Dijual sang paman dan di beli oleh mafia kejam.
Yura Milea seorang gadis belasan tahun harus rela mengandung benih pewaris untuk seorang mafia kejam.
Leonard Sebastian Johson, pria kejam itu membutuhkan seorang wanita untuk mengandung benih darinya sesuai permintaan Daddynya yang menderita penyakit akut.
Meski Yura bukanlah type ideal baginya pernikahan itu pun harus di laksanakan.
Bagaimana nasib Yura ketika di rahimnya tumbuh benih sang pewaris, sedangkan ia begitu membenci Leonard Sebastian yang selalu menghina dan merendahkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedekatan
Yura dan Bu Tuti berada sebuah ruangan, ruang tersebut ternyata gudang yang digunakan untuk menyimpan barang-barang lama dan buku-buku yang telah usang ada juga buku-buku pelajaran milik Dimas dan putra-putrinya yang lain.
Yura membolak-balik sebuah buku .
" Bu, buku ini boleh aku simpan ya, "ucap Yura sambil menunjukkan sebuah buku yang dipegangnya.
" Oh iya Nak, tapi untuk apa ? itu kan buku pelajaran lama."
" Iya Bu, kalau aku lagi senggang, aku bisa membaca buku-buku ini,sekalian belajar. Maklum saja, sejak tinggal dengan paman, aku tak pernah merasakan bangku sekolah."
"Oh iya, kamu boleh simpan buku itu, kumpulan mana yang kamu bawa ke kamarmu."
Yura pun mengumpulkan buku-buku yang di rasanya perlu.Beberapa buku pelajaran dan juga beberapa buku tulis Dimas yang masih bisa digunakan. Betapa senangnya Yura mendapatkan buku-buku itu.
Yura menumpuk sejumlah buku yang ingin ia simpan, kemudian ia kembali membantu Bu Tuti merapikan dan membersihkan ruangan tersebut.
Dimas datang menghampiri mereka
"Yura, Aku ada beli es krim untuk kamu," ucap Dimas sambil menyodorkan es krim berbentuk cone.
" Oh, terima kasih ."
" Sama-sama."
Keduanya saling melempar senyum malu-malu dengan wajah mereka yang sama-sama merona.
Bu Tuti sempat memperhatikan kedua remaja tersebut.
Yura membuka es krim tersebut kemudian memakannya.
Sementara Dimas ia menghampiri Bu Tuti.
"Ini buku-buku aku, kenapa di keluarin dari kardusnya bunda, mau di buang ya ?"
"Nggak dibuang, Bunda mau membersihkan gudang sekalian mencari barang-barang yang masih bagus masih layak dipakai, kemudian diserahkan di dinas sosial."
"Oh kalau gitu Dimas bantuin deh,"
"Ya sudah kamu angkat saja barang-barang yang sudah bunda pisahkan itu, kemudian bawa keluar. Setelah ayah pulang, nanti tinggal di angkut ke dalam mobil."
Bu Tuti telah mengumpulkan pakaian dan mainan yang masih layak digunakan untuk dikirim ke panti asuhan ataupun Dinas sosial.
Dimas membantu mengangkat kotak-kotak yang sudah di packing oleh Bu Tuti dan membawanya ke luar dari ruangan tersebut.
Yura kembali membantu Bu Tuti menyapu ruangan tersebut.
Dimas kembali lagi ke ruangan itu untuk kembali mengambil kardus yang sudah di lakban.
Ketika menghampiri kotak-kotak tersebut ia menemukan spidol warna-warni yang mungkin saja itu milik keponakannya.
Dimas tersenyum sambil melirik ke arah Yura.
Ia pun melepas bagian bawah spidol kemudian mengeluarkan wadah bahan penyerap tinta.
Dimas kemudian menghampiri Yura yang tengah mengelap meja yang berdebu.
" Yura!" panggil Dimas sambil mendekatkan tinta ke pipi Yura
Yura menoleh ke arah kanan, seketika pipinya terkena tinta berwarna merah.
" Ih Dimas kenapa mencoret pipi ku !" protes Yura sambil menempelkan Telapak tangannya di pipi .
"Haha , just kidding !"
Tawa Dimas.
"Dimas ! Kamu ganggu Yura lagi !"
"Hehe cuma bercanda kok Bu," sahut Dimas , ia pun kembali mengangkat sebuah kardus.
Setelah seminggu tinggal serumah dengan Dimas. Yura dan Dimas pun semakin akrab. Bu Tuti sering melihat mereka ngobrol dan bencnda.
Awalnya Bu Tuti merasa itu hal biasa, bagaimanapun Yura dan Dimas itu sebaya, lagi pula di usia mereka memang sedang aktif-aktifnya bersosialisasi.
Apalagi Yura memang tak pernah keluar dari rumah mereka. Yura juga pasti butuh teman mengobrol dengan seorang yang sebaya umurnya.
Bu Tuti sering menguping obrolan mereka, meskipun kebanyakan Dimas yang lebih banyak bercerita dan Yura hanya jadi pendengar setia.
Sesekali mereka tertawa bersama ketika sedang mengobrol, Dimas juga membantu mengajari Yura beberapa ilmu pengetahuan yang ada di dalam buku yang ia baca
Karena keakraban mereka itulah, Dimas jadi lebih sering menghabiskan waktunya di rumah. Padahal sebelumnya Dimas termasuk remaja yang aktif.
