Lucifer seorang anak yang di lahirkan dari seorang wanita yang memiliki hubungan dengan seorang pria yang ternyata adalah ketua mafia bawah tanah. Namun hadirnya Lucifer tidak di anggap oleh ayah kandungnya dan di mereka di buang, hingga akhirnya mereka masuk kedalah hubungan sepasang suami istri dan membuat awal penderitaan bocah kecil itu.
Lucifer di perlakukan buruk oleh keluarga angkatnya. Hingga akhirnya dia mengetahui jika dirinya bukanlah anggota keluarga tersebut.
Lucifer mencari informasi tentang keberadaan ayah kandungnya. Namun saat dirinya telah menemukannya. Ia mengetahui seuatu yang lebih menyakitkan, ayah kandungnya dalang di balik kematian ibunya.
Belum juga rasa sakit akibat siksaan yang di berikan keluarga angkatnya, kini rasa sakit itu datang dari ayah kandungnya yang ternyata juga ingin melenyapkannya.
Bagaimana pembalasan Lucifer ikuti kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saadahrafael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bisnis
"Lama tidak bertemu dengan mu teman lama ku. Bagaimana kejutan ku tadi?"
Pria yang di sapa menatap tajam pria yang dulu menjadi sahabatnya itu. Namun ranggang karena rasa iri dan benci dan akhirnya menjadi musuh dalam bisnisnya.
.
.
Pria yang di sapa yang tak lain bernama Adam mengabaikan, ia berlalu meninggalkan Bobby yang tersenyum menyeringai.
"Hm….masih tetap sama,"
Tanpa tersinggung sedikitpun karena Adam mengbaikannya, Bobby juga berlalu masuk kedalam Club malam besar itu untuk menemui seseorang.
Suara dentuman musik menggema di dalam ruangan itu. Lampu berkelap-kelip membuat suasana semakin asyik. Bahkan banyak wanita berlenggak-lenggok dengan pakaian mini dan sek-sinya, menunjukkan kemolekan tubuh untuk menggaet banyak pria hidung bilang yang datang.
Baik Bobby maupun Adam kini langsung di sambut oleh dua wanita muda sek-si. Walaupun umur mereka sudah berkepala empat tidak membuat wanita itu mengabaikan kedatangannya, karena mereka tahu dua pria baya itu pastinya bukan pria biasa, apalagi di lihat dari pengawal dan pakaian yang di kenakannya, semuanya barang asli dan mahal.
"Tuan," sapa wanita itu dengan tingkah centilnya mencoba merayu.
Adam yang melihat begitu risiko, tidak tertarik sedikitpun dengan wanita di depannya. Karena menurutnya wanita itu sungguh menjijikkan, barang bekas banyak orang.
"Pergilah," ucap Adam dengan nada dingin.
"Tuan, saya ingin memberi___"
Ugh….
Adam tidak ingin mendengar apa yang di katakan wanita tersebut, dua mencekik leher wanita hingga membuat wanita merintis kesakitan dan sudah bernapas.
"Tu….tuan,"
"Bukankah aku sudah mengatakan pada mu untuk pergi? Aku tidak suka di ganggu wanita menjijikkan seperti kalian,"
Brug….
Tubuh wanita itu di lempar dan jatuh kebanyakan dengan nafas terengah-engah sambil memegang lehernya yang sakit akibat cekikan tangan kuat Adam.
Wanita itu ketakutan karena ternyata pria yang ingin di godanya adalah pria yang mengerikan. Berbeda dengan Bobby, melihat wanita yang merayunya seperti takut, takut akan mengalami hal sama seperti temannya, ternyata tidak. Bobby malah balik merayu wanita tersebut dengan mulut manisnya.
"Jangan takut, aku tidak sama seperti dia," ucapnya dengan lirikan mata kearah Adam.
Wanita itu yang mendengar langsung tersenyum. Sepertinya targetnya malam ini tidak sama dengan target temannya yang kasar.
"Saya akan melayani anda dengan baik, tuan. Apakah saya boleh menemani anda?"
"Tentu saja, tapi untuk sekarang tidak bisa. Aku masih ada urusan baby,"
Adam yang melihat mendengus. Adam tidak menyangka Bobby akan menjadi pria seperti itu. Dia pergi lebih dulu meninggalkan Bobby dengan wanita tersebut. Bobby yang melihat menyeringai, dan setelah itu mendorong tubuh wanita di depannya dan ikut menyusul Adam yang pergi lebih dulu.
.
.
Cklek
Pintu di bukakan oleh Bart, mempersilahkan tuannya untuk masuk lebih dulu.
"Silahkan tuan,"
Bobby masuk, matanya langsung melihat beberapa orang yang ada di dalam ruangan itu termasuk Adam.
"Selamat datang Tuan Bobby. Maaf saya tidak menyambut kedatangan anda di depan," sambut pria yang mengundang Bobby dan Adam.
"Tidak masalah," jawab Bobby membalas uluran tangan Tuan Max.
"Mari," Max mempersilahkan untuk Bobby duduk di kursi yang sudah di siapkan.
