TAMAT SINGKAT 28 SEPTEMBER 2023
Nyata pahit yang Vanessa pernah alami adalah, tak diakui oleh ibu yang telah melahirkan dirinya.
Terlebih, kala Vanessa baru mengetahuinya; tahu bahwa sang ayah yang sangat dia cinta telah lama disakiti ibu cantiknya.
Kekesalan, dendam, amarah, rasa ingin membuktikan membuat gadis 17 tahun itu bertekad untuk merebut kekasih ibunya. "Hello, Calon Papa Tiri...."
"Oh Shitttttt! Aku tidak berniat menikahi mu, gadis kecil!" Rega Putra Rain.
Polow IG kooh... [ Pasha_Ayu14 ] karena di sana terdapat mini clip untuk beberapa nopel kooh...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HOP DUA PULUH EMPAT
Bel berbunyi membuat Rega melangkah ke arah pintu. Dan saat dibukanya, rupanya Arjuna datang dengan ditemani perempuan yang agaknya sekretaris laki-laki tampan itu.
"Mau apa kau ke sini?"
Arjuna menatap tidak suka, sopan sekali Rega sebagai menantu. Bukan menyambut sang mertua justru bertanya dengan nada cibiran.
"Aku mau rawat Anes sendiri sampai sembuh." Tanpa izin, Arjuna bergegas masuk ke dalam kamar yang mungkin luasnya empat kali kamar milik Arjuna. Dia sengaja datang ke sini demi memastikan keadaan putrinya.
Di atas ranjang sana, perawat baru saja memeriksa Vanessa, syukurlah gadis mungilnya sudah terlelap tidur, bahkan infus sudah dilucuti oleh wanita itu.
"Kau mencabut semua perawatan putriku?"
Perawat tersenyum. "Sepertinya sudah cukup pemberian vitaminnya, Tuan. Nona Anes boleh istirahat tanpa harus di khawatirkan."
"Kau dengar?" Rega bersidekap menatap mertua posesifnya. Kekhawatirannya tidak cukup beralasan.
"Tapi aku mau di sini." Arjuna baru akan duduk di sisi ranjang sudah di tarik Rega bahkan didorong dorong hingga keluar kamar.
Mereka tidak seperti mertua dan menantu, lebih seperti sekawan sejawat yang berebutan tempat tinggal.
"Kau perlu istri sepertinya!" Rega menyindir. Dan membuat Arjuna terkekeh sinis menatapnya. "Jadi kau merasa sudah laku?"
"Buktinya yang ku nikahi gadis muda." Rega mengangkat kedua bahunya, sombong.
"Kau tahu Rega, aku merawat Anes dari masih di dalam kandungan Hilda."
"Hmm...," angguk Rega.
Dia bersidekap dengan lengan yang menyender di tubir ambang pintunya, menghadap Arjuna yang berdiri bersisian dengan sekretaris seksi bernama Sonya.
"Kau tidak mungkin menyentuhnya kan?"
"Apa korelasinya? Papa yang merawat, dengan suami yang menyentuh? Kau sudah masuk ke ranah pribadi kami."
"Begini." Arjuna mendekat, berharap putrinya akan aman di tangan Rega. Bagaimana pun pernikahan mereka sah.
"Jangan buat Anes hamil. Dia masih harus menyelesaikan sekolah, kuliah, dan meraih jenjang karir, Vanessa berhak memiliki masa depan."
"Aku masa depannya, kau lupa." Rega menegur sedikit ketus. "Tanpa sekolah, tanpa kuliah, dia akan bahagia bersama ku," ucapnya tegas.
"Tapi masa mudanya tergadai," sanggah Arjuna. Rega belum menjadi ayah, mungkin sulit paham apa yang dia khawatirkan.
"Harusnya dia berpikir ke sana sebelum menjebak ku untuk menikahinya!"
Arjuna bisa apa selain menghela napas sedikit berat, nyatanya Vanessa yang mencari sendiri penyakitnya.
"Aku mengantuk. Pergilah." Rega menepuk- nepuk mulut yang menguap lebar. "Kalau saja kau bukan ayah istriku. Sudah ku tendang kau dari tadi!" juteknya.
Arjuna segera mencegah pintu yang baru akan Rega tutup. "Biar aku menginap malam ini. Aku merindukan putriku," pintanya memelas.
"Nanti saja aku kasih waktu khusus untuk mu. Sekarang aku lebih merindukan istri ku."