Jika pulang ke rumahnya, biasanya ia akan banyak menghabiskan waktu luangnya dengan berada di luar rumah dan mengikuti kegiatan bersama teman-temannya.
Hal itulah yang membuat Bu Tuti khawatir. Ia takut kedua remaja tersebut memiliki perasaan lebih.
***
Setelah selesai makan malam,seperti biasanya Yura mengerjakan tugasnya mencuci piring. Biasanya setelah makan malam mereka berkumpul satu keluarga hanya untuk ngobrol ringan dan santai sebelum masuk ke kamar mereka masing-masing.
Sementara Yura lebih memilih mencuci piring dan membereskan meja makan dan dapur.
Dimas membantu Yura mengangkat piring kotor dan membawanya ke wastafel.
" Yura, aku bantu kamu cuci piring ya? "
" Oh gak usah Mas, aku bisa sendiri kok, lagi pula piringnya kan gak banyak. "
" Ah sudahlah aku bantuin, itung-itung temani kamu ngobrol."
Dimas kemudian menuang sabun pencuci piring ke dalam wadah yang berisi spon.
" Gak usah Mas, biar aku saja," ucap Yura sambil meraih mangkuk yang berisi spon dan cairan pencuci piring.
" Ah sudah kamu yang bilas, aku yang sabun. "
Karena t Dimas terus memaksa,Yura tak bisa berbuat apa-apa.
***
Bu Tuti dan pak Iwan berada di ruang tengah. Bu Tuti menonton sinetron kesayangan sementara pak Iwan memeriksa berkas-berkasnya.
" Loh Dimas kemana ya Yah, biasanya dia kumpul di sini bersama kita."
" Mungkin di kamar Bu. "
Bu Tuti kemudian menuju dapur dan saat itu ia melihat Dimas sedang membantu Yura mencuci piring. Dimas yang jahil pun mencolek busa sabun ke pipi Yura.
" Dimas !"seru Yura ketika pipi sebelah kanannya dipenuhi busa sabun.
Yura buru-buru membersihkan busa sabun tersebut
"Haha anggap facial foam!"
Dimas dan Yura pun tertawa
Melihat hal itu Bu Tuti pun semakin menaruh kecurigaan.
" Wah, sepertinya ada yang tak beres diantara mereka," guman Bu Tuti.
Bu Tuti bermaksud membicarakan hal tersebut kepada suaminya. Ia pun kembali ke ruang keluarga untuk menghampiri suaminya.
Bu Tuti mendaratkan bokongnya tepat di samping pak Iwan.
"Pak, ada yang ingin ibu bicarakan."
" Bicara apa, sepertinya serius? "
" Itu loh Pak, sepertinya Dimas dan Yura semakin hari semakin dekat saja Ibu jadi khawatir deh, Pak."
"Khawatir Kenapa sih Buk ?"tanya Pak Iwan pura-pura tak tahu.
Sebenarnya Pak Iwan juga melihat ada yang tak biasa dari perhatian Dimas terhadap Yura.
"Si Dimas itu lho Pak, dia begitu perhatian dengan Yura, dan perhatian itu bukanlah perhatian yang biasa. Ibu jadi khawatir jika dibiarkan terlalu lama, benih cinta bisa tumbuh di hati mereka."
"Terus kita harus bagaimana Bu,mereka itu memang seusia. Mungkin saja mereka memang hanya berteman."
"Iya Pak, tapi jika keduanya terlalu sering bersama, bukan tak mungkin perasaan di antara keduanya bisa saja berubah. Dan jika meraka sudah terlanjur cinta, akan sulit untuk memisahkan mereka.
" Sudahlah Bu, Dimas itu kan hanya sementara di sini, dua minggu setelah itu dia pulang .Mungkin memang mereka hanya berteman.
"Semoga saja pak, semoga saja mereka hanya berteman. Dimas kan tahu, status Yura saat ini adalah istri orang ."
" Tapi pak, kita harus bujuk Yura agar ia memiliki keberanian untuk melaporkan paman dan suaminya."
" Iya Bu, bapak sudah berkonsultasi dengan pihak LBH perlindungan anak dan perempuan. Mereka juga menyediakan phisikiater untuk bisa mendampingi Yura. Maklum saja, gadis seperti Yura tentu memiliki emosi yang masih labil, mungkin saja ada trauma yang masih ia rasakan. "
" Kita sudah terlanjur membantunya dan kita harus terus membantunya sampai Yura mendapatkan keadilan," imbuh pak Iwan.
" Ehm, iya Pak."
" Besok, kita ajak saja Yura bertemu dengan salah seorang phisikiater. "
" Iya Pak, tapi untuk keamanan kita dan keamanan Yura, sebaiknya kita tetap menyembunyikan Yura sampai kondisi benar-benar sudah memungkinkan," ucap Bu Tuti.
"Iya Bu. Kita bawa Yura secara sembunyi-sembunyi saja."
"Iya Pak. Sampai saat ini tetangga juga belum tahu tentang keberadaan Yura di rumah ini. "
"Bisa gawat jika pak RT Tau jika Kita menyembunyikan orang asing di rumah kita," kata Bu Tuti.
" Iya juga Bu. Seperti masalah ini memang harus segera di selesaikan," sahut pak Iwan.
Bersambung dulu gengs.