NovelToon NovelToon
Diam-diam Cinta

Diam-diam Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Lari Saat Hamil / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:25.2k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Ini kelanjutan cerita Mia dan Rafa di novel author Dibalik Cadar Istriku.

Saat mengikuti acara amal kampus ternyata Mia di jebak oleh seorang pria dengan memberinya obat perangsang yang dicampurkan ke dalam minumannya.
Nahasnya Rafa juga tanpa sengaja meminum minuman yang dicampur obat perangsang itu.
Rafa yang menyadari ada yang tidak beres dengan minuman yang diminumnya seketika mengkhawatirkan keadaan Mia.
Dan benar saja, saat dirinya mencari keberadaan Mia, wanita itu hampir saja dilecehkan seseorang.

Namun, setelah Rafa berhasil menyelamatkan Mia, sesuatu yang tak terduga terjadi diantara mereka berdua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Airin merasakan seluruh tubuhnya lemas. Ia masih berdiri dengan gelisah di depan pintu kamar mandi.

Khawatir terjadi sesuatu yang lebih buruk terhadap putrinya, ia segera menyusul.

Memutar gagang pintu dan menerobos masuk, berdiri tepat di belakang Mia sambil mengusap punggung.

"Mual lagi, Nak?"

Mia tak menyahut. Hingga saat setelah dirinya merasa telah memuntahkan seluruh isi perut, barulah ia membasuh wajahnya dengan air. Berdiri di depan wastafel mengatur napas.

"Lemas, Bunda," keluh Mia lirih.

Tangan Airin mengulur mengusap wajah pucat serta merapikan helai rambut yang menjuntai di sekitar wajah, ia selip ke belakang telinga.

Memandang cemas terhadap putrinya.

"Apa yang kamu rasakan?"

"Mual, sedikit pusing, perut rasanya aneh."

Menarik selembar tissue, Airin mengusap wajah anak gadisnya. Membawanya keluar dari kamar mandi untuk rebahan di tempat tidur.

Namun, Mia menolak sebab jika berbaring ia akan kembali mual.

"Punya obat tidak, Bunda?" tanya Mia yang kini bersandar di tempat tidur.

"Tidak boleh minum sembarang obat tanpa resep dokter," ucap Airin mulai bimbang dengan pikirannya sendiri.

Gelisah, bagaimana jika apa yang ia takutkan menjadi nyata.

"Mau buah saja kalau begitu. Biar mualnya hilang."

"Boleh, Sayang. Sebentar, Bunda ambilkan."

"Maaf merepotkan, Bunda."

"Tidak, Sayang. Kamu istirahat dulu, ya."

Mia mengangguk. Airin segera beranjak keluar kamar dengan perasaan khawatir.

Ingin meminta Mia memeriksa dengan alat tes kehamilan, ia takut putrinya akan histeris.

Sehingga Airin memilih akan membicarakan masalah ini dengan Gilang sepulang bekerja nanti.

Jeruk dan stroberi pun dipilih Airin sebagai makanan sehat untuk mengurangi mual.

Ketika kembali ke kamar, ia mendapati Mia sedang berdiri menghadap kiblat dalam balutan mukena.

Setitik air mata jatuh tanpa sadar. Putrinya itu hanyalah seorang gadis polos yang manja dan cengeng.

Diterpa ujian sedemikian berat tentu mengguncang jiwanya.

Mental siapa yang tidak akan hancur ketika kehormatannya sebagai seorang gadis terenggut.

Jiwa mana yang tidak melebur ketika moral dan keimanannya dipertanyakan.

Airin mengusap ujung matanya yang basah, meletakkan piring berisi potongan buah ke meja dan kembali ke kamarnya sendiri.

Namun, kurang dari 30 menit, Mia menyusul dengan penampilan rapi. Seperti akan keluar.

"Bunda, hari ini aku mau ke kampus. Boleh?"

Airin yang sedang merapikan lemari pakaian itu tersentak.

Spontan menoleh dan menatap putrinya. Wajah itu tampak sedikit lebih segar dibanding sebelumnya.

"Tapi kamu kan sedang sakit, Nak."

"Tidak lagi, Bunda. Setelah shalat dan makan buah rasanya lebih enak."

"Tapi, Nak..”

"Aku pikir tidak baik kalau aku seperti ini terus. Aku mau melanjutkan hidupku walaupun aku tidak utuh lagi, Bunda. Ayah benar, aku tidak boleh seperti ini terus."

"Yakin kamu tidak mual dan pusing lagi? Takut di kampus nanti kumat."

"Insyaallah tidak."

Untuk pertama kali sejak kejadian itu Mia tersenyum, meski senyum itu tetap tak mampu menutupi luka menganga dalam hatinya.

