assalamualaikum,
hai jumpa lagi dengan saya vera
novel ini menceritakan perjalanan seorang wanita yang menantikan pendamping hidupnya.
lailatul zahwa seorang wanita karir yang berencana menikah setelah wisuda S2 nya. ia pun pergi ke acara wisuda dengan membawa setumpuk undangan dan dibagikan kepada teman temannya juga beberapa orang dosen.
namun takdir berkata lain, laila harus kehilangan calon suaminya beberapa hari sebelum janur kuning melemgkung. laila terpuruk dan mengurung diri hingga ia mendapat teguran dari perusahaan tempat ia bekerja.
ahirnya dengan berat hati laila melepaskan pekerjaan yang ia dapat sebagai bonus dari predikat comlude sarjana nya. ia dipanggil bekerja dengan posisi yang cukup bergengsi, bukan sebagai karyawan biasa.
ahirnya laila memutuskan menjalankan usaha mama dan menjemput jodoh disana. sudah banyak pernikahan orang yang ia rancang dan laksanakan sehingga menjadi meriah dan meninggalkan kesan bahagia yang bisa di kenang seumur hidup.
dan laila pun berharap ia juga bisa menata pernikahannya sedemikian rupa dengan lelaki yang mencintainya. dan mampu mendampinginya sampai ajal memisahkan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vera irmayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OBROLAN MALAM
malam hari saat para ustadz dan santri senior sedang duduk bersama, saeful memilih kembali ke rumah nya karena ia merasa tidak ada lagi yang harus di kerjakan.
"ustadz saya pulang duluan ya" ucap saeful pada ustadz dzaki dan ustadz ayubi yang ada di dekatnya
"iya lebih baik malam ini kita istirahat" sahut ustadz ayubi
ahirnya semua orang ikut kembali kerumah masing - masing untuk beristirahat. menyidakan dua orang santri yang tidak kembali karena harus jaga malam.
"assalamualaikim" ucap saeful lirih sembari membuka pintu rumahnya
sampai di rumah saeful sedikit terkejut, karena ibu dan bapak belum tidur. lalu saeful duduk di sebelah ibu dan bersandar pada dinding.
"ibu bapak kenapa belum tidur" tanya saeful
"ibu belum ngantuk" jawab ibu sembari menuang teh hangat
sangat terlihat wajah lelah saat ia mengusap dengan kedua telapak tangannya.
''minum dulu le'' ucap ibu sembari menyodorkan secangkir teh hangat
"terimakasih bu,,," sahut saeful lalu menyeruput teh yang kini ada di genggamannya.
seketika suasana hening, mereka bertiga menikmati teh hangat tanpa sepatah kata pun. hening hingga tegukan teh yang terahir.
teh tubruk racikan ibu memang tak tertandingi. ini adalah satu hal yang di rindukan di hari harinya saat di perantuan seorang diri.
"apa kamu serius menginginkan laila" suara khas bapak memecah keheningan
"saya juga bingung pak, saeful sudah kepingin nikah pak, tapi ndak tau sama siapa" ucap nya terhenti
" sudah coba istigharah tapi kok fikiran saya mantap ke laila, terus terang saya juga bingung pak" lanjutnya lagi
"coba kamu tanya dulu sama laila atau keluarganya, bersedia atau tidak" ketus ibu tiba tiba
"apa yang membuatmu yakin sama laila, bukannya kemarin kamu bilang kalau kamu masih punya hutang sama dia" ucap bapak
"iya pak, biaya perawatan rumah sakit baru saya bayar separuh" jawab saeful lirih
"Le dia itu anak orang berada, sekolah nya sampai S2 di kota, apa kamu yakin" perkataan ibu mulai menekan
"saeful ndak mengenal banyak wanita bu, saeful ndak tau juga kenapa laila selalu menghantui fikiran saya, sampai sampai laila juga yang selalu hadir di mimpi saya bu" jelas saeful
"kalau memang kamu benar mencintai laila dan ingin menikah dengannya ya apa boleh buat" ucapan bapak terhenti
"tapi kamu harus bisa bertanggung jawab, apa kamu mampu mencukupi kebutuhan hidupnya" pertanyaan bapak kembali menekan
"dia anak orang kaya biasa hidup di kota, kamu punya modal apa buat jalani rumah tangga" ibu menjelaskan kekhawatirannya
"saeful lagi coba melamar jadi guru agama di SMA bu" jawab saeful
"yaaudah kalau kamu memang yakin dengan dia berusahalah, tapi satu pesan ibu kalau dia ndak mau jangan maksa" ibu terkesan pasrah
setelah perbincangan panjang, ibu dan bapak memutuskan untuk tidur cepat. begitu pula dengan saeful yang membaringkan tubuhnya di karpet setelah kedua orang tua nya berlalu.
"sepertinya ibu benar, apa dia bisa menerimaku ya allah, sedangkan hutang biaya rumah sakit pun belum ku bayar" batin saeful sembari menatap langit - langit rumahnya
****
di halaman belakang rumah mewah seorang kakek sedang bercanda dengan ketiga cucunya dan seorang cucu menantu. mereka duduk bersama membahas banyak hal sejak setelah makan malam.
