphonenya.

"Ini adalah naskah asli yang ditulis Syahla dengan mengorbankan waktu makan dan tidur selama seminggu terakhir. Kalau kamu memang ketua yang baik, urus ini dengan benar. Sebutkan nomor hapemu, biar saya kirim langsung."

Meski masih bingung, Kak Rama menyebutkan dua belas digit nomor handphonenya yang langsung disimpan oleh Ustadz Amar.

"Filenya sudah dikirim. Pelajari dan beri tindakan yang tepat. Kalau kamu tidak mampu, saya akan menghadap ke rektor langsung untuk membubarkan organisasi kamu."

Kak Rama segera membuka file itu. Setelah membacanya dengan seksama, ia menolehkan kepalanya pada para anggota di belakangnya.

"An, Lo bilang kalau Syahla cuma bantu sedikit kan?"

Ustadz Amar mengalihkan pandangannya pada mahasiswi yang penampilannya terlihat sangat berantakan. Rambutnya yang panjang terlihat acak-acakan, dan pakaiannya terlihat kusut dengan bekas cakaran di wajahnya.

"Gue—"

"Jawab yang bener, An!" bentak Kak Rama membuat gadis itu terperanjat kaget.

"Kok Lo marah sih, Ram? Ini kan salah Lo! Kenapa Lo limpahin tugas Gue ke anak baru belagu itu? Gue kan begini karena mau ngasih dia pelajaran!"

"Ya nggak gitu juga caranya, An! Itu namanya Lo nyolong karya orang!"

"Tapi kan, Gue—"

"Saya nggak mau dengar drama kalian berdua," ujar Ustadz Amar dingin. "Yang jelas, saya ingin masalah ini diselesaikan secepat mungkin. Saya nggak mau kalian merugikan orang yang saya sayangi. Saya beri waktu dua hari, dan kalau masih tidak ada tindakan, saya pastikan ruangan ini akan ditutup selamanya."

Berkat ancamannya itulah, hari ini Ustadz Amar melihat nama Syahla Nafisa terpampang sebagai penulis artikel di majalah kampus bulan ini, meski hanya pada versi file saja. Ustadz Amar kemudian mencetak tiga halaman artikel hasil tulisan sang istri dengan printer kantor. Dengan hati-hati, Ustadz Amar memasukkan lembar demi lembar kertas itu ke dalam map album yang ia simpan di atas meja kerjanya.

1
Samih Nurmala
kiraiin qobiltu nikaha hahahahaha
Sri Astuty
met sore. novel sangat bagus
Fitri Riyani
Luar biasa
karyaku
hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk
Emai
JD penasaran. suami syahla kerjanya apa si. bisa berangkat ke Amrik. butuh beli tiket, biaya syahla, beli tiket untuk ipar nya dan banyak lagi. dia dlu dosen tapi kan udah resign masa iya masih minta sama orang tua???
karyaku: hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kak
total 1 replies
yulianti 1707
maaff... ko manggil suaminya 'sampeyan' ya ?
apalagi suaminya lebih tua
karyaku: hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk
total 1 replies
Siti Aminah
Luar biasa
Inara Cantik
aku jijik.. eneg baca chafter ini.... bukannya saling menguatkan suami istri malah nambah masalah baru... sharla.. loe bener bener... super duper oneng... masalah itu timbul krn ulah kekanakan mu sendiri...
karyaku: hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk
total 1 replies
Ilda Yunita
Luar biasa
Inara Cantik
wkwkwk... kalo seneng dg sesuatu apapun dilakukan.... lanjut tadz
Vitamincyu
👍👍👍
Umy Dila
Buruk
Umy Dila
Biasa
Ririndiyani
kenapa pake dek Lala dek Lala segala jd baca kurang enak
Yhunie Andrianie
oallaaahhh wes falling in love💞 rupa ny pak ustadz🤭🤭
Ta..h
😅😅😅 ustadz amar iseng ya cemburu nya lucu.
Ilham Bay
Luar biasa
Ilham Bay
Lumayan
Susanti Susanti
Luar biasa
Wiwin Almuid77
jadi inget pas di pesantren dulu ada temenku yg suka bikin cerpen gitu...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!