Tak disangka, Alfano Yudhistira seorang CEO angkuh terkena jebakan musuhnya yang memiliki dendam karena lelaki itu telah menghancurkan bisnisnya dengan memberikan obat yg menyebabkan Alfano bermalam bersama gadis yang tidak ia kenal.
Disisi lain, gadis itu merupakan karyawan swasta yang baru saja dipecat dari perusahan besar yang tak lain adalah perusahaan Alfano karena dikhianati oleh pacar sekaligus partner kerja. Ia bernama Asmara Raniata, gadis desa yg berhasil merantau di ibukota tapi naas, kegadisannya diambil oleh CEO mantan perusahaan tempat dia bekerja.
Apakah dari hubungan semalam itu menumbuhkan benih kehidupan dan membuat ikatan antara kedua manusia tak saling kenal menjadi takdir hidup bersama ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mau tidak mau
Bentakan Asmara tidak hanya membuat Alfano terkejut , tetapi abang seblaknya sampai menghentikan tangannya ketika memasak seblak dan Jaka pun berdiri dari kursinya.
"Eh eh, kenapa neng? Cowok itu ganggu?" tanya abang Seblak dari gerobaknya karena tidak mungkin meninggalkan seblak yg masih di masak dalam wajan.
Asmara pun terdiam dan menatap abang seblak dengan tatapan sulit diartikan. Marah, takut dan merasa dalam bahaya, sorotan mata Asmara menggambarkan semua itu.
Alfano pun berdiri dari posisi jongkok didepan Asmara bersamaan dengan Jaka menghampiri sahabatnya itu.
"Maafkan, Alfano. Dia hanya ingin meminta maaf kepadamu saja, Asmara. Aku juga secara pribadi meminta maaf karena telah memperlakukanmu dengan tidak baik di awal kita bertemu" kata Jaka yg sudah berdiri disamping Alfano yg masih terkejut dibentak oleh wanita, karena selama ia hidup tidak pernah dibentak seorang wanita kecuali ibunya.
Asmara tak menjawab permohonan maaf Jaka , wanita hamil itu ingin beranjak pergi dari hadapan para lelaki yg telah menyakiti nya itu.
Lagi lagi tangan Alfano menahan tangan Asmara, sehingga baru saja satu langkah berjalan , wanita itu harus menghentikan langkah kakinya lagi daripada ia terjatuh jika dipaksakan jalan dalam kondisi tangan dipegang erat oleh Alfano.
"Lepaskan!" teriak Asmara sambil berusaha menarik tangannya dari Alfano.
"Aku tidak akan melepaskanmu, Asmara. Sebelum kita bisa berbicara dengan baik" sahut Alfano berusaha sabar dan bersikap lemah lembut, padahal hatinya juga ingin bersikap angkuh seperti dia biasanya. Namun, misinya kali ini adalah mendapatkan maaf dari Asmara agar ibunya dan saudara kembarnya mau menerima dia lagi dirumah.
"Aku tidak mau! Mau aku teriak, hah???" ancam Asmara dengan mata mulai berkaca kaca.
Belum saja disahuti oleh Alfano, perut Asmara terasa kencang dan sakit hingga wanita itu kembali memegang perut bawahnya hingga sedikit membungkuk.
"Kamu gapapa?" tanya Alfano dengan refleks melepaskan gengaman tangannya pada tangan Asmara, namun berganti menompang tubuh Asmara seperti memeluk tubuh wanita itu dari samping. Asmara pun tidak bisa menolak karena benar2 perutnya terasa kencang hingga ia tidak mampu berjalan lagi.
Jaka terdiam melihat suasana seperti seorang suami khawatir melihat istrinya sedang hamil.
"Waduh, sepertinya Alfano akan luluh sebagai seorang pria angkuh dan tak berperasaan" batin Jaka sambil tersenyum smirk. Melihat ekspresi Asmara yg terlihat kesakitan dan tidak nyaman berada dipinggir jalan ditambah lagi suara jalan malam minggu yg berisik , Jaka memutuskan untuk menghampiri abang seblak dan memerintahkan sesuatu kepada penjual seblak itu.
"Eh bang, maaf. Mereka itu suami istri jadi bertengkar dikit boleh kan hehe, buktinya aja mereka sama sama ngidam seblak loh, jadi mungkin pesanan kita bungkus aja ya. Kasian wanita yg lagi hamil di pinggir jalan begini" bohong Jaka pada abang seblak, agar segera dibungkuskan pesanan mereka. Penjual seblak pun percaya saja omongan Jaka karena Alfano dan Asmara memang terlihat serasi bersama meskipun sedang bertengkar sekalipun.
Masih didepan gerobak seblak, Alfano menuntun Asmara untuk duduk di kursi plastik yg sebelumnya diduduki. Wanita itu tidak bisa menolak karena keadaan yg memaksanya menerima perilakuan lembut dari lelaki baj***an itu.
Ia mulai mengatur nafasnya lagi dan mengelus perutnya.
"Hei twins, kok peka banget sih ada lelaki yg seharusnya jadi ayah untuk kalian. Modus kalian ini ya bikin mami sakit tau" batin Asmara sambil tetap mengelus perutnya sebagai cara komunikasi dengan bayi2 yg ia kandung.
"Aku antar pulang ya? Dimana rumahmu?" tanya Alfano yg duduk disebalah Asmara.
Asmara berusaha mengabaikan perhatian dan kepedulian Alfano, namun ia tidak boleh egois untuk bayinya.
"Sepertinya aku harus ngalah untuk bayi bayiku. Tapi jangan harap aku akan memaafkannya semudah itu!" batin Asmara.
"Antar pulang" jawab singkat Asmara dengan ketus.
Bibir Alfano pun terangkat manis menunjukkan senyum yg tampan.
"Ayo!" sahut Alfano dengan semangat dan berdiri dari kursinya untuk membantu Asmara berdiri juga.
"Eh tapi aku pingin makan seblak, abang nya udah masak" ucap Asmara tiba tiba dengan nada yg tidak terkesan marah tp lebih pasrah.
"Tenang, biar Jaka yg bawa. Kita pulang dulu aja tapi arahin aku buat nganter kamu sampek rumah ya" kata Alfano sambil mulai membantu Asmara untuk berdiri.
"Kita?" batin Asmara merasa kata itu sungguh aneh terdengar dari mulut lelaki yg telah menyakitinya cukup dalam.
Namun anehnya, perut Asmara tidak terasa kencang lagi ketika Alfano menyentuh tubuhnya, entah tangan, perut, rambut, dll. Apakah memang ikatan batin antara mereka yg terhubung dengan bayi yg sedang dikandung?