Cinta Untuk Tuan Arga

"Nggak percaya? Mau bukti lagi? Mumpung masih keras nih!" celetuk Ray dengan santainya. Sedangkan Lovely terlihat sibuk mencari pakaiannya yang berserakan di atas lantai.

"Ogah, bodo amat! Mau keras kek mau lembek kek, aku nggak perduli. Aku mau pulang!" sahut Lovely sembari memungut pakaiannya kembali. Namun, tiba-tiba saja Ray bangun dan menahan wanita itu.

"Ray, apa-apaan sih kamu! Cukup ya, aku nggak mau melakukannya lagi, anggap saja ini semua hanya mimpi, pokoknya aku mau pulang!" ucap Lovely dengan tegas.

"Baiklah, aku akan mengizinkanmu pulang, tapi aku mau kamu menidurkan adikku dulu, tanggung sudah terlanjur bangun," seru Ray sembari menyandarkan tubuh Lovely pada dinding kamar. Lovely mulai marah dan berusaha untuk memberontak.

"Brengsek kamu, Ray! Lepaskan aku! Jadi ini kelakukanmu yang sebenarnya, beruntung Cinta tidak menikah dengan pria macam kamu, laki-laki apa kamu berani berbuat seperti ini pada kakak gadis yang kamu cintai? Kalau saja Cinta tahu dia pasti sangat kecewa padamu!" sungut Lovely dengan kesalnya.

"Bukan dia yang kecewa, justru aku yang kecewa dengannya, aku melihat dia di depan mataku sedang berciuman dengan pria itu, coba kamu pikir, bagaimana aku tidak sakit hati, bertahun-tahun aku menunggu saat-saat seperti ini, di saat aku pulang dan melamarnya untuk menjadi istriku. Tapi apa? Dia malah menikah dengan pria itu, dia sudah mengkhianatiku. Aku pasti akan membalasnya," sahut Ray sambil terus mencengkram tangan Lovely.

"Jadi itu alasanmu melakukan hal ini, kamu balas dendam dengan cara seperti ini? Apa yang kamu inginkan, Ray?" Lovely berkata dengan menatap bola mata Ray tajam.

"Bukan, kita bertemu tidak sengaja, dan ketidaksengajaan ini membuatku mengerti siapa sebenarnya kamu, Lovely? Katakan padaku! Sejak kapan kamu seperti itu, karena aku sangat tahu siapa dirimu, begitu juga dengan Cinta, kenapa Lovely?" pertanyaan Ray seketika membuat Lovely menundukkan wajahnya. Ekspresi wajahnya pun berubah.

"Tidak, tidak ada. Aku hanya merasa jika laki-laki itu semuanya brengsek, aku sangat membenci yang namanya laki-laki, mereka itu makhluk yang sangat menyebalkan, mereka selalu menyakiti hati wanita, aku benci aku sangat benci!" ungkap Lovely yang diiringi dengan buliran air mata yang mulai keluar dari sudut matanya.

Kali ini, Ray melihat kesedihan pada wajah Lovely, untuk sejenak Ray merasa iba dengan gadis itu. Ray mengusap air mata yang terjatuh di pipi mantan calon kakak iparnya itu.

"Kenapa kamu sangat membenci pria? Apa itu yang menyebabkan kamu memiliki pacar seorang cewek? Ayolah Lovely! Kamu harus sadar, kamu masih cantik, banyak pria-pria tampan di luar sana yang pastinya akan menawarkan cinta untukmu, masa depanmu masih panjang, untuk apa kamu habiskan masa mudamu untuk hal yang tidak berguna seperti ini, dengan menjadikan Monica sebagai kekasihmu? Shiiit! Punya apa dia? Toh kamu sudah punya dan dia sudah punya, untuk apa lagi kamu penasaran dengan dia, Monica tidak punya tugu Monas seperti diriku, dan kenyataannya kamu sebenarnya masih sangat normal, Lovely! Apa hanya karena sebuah kenyamanan? Aku pun bisa memberimu kenyamanan. Jauhi Monica dan lupakan masa lalumu!" ucap Ray sambil terus memepet Lovely begitu dekat.

"Itu tidak mungkin, Ray! Ini masalah pilihan hati, aku sudah terlanjur nyaman dengannya, bahkan perasaan itu muncul saat aku masih berhubungan dengan Arga, dan karena itulah Arga memutuskan aku!" ungkap Lovely.

Ray tertawa miring, apa yang dikatakan oleh Lovely benar-benar tidak bisa membuatnya percaya begitu saja.

