Eirene, seorang model ternama, karena kesalahannya pada malam yang seharusnya dapat membuat karirnya semakin di puncak malah menyeretnya ke dalam pusara masalah baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, menjadi istri seorang tentara marinir.
Rayyan, anak kedua dari 3 bersaudara ini adalah seorang prajurit angkatan laut marinir berpangkat kapten, bukan hanya sederet prestasi namun setumpuk gelar playboy dan keluarganya turut melekat di belakang namanya. Tak sangka acara ulang tahun yang seharusnya ia datangi membawa Rayyan menemui sang calon penghuni tetap dermaga hati.
"Pergilah sejauh ukuran luas samudera, tunaikan janji bakti dan pulanglah saat kamu rindu, karena akulah dermaga tempat hatimu bersandar, marinir,"
-Eirene Michaela Larasati-
"Sejauh apapun aku berlayar, pada akhirnya semua perasaan akan berlabuh di kamu, karena kamu adalah dermaga hatiku."
-Teuku Al-Rayyan Ananta-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SENTUHAN MAGIC
Rayyan kembali ke dalam kamar dengan hati yang sudah ngomel-ngomel, otak pintarnya ngebul bak kukusan yang dibuka tutupnya, gejolak yang sudah menggebu-gebu seketika padam.
Sementara Eirene masih tertawa-tawa disana. Jika pertanggung jawabannya tak bikin ribet, mungkin ia sudah menembak mati si tokek di tempat saat ini dengan senjata miliknya karena sudah bikin moment syahdu gagal total.
Ia membanting pintu kamar dengan lumayan keras, kesal--marah? Sudah pasti!
Blughhh!
Eirene dapat melihat itu, berkali-kali gadis itu menghela nafasnya. Di satu sisi ia cukup lega karena kegugupan yang hakiki, tapi di sisi lain---ia tau Rayyan sangat menginginkan itu, dan ia tak bisa egois.
Eirene memantapkan hatinya, membuang rasa malu, ia meyakinkan diri sendiri jika apa yang akan ia lakukan adalah kebaikan (bukan sedang merendahkan harga dirinya), semua memang sudah pada tempatnya (kodratnya), minimal ini langkah awalnya menjadi seorang istri. Rayyan sudah memilikinya, ia berhak atas dirinya begitupun tubuhnya.
"Astagfirullah!" lelaki itu meloloskan nafas jengah bin kesal, gair4h itu menguap lalu melebur di udara bersama hilangnya suara toke yang ia lempar dan usir tadi, gilak saja tuh toke! Ngga tau kalo hantu laut lagi ngambek, ras tokek di dunia saja bisa ia punahkan dalam semalam.
"Sudah. Kamu tidur saja," ucapnya menutup pintu kamar memilih untuk tidur.
Eirene beringsut turun dari kasur dan menghampiri Rayyan, "Ray---" dipeluknya Rayyan dari belakang, jemari indah nan lentiknya nakal membuat garis-garis abstrak di area perut dan dada Rayyan, menantang kembali jiwa kelaki-lakian pria yang telah menjadi suaminya. Eirene menyodorkan dirinya pada lelaki ini, layaknya seorang wanita penggoda. Ia cukup tau dan hafal dengan apa yang sering mereka lakukan, Eirene berada di circle pergaulan itu dulu--tak jarang ia bergaul dengan para model, artis dalam tanda kutip dan melihat mereka sayang-sayangan manja dengan lelakinya.
"Sentuh Eyi," bisiknya manja tepat di telinga Rayyan dengan menjepit daun telinga Rayyan dengan kedua belahan bibirnya, membuat sensasi geli menggoda untuk Ray. Mendadak gairah yang tadi hilang kini kembali memuncak, apalagi Eirene memakai baju tidur yang cukup membuat Rayyan kicep, atau memang ia'nya saja yang kebelet malam pertama sampai-sampai kaos sebatas paha saja ia anggap bikini one piece.
Seringaian khas lelaki kucing garong kalo dikasih ikan pindang tercipta dari wajah Rayyan, "my pleasure," jawabnya membalikkan badan.
Tak tunggu lama, dalam sekali gerakan ia menggendong Eirene membuat gadis ini melingkarkan kakinya di pinggang Rayyan. Keduanya menyatukan wajah, belum cukup berpengalaman bukan berarti tak tau. Keduanya sudah sama-sama dewasa, naluri tentang s3x pasti sudah hafal meskipun tak perlu diajarkan.
Meski memang itu terasa kaku pada awalnya, mengandalkan naluri manusia yang haus akan belaian, akhirnya keduanya dapat menikmati hisapan demi hisapan juga ku loeman si benda kenyal milik satu sama lain, tak ada nafas yang memburu, semua mereka lakukan dengan santai tanpa tergesa oleh waktu, biarkan malam ini menjadi malam panjang untuk keduanya.
Suara toke berubah jadi suara decapan bibir antara Rayyan dan Eirene, ini rupanya yang namanya kissing... See! Toke saja minder, memilih pergi dan tak kembali, jomblo sih!
Malam semakin menunjukkan kuasanya dengan meniupkan udara malam yang semakin dingin, membuat kedua insan yang sedang menunaikan kewajiban ini semakin ber'hazrat memanaskan suasana.
