Terlahir dari keluarga kaya raya dan terpandang, anak bontot yang seharusnya selalu mendapat kasih sayang, namun itu tidak berlaku bagi Rangga Guitama.
Rangga Anak bungsu dari tiga bersaudara, namun tidak pernah mendapat kasih sayang dari orang tuanya, karena Rangga tidak jenius seperti kakak kakaknya, dia tak mampu menyamai akademis sang kakak, dia anggap bodoh oleh keluarganya, menurut keluarga nya Rangga hanya anak pembawa sial.
Mau tau ceritanya yukkk ikuti...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Sudah dua bulan berlalu usaha Rangga sudah mulai banyak peminat, dan yang datang pun bukan dari kalangan biasa, itu pun berkat dukungan dari Keluarga Bu Ruly, dan jangan di tanya yang paling terdepan tentu saja Rania yang selalu mempromosikan usaha suami nya itu di media sosial nya, baik di tok tok, garam, febuk, yatab dan lainnya.
"Sayang..." panggil Rangga melihat sang istri yang masih santai santai di depan tv.
"Hmm... Iya Kak" ujar Rania mengalihkan pandanganya kepada sang suami.
"Kamu kapan selesai magang?" tanya Rangga. Dia tidak suka sang istri yang selalu di tempeli teman teman cowoknya.
"Klau lebih kurang dua bulan lagi, kenapa emang?" tanya Rania, bingung dengan sikap suaminya yang tidak biasa biasanya itu.
"Kakak ngak suka kamu selalu di tempeli teman cowok mu itu" kesal Rangga.
"Astaga, aku cuma temanan doang sayang, karena kami satu tim jadinya kami sering bersama, karena aku kan mau nguber magangnya biar cepat selesai dan ngurus skripsi secepatnya, biar bisa selalu nempelin suamiku yang pencemburu ini" kekeh Rania sambil memeluk sang suami dan tidak lupa menguhujani dengan kecupan kecupan manis di pipi sang suami dan tak lupa bibir **** suaminya itu.
Sampai sampai snah suami terkekeh geli, karena Rania sengaja menguyel nguyel pipi sang suami.
"Sudah, sayang..." kekeh Rangga yang tidak tahan dengan kelakuan sang suami.
"Habisnya aku gemes sama kakak, kalau cemburu ngak kira kira" ujar Rania.
"Namanya juga orang cemburu" ujar Rangga.
"Iya Iya, nanti kalau ada tugas yang harus kami kerjakan aku mau minta mereka ngerjainnya di bengkel atau di studio aja, bir suami aku ini ngak sensi mulu" ujar Rania.
"Itu lebih bagus, biar laki laki genit itu tau, klau Rania itu sudah punya suami, yang tampannya melebihi opa opa korea" sungut Rangga.
"Iya iya, terserah suami aku aja, mau ngapain terserah" ujar Rania, dia juga senang klau Rangga mencemburui dirinya, dan begitu juga sebaliknya, Rania terkadang juga suka cemburu sama sang suami.
"Oh... Iya. Dek, giman klau kakak, beli mobil mobil lama, yang masih lengkap surat suratnya dan ngak bermasalah juga dengan mesin, lalu kakak modif ulang, setelahnya kita jual lagi, gimana menurut kamu?" ujar Rangga meminta pendapat sama sang istri.
"Waahhh.... bagus juga ide kakak itu, aku setuju" ujar Rania dengan mata berbinar, dia yakin klau apa yang di lakukan sang suami berjalan dengan lancar, dan pastinya suaminya itu sudah memperhitungkan itu semua, walau masih di bantu oleh Rania.
Rania memang tidak pernah bosan mengajarkan pelan pelan ilmu bisnis yang Rania pelajari, walau pun tak pernah kuliah setidaknya Rangga mempunyai guru yang baik di rumah, dan mungkin juga karena bakat seorang pebisnis juga ada di tubuhnya, walau orang tuanya tak mengakui diri, namun darah mereka tetap lah mengalir di diri Rangga.
"Nanti kamu yang menjadi bosnya di bengkel kita. Kakak cukup di belakang layar, dan kamu yang melobi para pelanggan kita" ujar Rangga, memang lah dia selalu meminta pendapat dan juga saran dari setiap apa yang dia lakukan, di tambah dia memang lemah dalam akademik, dia mahir di lapangan, namun masalah lobi melobi tetap lah Rania yang turun tangan.
"Siap suamiku. Kita akan mengembangkan usaha kita ini sampai keluar daerah dan aku akan selalu ada untuk kakak, jadi jangan takut dan jangan ragu, ide apa saja yang ada di kepala kakak, keluarkan saja, kita akan mencobanya" ujar Rania
"Klau gagal gimana dek, pasti modal kita tidak balik dan kita akan rugi" ujar Rangga.
"Kak, di dalam usaha itu pastinya untung ruginya, tidak melulu untungkan, yang penting kita coba perlahan lahan, tidak harus bearambisi, seperti mobil yang kakak, bilang tadi, coba beli dua dulu, lalu di modif, dan kita jual coba jual dulu, gimana reaksi konsumen" ujar Rania.
"Baiklah, kamu memang yang terbaik" ujar Rangga.
"Kakak yang terbaik, aku hanya membantu saja" ujar Rania sambil memeluk tubuh sang suami, Rangga pun tak mau kalah, dia juga membalas pelukan sang istri dengan penuh kasih sayang, begitu bersyukurnya dia bisa menikah dengan Rania, yang mau menerima dia apa adanya, dan membantu usahanya mulai dari nol, bahkan tanpa ragu Rania merelakan tanah orang tuanya di pakai untuk usahanya dan tidak hanya itu, biayanya pun Rania menggelontorkan uang tidak sedikit demi dirinya.
Bersambung.....