"Pilihan hati katamu? Tapi sayangnya aku tidak percaya sama sekali, aku tahu kamu kecewa dengan yang namanya laki-laki. Tapi aku rasa kamu juga tidak menutup kemungkinan jika kamu sangat menikmati permainanku, sadar atau tidak kita sangat menikmatinya, Lovely!" ucap Ray yang saat itu entah kenapa dia merasa tertantang untuk membuat Lovely mengakui jika gadis itu sangat menyukai permainan mereka.

Ray mengangkat satu kaki Lovely dan akhirnya Ray dengan mudah membuat Lovely tersentak sembari mencengkram erat punggung pria itu.

"Ray, kau!" seru Lovely saat permainan itu dimulai kembali.

"Apa Monica pacarmu itu bisa seperti ini? Tentu saja tidak, Lovely!" sahut Ray yang pada akhirnya ia bergerak-gerak lagi untuk kesekian kalinya. Lovely tidak bisa berbuat apa-apa, ia juga tidak bisa mengelaknya lagi jika apa yang sudah dilakukan oleh Ray benar-benar membuatnya lupa diri.

"Ray, kau benar-benar gila, Baby! Shiiit!" Lovely meracau tak karuan, dua-duanya sama-sama menggila. Seperti cicak yang menempel di dinding, diam-diam merayap dan bergerak lembut, memutar bahkan sesekali menusuk begitu dalam.

Lovely tidak bisa lagi menghindarinya, Ray sudah berhasil menguasai wanita itu, dari ujung rambut hingga ujung kaki tanpa terkecuali. Untuk terakhir kalinya, Lovely berada di atas sebuah meja dan Ray dengan gagahnya menguasai wanita itu dengan sempurna.

Selang beberapa detik, keduanya melenguh panjang karena sudah tiba pada puncak asmara. Nafas keduanya pun saling berlomba dan akhirnya Ray menarik tubuh Lovely dan membawanya ke tempat tidur.

"Istirahatlah!! Maafkan aku, hari ini aku harus pergi, ada urusan yang harus aku selesaikan, kamu bisa mengganti pakaianmu, di lemari itu ada beberapa pakaian wanita, kamu tinggal pilih yang kamu suka, setelah itu sopir akan mengantarmu pulang, dan ingat! Jangan berharap lebih dengan hubungan ini, kita hanya bersenang-senang, setidaknya aku sudah membuktikan jika kamu bukanlah seorang Lesbian, tinggalkan pergaulanmu, Lovely! Carilah pria yang benar-benar mencintaimu dan menerimamu apa adanya. Aku yakin kamu pasti akan mendapatkan pria itu."

Ucapan Ray perlahan mulai membuat Lovely berpikir, apa mungkin dirinya masih normal. Tapi, Lovely juga tidak bisa mengelaknya, Ray benar-benar sudah membuat perubahan banyak pada dirinya.

Setelah mengatakan hal itu, Ray segera beranjak pergi ke kamar mandi. Namun, tiba-tiba Lovely memanggilnya.

"Tunggu, Ray!"

Ray menoleh seiring kepala bawah juga ikut menoleh.

"Apa lagi?" tanyanya tanpa malu lagi jika tugu Monas itu dilihat oleh Lovely.

"Emm ... apa kamu masih mengharapkan Cinta kembali padamu?" tanya Lovely.

"Aku tidak akan bisa melupakan Cinta, dia cinta pertamaku, aku pasti akan merebut dia kembali, itu pasti!" ucap Ray yakin.

"Tapi, Ray! Jika aku hamil! Bagaimana? Apa kamu akan tetap melanjutkan rencanamu?" sahut Lovely yang merasa khawatir jika dirinya hamil. Mengingat Ray tidak memakai pengaman dan terus mengeluarkannya di dalam.

"Hamil? Mana mungkin kamu hamil, kita cuma bertemu hari ini, tidak mungkin kamu bisa hamil!" sahut Ray tidak percaya.

"Eh pea! Kita emang ketemunya cuma sebentar, tapi kamu masukin nya nggak sebentar, rahimku udah banjir banget nih, mana nggak ada pengaman dan nggak mau ditaruh di luar, aku kan sudah bilang dibuang saja, kamunya yang ogah, dasar laki-laki dari dulu selalu egois!" gerutu Lovely.

Ray pun salah tingkah dan garuk-garuk kepalanya. "Ya ... gimana dong! Telanjur enak sih, sayang banget kalau dicabut." Jawaban masa bodo Ray langsung mendapatkan hantaman sebuah bantal dari Lovely. Bantal itu tepat mengenai pusat tugu Monas milk Ray.

"Aduh! Kira-kira dong, sakit tahu!" pekik Ray sambil mendekap aset berharga miliknya.

...BERSAMBUNG ...