Pernikahan Rocky dan Brigita rupanya menjadi awal munculnya banyak konflik di hidup mereka. Brigita adalah bawahan Rocky di tempat kerja. Mereka harus menikah karena satu alasan tertentu.
Statusnya sebagai seorang janda yang mendapatkan suami perjaka kaya raya membuat gunjingan banyak orang.
"Aku harus bisa mempertahankan rumah tanggaku kali ini,"
Apa dia berhasil mempertahankan rumah tangganya atau justru lebih baik berpisah untuk kedua kalinya?
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 - Pertanyaan di Kepala
"Mohon maaf, kalau Pak Rocky itu sebagai Direktur di sini. Dari mana Anda bisa tahu nama Pak Rocky?"
Daud mengangguk kecil kemudian menjawab. "Dyandra sering cerita bahwa pekerjaan nya banyak terlibat dengan beliau. Jadi saya hanya menyimpulkan sendiri mungkin beliau adalah manager di sini."
"Oh, ya memang benar pekerjaan Dyandra berkaitan dengannya. Karena beliau senang sekali terjun langsung dengan beberapa pekerjaan karyawan." jawab Zoel. "Lalu, boleh saya tahu tujuan Anda kemari?"
"Begini saya hanya khawatir dengan Dyandra, katanya sedang ikut ke kampung halaman Titi. Apakah benar? Karena ponselnya tidak bisa di hubungi,"
Tiga wanita itu ikut mendengarkan percakapan Zoel dengan Daud.
"Sepertinya benar, itu juga yang Dyandra katakan pada kami. Kebetulan kami juga sedang berusaha menghubungi Titi, tapi karena sedang berduka jadi pasti dia belum sempat melihat ponselnya,"
Daud hanya diam dengan penjelasan Zoel.
Tidak ada pertanyaan lain yang bisa dia tanyakan. Apalagi terkait kecurigaan nya karena Dyandra sering pulang larut.
Sampai akhirnya dia mengingat sesuatu, sedikit mengganjal baginya. Tapi dia tidak akan menyia-nyiakan momen ini untuk mengorek informasi lebih.
"Maaf sebelumnya saya ingin bertanya lagi. Apa pekerjaan Dyandra sangat berat? Sampai harus membantu salah satu Lounge kalian lainnya?"
"Lounge lainnya?" Zoel mengerutkan dahi.
"Seo Lounge. Masih satu perusahaan dengan kalian, kan?"
Bibir Zoel sempat kaku sejenak untuk menjawab, otaknya berpikir keras untuk tidak asal bicara terkait pertanyaan yang sebenarnya dia sendiri tidak tahu.
"Soal itu karena bukan bagian saya, coba nanti saya bantu cek kebenaran nya,"
Daud merasa itu bukan jawaban yang ia inginkan. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu hal semacam itu. "Baiklah kalau begitu, saya permisi. Terima kasih,"
Pria itu meninggalkan Lounge dengan kepala tertunduk, seolah pulang tanpa membawa informasi apa-apa. Rasa kecewa sangat terpancar jelas dari ekspresinya.
"Seo Lounge?" seru Brigita. "Untuk apa dia kesana? Itu bukan tempatnya bekerja!"
"Tenang lah Brigita, bisa jadi Bapak memintanya untuk membantu,"
Brigita menarik napasnya dalam-dalam. "Bukan kah katamu yang akan memegang perusahaan lain itu Lena?"
.
Karena Zoel melihat kondisi kantor yang sudah tidak kondusif, ia terus menerus mencoba menghubungi Titi.
Panggilan nya berdering beberapa kali tanpa ada jawaban. Kesabaran nya masih panjang untuk terus mengubungi Titi. Sebagai bentuk tanggung jawabnya agar pekerjaan mereka bisa kembali normal tanpa harus memikirkan hal lain.
Panggilan Zoel tersambung...
Zoel: "Ti, hai. Maaf mengganggu waktumu, tanpa mengurangi rasa hormatku. Aku cuma ingin menanyakan satu hal. Aku benar-benar minta maaf sebelumnya."
^^^Titi: "Tentang Dyandra? Jika pertanyaan nya itu harus aku katakan bahwa benar dia ada di sini bersamaku."^^^
Dengan pengeras suara yang dapat di dengar oleh Brigita, Lena dan juga Sera. Akhirnya mereka bisa bernapas lega.
Zoel: "Syukurlah jika memang seperti itu. Karena suami Dyandra tadi datang, beliau sangat khawatir dengan istrinya yang tidak ada kabar sama sekali. Suruh Dyandra nyalakan ponsel."
^^^Titi: "Bukan tidak di nyalakan, tapi memangg sinyal di sini sulit."^^^
Mengapa Titi berbohong? Menutupi skandal sahabatnya untuk melukai sahabat lainnya?
.
.