Rayyan menurunkan Eirene di atas ranjang, bukan dengan cara dilempar tanpa perasaan seperti melempar karung goni berisi jagung hasil panen. Melainkan dengan penuh kelembutan, membuat Eirene merasa sedang dibuai mesra. Tangannya tak diam dengan menelusupkan jemari nakal ke dalam pertahanan busana Eyi, da rahnya semakin berdesir kuat begitu telapak tangan besar Rayyan dapat menggenggam gunung kenyal milik Eirene di balik kacamata si dewa mesum.
Apakah ini br4 dengan busa atau memang milik Eirene selembut ini?
Disinilah gejolak itu mulai menguasai, nafas keduanya semakin berat dan mele nguh diantara pag oetan bibir yang masih terjalin.
"Ray---" the'sah Eyi saat Rayyan melepaskan bibirnya yang sudah memerah serta basah, ternyata pengalaman pertamanya sebagai laki-laki sejati tak buruk, ke'playboy-annya patut diacungi jempol---Eirene saja sampai terlihat kacau-kacau menggemaskan oleh ulahnya. Mata gadis itu meredup sendu memandang Rayyan tak berdaya, titik sensitifnya sudah dikuasai Rayyan di balik baju yang sudah berantakan.
"Adek cantek milik abang,"
Suaranya berat dan dalam, kedalaman samudra saja kalah saing, sementara matanya mengelam bak langit malam.
Rayyan melepas semua lapisan yang membungkus tubuh indah istrinya, sementara Eirene memalingkan wajahnya karena malu semua aset pentingnya terpampang nyata di depan seorang pria, tangannya bahkan sudah menarik selimut dari samping, tapi tangan Rayyan menahan dan malah membuangnya secara sembarang.
Eirene memang sudah tak aneh dengan pahatan atas tubuh laki-laki, tapi ia tak pernah tau bagaimana part bawahnya, ia sampai menelan salivanya sulit saat Rayyan membuka pertahanan terakhir miliknya di depan Eirene, seolah sedang ingin menunjukkan kegagahannya.
Ia kembali merangkak menjelajahi lekukan badan Eirene yang indah tanpa cacat, ingin menyempurnakan status keduanya sebagai suami istri.
Punggungnya sampai melengkung tatkala Rayyan kembali mendaratkan bibir rakusnya di gunung kenyal lalu mencium dan menghisapnya seperti vampir yang butuh da rah, hingga meninggalkan bekas kemerahan, sesekali gadis itu meringis karena rasa sakit nan geli yang ditimbulkan, jemari indah itu menekan kepala Rayyan dan meremasnya barang sekali waktu.
Leng uhan dan the'sahan tipis yang keluar dari mulut Eyi, bagaikan sinyal untuk Ray demi memberikan serangan-serangan berikutnya.
Yang Rayyan tau, ia hanya akan melakukannya dengan perlahan agar Eirene tak harus sampai menangis. Banyak cerita yang mampir dan singgah di telinganya tentang malam pertama.
Tangannya sudah sampai di titik dimana dewi milik Eirene berada, dan percayalah itu sudah basah.
Rayyan mendekatkan wajahnya dan membisikkan lantunan kalimat indah di telinga yang tidak Eirene mengerti, "Allahumma jannibnna asy-syaithoona......"
Cup!
Ia mengakhirinya dengan kecupan di kening Eirene cukup lama. Keris samudra miliknya kini sudah terarah, sebelumnya ia memberikan sentuhan di area sensitif seraya menancapkan Keris saktinya.
Begitu sempit dan butuh perjuangan, hanya memasukkan saja tapi rasanya lebih sulit ketimbang menembak musuh. Hanya menenggelamkan saja tapi rasanya lebih butuh perjuangan ketimbang menyelam di perairan lepas pantai.
Gadis itu begitu resah mencengkram bantal, hingga beberapa kali dorongan dapat mendobrak paksa pertahanan Eirene, memaksa melesak masuk ke dalam diri Eirene dan menjadikan wanita ini miliknya seutuhnya.
Tak ada jeritan layaknya lolongan malam, atau tangisan mirip nangisin orang sekarat.
"Sakit?" ia menjeda demi memberikan Eirene dan si keris gagahnya ruang bernafas dan beradaptasi.
"Sedikit," jawab Eirene, ternyata malam pertama tak seburuk yang dibayangkan Eyi, entah memang Rayyan melakukannya dengan siasat, yang jelas ia menikmatinya.
Rayyan mulai bergerak memberi irama dan dawai cintanya, mengayunkan Eirene ke udara. Cengkraman erat Eyi dan sentuhan tangannya bahkan mampu menjadi tenaga tambahan untuknya.
Bunyi penyatuan keduanya memenuhi sudut kamar yang berukuran tak besar, Rayyan mendapatkannya---mendapatkan Eirene sepenuhnya.
"Ray---emhhhh," saat Rayyan kemudian membungkamnya dengan cum buan. Malam yang panas untuk bekal perjalanan sang kapten bertugas esok hari, bahkan Eirene yang sempat tertidur kembali harus terjaga demi stamina Rayyan masih kuat.
.
.
.
.
.