"pernikahan kak tio sudah hampir setahun, kapan kamu mau nyusul kakak mu nduk" tanya kakek pada laila
"hhmmm nanti kek, kalau sudah ketemu jodohnya" jawab laila
"laki - laki seperti apa yang kamu idamkan" tanya kakek lagi
"yang mau nerima laila apa adanya kek, laila nggak minta banyak" jawab laila yakin
"hhmmm tidak harus pengusaha sepertimu atau pegawai seperti kakak mu nduk" tanya kakek lagi
"terserah allah aja kek, mau kasih laila yang pekerjaannya apa, yang penting sayang sama laila" jawab laila lesu
entah mengapa semangat laila menjadi turun drastis ketika ada yang menyinggung soal pasangan hidup. hatinya menciut seolah tak ada harapan lagi untuknya.
ia merasa selalu ada halanganuntuknya menikah. dulu ia sudah hampir menikah tetapi allah belum meridhoinya. allah panggil kembali calon suami menjelang hari pernikahannya.
"jangan patah semangat dek, pasti ada jalan untukmu" ucap tio
dewi pun mendekati laila dan memeluk laila
"mau gak main main ke kantor kak tio sama mbak dewi siapa tau ada yang masuk kriteriamu dek" ucap dewi
"hhmm enggak lah mbak, trauma sama manager, laila takut ditinggal dinas lagi terus kembali dengan keadaan seperti itu" jawab laila cukup mengejutkan
mereka tidak menyangka jika kejadia itu masih menghantuinya. yang di fikir kebanyakan orang saat ini adalah laila yang memilih calon suami yang sepadan dengannya.
"laila cucuku, laki - laki tidak cuma satu nak, apa kamu masih mencintai alrhum calon suamimu dulu?" ucapak kakek terhenti
tio dewi dan zidan pun menatap lekat ke arah laila, menunggu jawabannya.
"enggak kok kek, laila udah lupain masa lalu, laila sudah coba cari yang baru tapi ya belum ketemu aja" jawab laila
" pikirkan dirimu juga nduk, jangan pikir pernikahan orang terus" ucap kakek lagi
"iya kek, laila fikir kok, cuma memang belum saat nya kek" jawab laila
kakek merasa sedikit lega dengan jawaban laila. kakek berharap rencananya berjalan dengan lancar.
"yasudah kita istirahat ya besok kita harus berangkat pagi - pagi sekali ke pesantren" ucap kakek
kakek dan laila kembali ke kamar masing - masing dan di ikuti zidan, tio dan dewi.
sesampainya di kamar, laila merebahkan badannya.kejadian hari ini cukup melelahkan hatinya. ia tak menyangka jika kakek akan bertanya soal calon pendamping nya malam ini.
"mungkin kakek ada benarnya, sudah saatnya aku menata hidupku. karirku sudah cukup bahkan lebih" batin laila
tak berapa lama ia terlarut dalam lamunan, laila pun tertidur.
@@@@@
di suatu taman bunga yang luas dan ramai pengunjung, ada seorang wanita yang duduk di sebuah ayunan. sedangkan sang pria berdiri tegak di sebelahnya dan sesekali tangannya mendorong ayunan.
"apa aku bisa mendampingimu mas, aku merasa tak pantas berada di sisimu, aku malu dengan lingkunganmu" ucap si wanita tak berani menatap wajah pria di sebelahnya
"aku akan membimbingmu dik, tetaplah di sisiku apapun yang terjadi hingga ahir hayatku" pria itu membelai kepala wanitanya yang selalu tertunduk
@@@
"astaghfirullahhaladzim,, audah jam 02.30 wib, kenapa aku bisa tak sadar alarm ku yang berbunyi berulang ulang sih" laila terkejut saat melihat jam di ponsel nya.
sebenarnya ia sudah memasang alarm sehak pukul 02.00 wib. tapi entah kenapa ini tak seperti biasanya. laila tak sadar akan alarm yang sudah bunyi berulang - ulang hingga pukul 02.30 wib.
laila pun segera bangkit dari kasurnya dan bergegas ke kamar mandi. laila sudah janji dengan ibu untuk mengawasi tim catring. ia akan datang pukul 03.00 wib di pesantren.
setelah selesai mandi laila menyempatkan sholat malam, lalu ia keluar kamar dengan membawa tas yang biasa ia bawa dan satu tas yang berisi pakaian ganti. laila memang selalu membawa persiapan lebih jika acara yang di tanganinya akan berlangsung sampai sore hari.
saat laila turun, belum ada tanda - tanda kehidupan. laila pun pergi ke dapur memanaskan air jahe yang akan ia bawa untuk minum di perjalanan. saat ia sudah di teras rumah, tiba - tiba laila mendengar suara pintu terbuka.
"sudah mau berangkat sayang?" suara mama memecah keheningan
"eh iya ma, nanti mama jalannya santai aja, nggak perlu terlalu pagi, jawab laila sembari memasukkan tas dan minum yang ia bawa kedalam mobil.
"hati - hati ya sayang, jangan terburu - buru" ucap mama
"iya mamaku sayang, assalamualaikum" laila berpamitan sembari bersalaman dan mencium tangan mama.
"waalaikumsalam, hati hati ya sayang" jawab mama
"iya ma" jawab laila lalu berlalu dengan mobil kesayangannya
hai teman - teman readers ku yang tersayang, maaf author baru bisa up lagi.
jangan lupa tinggalkan jejak ya, like coment dan bantu vote novel ini juga ya. biar author lebih semangat lagi nulisnya. terimakasih