“Mbak, saya tidak pernah merebut suami Mbak. Seharusnya Mbak tanya Mas Devan kenapa dia mengaku belum menikah,” sahut Karin membela diri.
“Eh, kamu malah mengajari saya.” Renata kembali mengayunkan tangannya, refleks Karin memejamkan matanya. Tiba-tiba suasana hening dan tidak ada tangan yang mendarat di wajahnya. Karin pun perlahan membuka matanya
“P-Pak Arga,” ucapnya.
“Arga.” Renata terkejut dengan kehadiran Arga diantara mereka.
“Ka-kamu kenal dia?” tanya Renata pada Arga.
“Tentu saja, dia tunanganku. Calon istri Arga Sadewa,” jawab Arga.
***
Karin Amanda, tidak menyangka jika kekasihnya sudah menikah. Akhirnya dia memilih menikah dengan Arga Sadewa yang memiliki masa lalu dengan istri mantan kekasih Karin.
Rumah tangga yang Karin jalani tidak mudah, karena mereka menikah tanpa cinta dan diganggu dengan kehadiran para mantan.
Apakah Karin harus menyerah dengan cintanya atau berusaha mendapatkan hati Arga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Karin (2)
“Habis ini kemana lagi kita?” tanya salah satu teman Karin setelah mereka mengisi perut di foodcourt mall tempat mereka berada.
“Hm, aku kayaknya pulang deh,” ujar Karin.
Meskipun dia sempat berencana untuk tidak pulang ke apartemen karena melihat Arga yang dekat dengan Renata, tapi mengurungkan niatnya. Mengubah rencananya untuk membalas kalimat Arga sebelumnya yang terasa menyakitkan.
Karin bahkan sempat mencetak beberapa lembar foto yang dia dapatkan tadi.
“Dia pasti ngoceh-ngoceh karena aku baru pulang, tapi foto ini dijamin bisa buat dia bungkam,” ujar Karin sambil bersenandung saat berjalan di lobby menuju lift. Langkahnya terhenti melihat pasangan yang seakan merusak penglihatannya.
Karin bergegas bersembunyi di balik pilar dengan ukuran hampir sebesar tubuhnya. Masih terdengar pembicaraan pria dan wanita yang tidak lain adalah Renata dan Arga.
“Pulanglah Renata, sikapi dengan baik masalah kalian.”
“Tapi Devan begitu terus Ga, janji tidak akan mengulangi tapi nyatanya masih saja selingkuh. Bahkan istri kamu juga pernah jadi bagian dari wanita-wanitanya Devan,” tutur Renata dengan nada manja.
What, aku wanitanya Mas Devan. Yang ada lakinya nggak tahu malu terus menerus ngejar aku, ini istrinya malah mepet suamiku terus. Benar-benar pasangan yang aneh.
Arga agak geram mendengar nama Karin adalah bagian dari perselingkuhan Devan. Apalagi beberapa hari yang lalu Devan sempat datang menemui Karin. Entah mengapa Arga menduga Karin dan Devan berbuat aneh-aneh di apartemennya.
Shitt, aku akan tanyakan lagi pada Karin sebenarnya mereka ngapain saat Devan datang.
“Renata, saat ini aku sudah menikah dan tidak ingin orang menduga aku dan kamu juga sama-sama berselingkuh.”
“Kamu masih mau mempertahankan Karin?” tanya Renata.
“Itu bukan urusan kamu, hubungan kita saat ini adalah hanya urusan bisnis. Tolong jangan lagi temui aku selain urusan itu. Sebaiknya kamu pulang, aku tidak ingin Karin juga menduga yang macam-macam tentang kita.”
Arga meninggalkan Renata yang kesal karena tidak berhasil merayu Arga.
“Susah banget sih, tinggal ceraikan Karin lalu aku juga akan gugat Devan dan kita bisa kembali bersama. Sesimple itu tapi si Arga kenapa be*go banget sih,” gumam Renata.
Situ juga be*go karena masih ngejar laki-laki yang jelas-jelas be*go, upss, batin Karin.
Setelah memastikan Renata sudah meninggalkan lobby apartemen, Karin pun meninggalkan tempat bersembunyinya.
Arga sedang menunggu kehadiran Karin dengan duduk di sofa dan menatap layar ponselnya saat Karin membuka pintu.
“Dari mana kamu, tahu ‘kan ini jam berapa?”
“Aduh Pak Arga, nggak usah teriak-teriak gitu deh. Aku sudah dewasa masa pulang jam segini aja diributkan. Aku capek mau ke kamar,” jawab Karin.
“Karin, jawab aku atau jangan-jangan kamu janjian dengan Devan?”
Karin menghentikan langkahnya lalu menoleh.
“Pak Arga, aku tuh kuliah. Kalaupun aku main dengan teman-temanku itu wajar dong. Bukan seperti Pak Arga yang malah jalan dengan istri orang dan diam aja waktu dipeluk. Apalagi terima curhatan nggak jelas. Pak Arga sebenarnya masih cinta ya dengan Renata? Kenapa nggak ceraikan aku lalu menikah dengan Renata.”
“Karin, kamu ...."
"Nggak usah mengelak karena aku juga punya buktinya," sela Karin lalu mengambil foto yang tadi dia cetak dari dalam tas dan dilemparkan ke wajah Arga.
"Aku sebenarnya tidak ingin kuranfg ajar tapi Pak Arga duluan yang mulai."
Karin meninggalkan Arga memperhatikan fotonya bersam Renata.
"Dari mana dia dapatkan ini? Karin, tunggu!"
Brak.
Karin membanting pintu kamarnya, membiarkan Arga galau dan resah karena pembalasan dari Karin.
"Karin, buka pintunya," teriak Arga sambil mengetuk pintu kamar.
"Harusnya Pak Arga bisa jaga sikap, bagaimana kalau foto-foto itu sampai ke tangan orangtua," teriak Karin dari dalam kamar.
Arga mengumpat dalam hatinya karena ancaman Karin. Bisa-bisanya dia kembalikan kata-kataku, batin Arga.
Karin terbahak membayangkan wajah bingung Arga memikirkan solusi kalau foto-foto itu sampai ke tangan Ayah dan Bundanya.
Suasana sudah mulai kondusif, tidak lagi terdengar teriakan Arga dan gedoran pintu. Karin lalu membersihkan diri dan keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk.
Menyadari sudah tidak ada lagi pakaian miliknya di kamar itu, karena sudah dipindah ke kamar Arga saat Bunda Marisa datang.
"Mamp*us, terus aku tidur nggak pakai baju dong,"
\=\=\=\= hati2 Karin, ada Arga yang lagi butuh sarang
Sambil tunggu kelanjutan Karin dan Arga, mampir yuk ke karya teman aku