"Kau!"
Cengiran Rega membuat Arjuna kesal hingga mendorong dada bidang pria itu. Untung ada Sonya yang menghalanginya, jika tidak, mungkin Arjuna lupa sedang berada di mana.
"Sabar, Pak."
Rega menatap Sonya. "Bawa Bos tidak laku mu ke kelab malam. Mungkin akan ada sugar Baby yang mengajaknya ngamar," ejeknya.
"Shitt!" Arjuna kembali menyerang sedang Rega bergegas menutup pintunya. "Sial, mantu kurang ajar!" umpat serapahnya.
Sonya menutup mulut yang sebentar lagi keceplosan menertawakan rutukan Arjuna. Cukup terdengar aneh percakapan dua orang pemimpin perusahaan yang memperebutkan satu gadis cantik; yaitu Vanessa.
•••••••••••••
^^^•••••••••••••^^^
Rega menambah lagi AC di kamarnya. Tadi hanya dua yang dia nyalakan, sekarang sudah lima AC yang dia aktifkan.
Karena paksaan darinya Vanessa mengganti pakaian tidur dengan lingerie berwarna maroon. Warna itu tentu cantik untuk gadis berkulit putih cerah sepertinya.
Mata Rega terus melirik pada satu titik, belahan ranum di dada Vanessa cukup mampu membuat jakun lelaki itu bergerak.
Renda yang melekat pada bagian menonjol itu, seperti pas di pandangannya. Bagaimana kalau dia genggam squishy itu? Tangannya mengepal berkali-kali karena gatal.
Meski tidak begitu besar. Rega merasa ukuran bra Vanessa juga tidak sekecil bayangannya selama ini, rupanya, setelah terbuka, bentuknya cukup membukit.
Melihat bukit, seketika jiwa petaninya bangkit, menanam singkong di kebun kita, lagu yang terlintas di benaknya.
Tak ingin khilaf, Rega membelakangi tubuh Vanessa. Meski sudah begitu, otaknya terus diisi dengan adegan ciuman yang sore tadi dia lakonkan.
Desah erangan kecil yang Vanessa keluarkan saat diurut cukup jelas terngiang di telinganya yang waras. Inginnya melupakan, tapi otak mesumnya menolaknya.
"Om, Anes kedinginan!" Vanessa menggerayangi punggung Rega. Matanya tertutup tapi terus merengek kedinginan.
Rega menyeringai. "Sekalipun merengek, kau tidak akan aku sentuh," ketusnya.
Vanessa bangun, membuka mata, dan menatap punggung suaminya. Ada keringat yang berembun di leher bahkan pipi pria itu.
Vanessa menautkan alisnya. Kamar ini sudah cukup dingin, bahkan sangat dingin, aneh rasanya untuk paham.
"Anes beneran kedinginan. Om dari tadi nambahin AC terus! Om nyuruh Anes pake baju tipis begini tapi Om nyalain semua AC di kamar ini, gimana sih! Jadi Om mau balas dendam?"
Rega beralih saat merasakan derit ketika Vanessa turun dari ranjangnya. "Mau ke mana hah?" ketusnya bertanya.
"Anes mau tidur di balkon!" Gadis itu berjalan keluar melewati pintu geser membawa bantal dan selimut tebalnya. "Kamar ini udah kayak freezer!" gerutunya.
Rega terkekeh meremehkan. "Aku bahkan kegerahan iblis kecil! Norak sekali kau ini."
Dari pintu kaca, Rega bisa melihat Vanessa tidur nyaman di ayunan balkon sana. Selang beberapa saat, Rega bergerak bangun untuk menyatroni istrinya.
Menyadarinya atau tidak, lengkungan bibirnya tercipta ketika wajah polos Vanessa merasuki pandangan matanya yang terpaku.
Detik berikutnya, iris Rega tertuju sinis pada nyamuk yang menyinggahi pipi gadis itu. Tak ingin berbagi pipi dengan makhluk lain, kembali Rega membawa Vanessa ke dalam.
Dia juga mematikan beberapa AC sebelum memberikan selimut tebal pada sekujur tubuh menggoda istrinya.
Matanya kini, hanya bisa memandang bibir mungil Vanessa, setangkup bibir yang sore tadi dia cecap manisnya dan ingin kembali dia rasakan ulang. "Kau sama sekali tidak mirip dengannya," gumamnya.
Trm kasih, terus & tetaplah berkarya.. ...