Airin mendekat dan memeluk putrinya. Ia akan mendukung, sebab selama sebulan ini Mia tidak pernah keluar rumah dan hanya mengurung diri di kamar.

Meratapi takdir.

Seorang sopir pun ditugaskan untuk mengantar Mia.

Mulanya Airin ingin ikut mengantar putrinya, namun Mia menolak dan meminta sang bunda beristirahat di rumah.

"Saya tunggu di sini ya, Neng. Kata Ibu jangan ditinggal. Biar ditunggu sampai selesai saja," ucap sang sopir.

"Tidak usah, Pak. Pulang saja, tidak apa-apa, kok."

"Tapi ini perintah dari Ibu."

"Bapak pulang ke rumah saja, nanti kalau selesai saya hubungi. Kasihan menunggu lama soalnya," ucap Mia, namun, sang sopir tetap menunggu di parkiran kampus sesuai pesan sang majikan.

Akhirnya menyerah, Mia menghela napas. Memandang gedung kampus sambil melangkah melewati taman.

Hingga sapaan seseorang mengalihkan perhatian.

"Hai Mia, apa kabar? Lama tidak bertemu."

"Kak Leon?" Mendadak Mia merasa tak nyaman dengan kehadiran sang senior. Namun, ia berusaha menutupi segalanya.

"Dari mana saja sebulan baru ke kampus?"

"Aku habis sakit, Kak."

"Sakit? Setelah malam kejadian di vila?"

Mia tersentak, seketika menunduk. Bertanya dalam hati apakah Leon mengetahui kejadian di vila.

Bukankan ayah dan bunda meyakinkan bahwa aib itu tertutup dengan rapat? Tak ada seorang pun yang tahu tentang kejadian hari itu.

"Maaf aku buru-buru. Duluan, ya Kak." Tak ingin terlalu lama berinteraksi dengan Leon, Mia segera melangkah.

Leon hanya menatapnya dengan seringai tipis di sudut bibir.

"Kita lihat saja nanti."

**

**

Apa yang Mia khawatirkan sebelumnya ternyata tidaklah terjadi.

Sepertinya benar kata ayah dan bunda, teman-temannya tidak ada yang mengetahui kejadian di vila.

Mia hanya mendapat pertanyaan tentang apa yang membuatnya mengambil cuti selama sebulan dan sulit dihubungi.

Alasan sakit pun dipilih Mia sebagai jawaban paling aman.

"Alhamdulillah Ya Allah, apakah ini artinya aku bisa melanjutkan hidupku tanpa harus terbebani dosa dan aibku?" gumamnya dalam hati.

Ada harapan besar di depan sana. Meski noda hitam itu mungkin akan melekat dalam diri seumur hidup. Ia telah berserah.

"Ayo cepat, hari ini ada seminar di aula," ajak Wina.

"Seminar apa?" Mia menatap gadis itu.

"Seminar tentang pembinaan keluarga. Akan ada sex education juga dengan tema menjaga diri dari pergaulan bebas."

Mia terdiam, lalu menatap Wina. "Aku tidak usah ikut, ya. Aku di sini saja."

"Ayolah, Mia. Seminarnya juga tidak lama." Ia menarik Mia agar berdiri. Menggandeng tangannya meninggalkan kelas.

Setibanya di aula, pandangan Mia berkeliling ke setiap sudut, melihat puluhan orang yang memadati ruangan.

Hingga matanya tertuju pada sosok lelaki yang berdiri di dekat barisan kursi paling depan.

Entah mengapa jantungnya malah berdebar.

Menumbuhkan bias kehangatan yang entah berasal dari mana. Bahkan ia kesulitan mengalihkan matanya dari wajah itu.

Senyumnya yang menawan saat menyambut beberapa pemateri, sikapnya yang santun ketika berbicara dengan lawan jenis, menolak bersentuhan dan malah mengatupkan tangan di depan dada.

Potongan rambut yang membuatnya tampak gagah dengan tubuh jangkung nan tegap.

"Cowok mahal sih dia. Hanya untuk kaum hawa yang beruntung," ucap Wina memandang Rafa penuh kagum. Ia lalu melirik Mia yang masih membeku. "Malah melamun," tegurnya.

Tersadar, Mia mengalihkan pandangan.

"Aku mau duduk di belakang Kak Rafa, agar bisa dekat!" Wina akan melangkah, namun Mia menarik tangannya.

"Duduk di ujung saja, ya."

"Terlalu jauh, Mia. Di tengah, deh!" Wina menunjuk sebuah kursi yang berjarak tak begitu jauh dari Rafa.

Terpaksa Mia mengikuti.