Bobby beralih kearah Adam yang hanya diam dengan wajah datarnya. Dan itu membuat Bobby usil ingin membuat Adam kesal padanya.
"Oh, bukankah ini tuan Adam?"
"Benar tuan, beliau memanglah Tuan Adam," jawab Max
"Senang bertemu dengan anda Tuan Adam." Ucapnya mengulirkan tangan di depan Adam.
Kening Adam berkerut melihat uluran tangan itu. Menatap wajah Bobby yang menurutnya menyebalkan. Namuj tahu akan sifat Bobby, Adam menyambut uluran tangan itu, seolah mereka baru saling kenal.
"Senang juga berkenalan dengan anda Tuan Bobby "
Saat mereka saling berjabat tangan, seolah ada pancaran permusuhan yang sangat kuat, seolah dari arah mata mereka ada aliran listrik yang saling beradu.
Max yang melihat mereka diam dengan pandangan entah, menatap saling bergantian. Setelah itu berdehem untuk menyadarkan mereka berdua.
"Ehem…bisakah kita mulai pembicaraan kita Taun Adam, Tuan Bobby?"
Sadar disana ada Max, mereka langsung melepaskan tangan. Bart dan Evan yang melihat langsung menghela nafas, takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.
Mereka duduk di tempat masing-masing, dan Max langsung memulai pembicaraan tentang bisnis mereka.
"Apakah sudah bisa kita mulai?" Tanya Max memastikan.
"Silahkan," Jawan Bobby dan Adam.
"Baiklah, saya mengundang kalian berdua karena ada seuatu yang ingin saya bahas. Ini tentang bisnis besar. Sebelumnya saya sudah mengatakan kepada anda tentang bisnis itu." Bobby dan Adam mengangguk, mengerti.
"Disini karena anda berdua sama-sama memiliki bisnis yang sama, maka saya akan membagi permintaan bos besar saya menjadi dua." Mereka berdua mendengarkan dengan seksama. Membagi, apa maksudnya?
Bos kami menginginkan senjata dan Narkoba dalam jumlah yang cukup besar. Jadi karena kita berteman maka saya akan membagi permintaan itu. Untuk permintaan senjatanya akan saya berikan kepada Tuan Adam dan untuk Narkoba saya berikan pada Tuan Bobby,"
Brak…
Bobby yang mendengar tidak terima. Bagaimana bisa Adam mendapatkan pesanan senjata sedangkan dirinya Narkoba. Bobby tidak ingin salah satu, dia ingin kedua pesanan itu menjadi miliknya.
"Tidak bisa,"
"Apa maksud anda Tuan Bobby," ucap Max bingung, dia menatap Bobby yang sudah berdiri dengan tatapan tidak bersahabat.
"Kenapa pesanan senjata di berikan pada nya? Padahal anda tahu bahwa saya juga bisa menjadi pemasok untuk pesanan bos anda,"
"Bukankah saya tadi sudah mengatakannya. Apa anda tidak mendengar?"
"Aku mendengarnya, tapi aku menginginkan pemasoknya semuanya dari ku."
Adam yang mendengar tidak tahan, enak saja Bobby berkata seperti itu. Jika dia berkata seperti itu, apa dia tidak menganggap dirinya ada disana. Adam juga menggebrak meja dengan kuat, membuat Max beralih menatap Adam.
"Apa maksud mu berbicara seperti itu? Apa kau pikir hanya kau saja yang bisa menjadi pemasoknya?"
"Tentu saja," Jawab Bobby ingin membuat Adam tersulit emosi.
Max yang melihat perdebatan dan perseteruan mereka memijit pelipisnya, pusing. Tahu akan terjadi hal seperti ini. Sebenarnya Max tidak ingin melakukan hal ini, namun tahu akan kekuatan mereka berdua, dia tidak ingin menyinggung dan membuat bisnisnya di New York kacau, dan akhirnya hanya bisa membagi. Namun ternyata tidak sesuai prediksinya, mereka tetap saja berseteru.
"Tuan Adam, Tuan Bobby silahkan duduk lebih dahulu. Saya akan mencari solusinya untuk anda berdua,"
Max diam berpikir. Dia tidak boleh lagi menyinggung dua orang di depannya, sangat merepotkan.
"Begini saja, masing-masing dari kalian siapkan setengah dari pesanan itu, saya tidak ingin mendengar penolakan lagi,"
Bobby dan Adam diam, ide itu memang lebih baik. Dan akhirnya mereka menyetujui permintaan tersebut.
Setelah deal dengan bisnis tersebut, mereka akan mengirim dalam waktu setengah bulan. Dan setelah selesai, mereka pun keluar dari ruangan itu, meninggalkan Max yang kini menghubungi seseorang.
"Bagaimana?" Tanya orang yang di hubungi Max.
"Akan saya selidiki tuan, dengan bisnis ini saya harap bisa menemukan suatu petunjuk."
"Baiklah, jangan buat dia curiga,"
"Baik tuan,"
.
.
.
Bersambung.
*awas ku potong gajimu Jika berani mengejekku*😂😂😂😂