Hari ketiga sejak kepergian Rocky yang tak ada kabar. Akhirnya hari ini dia datang dengan setelan serba hitam.
Wajahnya nampak lelah seperti kurang tidur.
Brigita sempat mengusap matanya, hampir tidak menyangka dengan apa yang dia lihat. Sebelum menyapa sang suami, dia lebih dulu menunggu beberapa saat. Apakah ada orang lain yang mengikutinya di belakang? Contohnya: Dyandra.
Tapi tidak ada.
"Sayang, kamu baik-baik saja kah? Aku sama Ken rindu sekali denganmu." Brigita memegangi tubuh Rocky.
Rocky memeluknya di depan banyak karyawan di sana. Pelukan yang di anggap Brigita sebuah kehangatan, padahal Rocky melakukan nya tanpa ekspresi.
"Kita bicara nanti malam, ya. Sekarang saatnya kita kembali bekerja,"
Begitu saja, Rocky naik ke ruangan nya di ikuti Zoel yang sudah siap melaporkan pekerjaan selama beliau tidak ada.
Selang satu jam kemudian Dyandra datang bersama Titi. Sekali lagi dia datang bersama Titi.
Lima sahabat berkumpul di waktu yang sama. Mereka memeluk Titi sebagai ungkapan peduli atas duka yang menimpanya.
"Mungkin aku belum menemukan bukti, tapi percayalah intuisi seorang istri tidak pernah salah. Dasar wanita ular." bisik Brigita di telinga Dyandra.
Rahang Dyandra mengeras kesal. Sudut bibirnya terangkat menampakkan senyum keji.
Mata Brigita tidak lepas dari Dyandra sedikit pun yang menyadari itu adalah Titi. Dia segera mendekat ke arah Brigita.
Suaranya pelan untuk berkata. "Kamu ada masalah dengan Dyandra? Kenapa menatapnya seperti itu?"
"Lebih tepatnya belum! Mungkin kalian bisa membohongi ku dengan alasan apapun. Semua ini untuk kepentingan kalian pribadi,"
"Aku tidak mengerti maksudmu?"
"Kau tidak perlu mengerti sampai kau malu sendiri!" kata-katanya seperti ancaman keras. Brigita meninggalkan Titi yang terpaku di sana.
Dari kejauhan Dyandra hanya menatap tanpa bicara dan tanpa ekspresi. Wajahnya sangat pucat, kurang tidur dan kelelahan.
"Kamu sakit, Kak?" tanya Lena.
"Iya sepertinya aku kelelahan setelah perjalanan jauh. Agak mual rasanya,"
.
Dyandra memilih untuk beristirahat di ruang karyawan. Suhu badan nya panas.
"Jujurlah padaku, Kak. Apa yang sebenarnya terjadi?" Lena mengikuti langkah Dyandra ke ruang istirahat.
"Kenapa? Semua orang membicarakanku dengan Pak Rocky? Menganggapku berselingkuh dengannya?"
Sontak jawaban Dyandra membuatnya terkejut.
"Kalau iya memang kenapa? Bahkan aku berharap punya anak dengannya, jadi aku bisa menyingkirkan wanita sok baik itu. Aku juga bisa berpisah dengan suami miskinku!" gumam nya yang terdengar oleh Lena.
"Kak?"
"Asal kamu tahu, hubunganku sudah lebih dari satu bulan. Yahh, bisa di bilang tidak jauh dari hari pernikahan mereka."
Lena menutup mulutnya tidak menyangka. Mereka bersahabat, tapi Dyandra begitu tega menyakiti Brigita yang tidak bersalah.
"Kalau aku punya anak darinya pasti dia akan senang sekali." ucap Dyandra sambil merebahkan dirinya di sofa. Lena masih berdiri di ambang pintu tanpa berkata apapun.
Dyandra bangun dari sofa kemudian berjalan ke depan cermin yang tingginya dua meter. Sambil merapikan rambutnya dia berkata. "Lebih cantik siapa? Aku atau Brigita?"
"Kak tolonglah jangan begini, ini hanya kesilauan dunia. Mungkin Pak Rocky tidak benar-benar mencintaimu, Kak. Bisa jadi dia hanya memanfaatkan keadaan. Kasihan Kak Brigita,"
"Kamu masih kecil tidak mengerti dunia perselingkuhan orang dewasa!"
Lena tidak lagi menjawab dia memilih pergi dari ruangan itu. Dia juga bingung dengan apa yang harus dia lakukan?
Rumah tangga Brigita bisa hancur seketika jika ia melaporkan nya.
"Tapi bagaimana jika Dyandra menyangkal tentang ucapan nya tadi? Semua tidak ada bukti,"
Langkah nya terhenti di sudut dinding, antara harus berpura-pura tidak tahu atau bicarakan pada Brigita?
geli banget celap celup gitu kali
eeuyuh...ogah banget🤑
gretet aku ☺️☺️