Reaksi serupa terjadi pada Rafa. Melihat Mia berjalan di sebelah membuatnya terkejut.

Dan ... waktu seakan terhenti ketika dua mata itu saling mengunci.

Selama beberapa detik keduanya diam, terhanyut oleh kerinduan yang tersembunyi dan tertahan di hati.

Mia langsung membuang pandangan ketika merasakan hatinya bak diremas, matanya berkaca-kaca.

Berusaha menepis kenangan kelam di antara mereka, detik di mana lelaki bernama Rafa itu memberi jejak sentuhan pada tubuhnya.

Sementara Rafa menunduk dan menggeser tubuhnya dan memberi jalan pada wanita muda itu.

"Permisi, Kak," ucap Wina, menggandeng Mia.

Rafa hanya menyahut dengan anggukan kepala.

Acara pun dimulai. Rafa duduk di barisan paling depan, sementara Mia di barisan kursi tengah bersama beberapa teman perempuannya.

"Ya ampun, belum usaha sudah ditikung duluan," gerutu Wina, dengan alis dan bibir berkerut.

"Kenapa, Win?"

"Lihat di sana! Sudah beberapa minggu ini Kak Dina mendekati Kak Rafa. Ke mana pun Kak Rafa pergi pasti dipepet." Dalam sekejap bisikan Wina seolah mengalirkan hawa panas dari dalam diri Mia.

Tanpa sadar kepalanya menoleh saat melihat seorang gadis cantik yang merupakan kakak senior duduk tepat di sebelah Rafa.

Gadis itu menunjukkan gestur berbeda. Caranya memandang, berbicara dan menatap Rafa.

Meskipun jelas bahwa Rafa berusaha menghindar dari wanita itu dengan menggeser posisi duduknya.

"Memangnya laki-laki mana yang tidak suka pada Kak Dinda? Dia cantik dan berprestasi. Mereka serasi," ujar Wina lagi.

"Itukan urusan mereka, Win," balas Mia acuh tak acuh.

Namun, hati dan mata tak mampu berbohong. Seperti ada magnet yang terus menariknya untuk melihat wajah lelaki yang sebenarnya sedang ia benci itu.

***********

***********

1
Widia Ningsih
aku ikut mewek/Sob//Cry//Cry/
Dwi Winarni Wina
Bagus mia jgn kasih celah pelakor msk merebut suamimu, jaga baik-baik suami itu dina suka sm rafa...

Dina sangat terkejut mia berkata istrinya dan mengandung anaknya, dina patah hati....
Dwi Winarni Wina
cie-cie mia sangat rafa pdhal ada disampingnya kangen ingin dipeluk kl..
Dwi Winarni Wina
Dasar mia bikin heboh dan panik dan khawatir pergi tanpa pamit kpd orgtuanya...
Dwi Winarni Wina
orgtua dan mertuanya lg paknik dan khawatir mencari keberadaan mia yg menghilang, ternyata keduanya lg melepas rindu
Dwi Winarni Wina
Gilang sangat paknik skl putri kesayangan menghilang takutnya diculik sm leon, pdhal susul suaminya ke apartemen...
Dwi Winarni Wina
mia lagi merawat rafa lagi sakit di apartemen, semua paknik mia menghilang..
Dwi Winarni Wina
mia menyesal telah menyakiti hati suaminya, baru berasa mia disaat org tulus mencintai pergi...
Dwi Winarni Wina
Rafa butuh waktu menenangkan diri tenang aja mia rafa tidak meninggalkanmu, apalagi ada jalin akan berkembang dirahim pasti tidak tega meninggalkanmu, rafa pria bertanggungjawab....
Ayu Kerti
hrsnya mia ingat kejadian sebelum obt bereaksi keras.

waktu interaksi dgn leon.
Ayu Kerti
mia, masa g ingat sama sekali kejadian di villa.
Dwi Winarni Wina
jangan2 dina yg datang
Dwi Winarni Wina
mia rafa sangat tulus mencintaimu
Dwi Winarni Wina
makan aja mia tidak beracun kok kasian calon dedek bayinya...
Dwi Winarni Wina
raka tidak berpaling istrinya zahra sangat cantik skl bsgai boneka barbie..
Dwi Winarni Wina
Mia sadar suami itu org baik
Dwi Winarni Wina
paling sileon itu yg mengadu domba mia dan rafa
Dwi Winarni Wina
Dengarkan nasehat ayahmu mia rafa bukan org jahat
Dwi Winarni Wina
Dina suka sm rafa makanya mengejar2 rafa terus
..
Dwi Winarni Wina
Bawaan calon dedek bayi ingin dekat2 sm ayahnya mualnya langsung ilang...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!