Penyesalan Suami : Istri Yang Tak Dianggap
Halo para readers, terima kasih yang sudah membaca karya pertama author Lina Sang Finance. Ini novel karya kedua author, semoga berkenan membaca karya receh author. Jangan lupa tinggalin jejaknya ya.
...Happy Reading...
"Papa ... yang benar saja. Ini bukan lagi jaman siti nurbaya. Sudah tidak ada lagi orang nikah pakai di jodohkan!” tutur Ghina si gadis berkulit putih.
“Nak, Papa mengerti maksud kamu. Opa Thalib sudah banyak membantu keluarga kita, termasuk kamu dan adik kamu bisa tetap sekolah, karena bantuan dari mereka.”
“Pah ... Om Edward itu terlalu tua buat Ghina, dan Papa tahukan kalau Om Edward sudah punya pacar.”
“Kamu tidak perlu memikirkan pacarnya Edward, yang terpenting kamu harus menerima perjodohan ini." Dengan tegasnya Papa Zakaria berkata.
Ghina mendengus kesal mendengar perkataan perjodohan dari Papanya sendiri, sudah beberapa hari ini setiap makan malam pasti papanya mengulang kalimat tersebut.
Lelaki yang ingin dijodohkan dengan Ghina, masih kerabat dari Papa Ghina, bisa di katakan masih sepupu jauh papanya.
Keluarga Ghina hanya keluarga sederhana, tapi ada beberapa kerabatnya yang beruntung nasibnya, lebih makmur tapi tidak melupakan keluarga yang tidak terlalu baik ekonominya.
Ghina dari kecil sudah dekat dengan keluarga Thalib, karena Papa dan Mamanya sering berkunjung ke sana dengan membawa serta Ghina dan adiknya.
Masa muda papanya saat datang dari pulau Sumatra ke Jakarta tinggal bersama di mansion keluarga Thalib, lalu disekolahkan dan bekerja di perusahaan Thalib. Jadi Papa Ghina merasa berhutang budi dengan keluarga Thalib.
Tapi ya namanya anak kecil, Ghina tidak terlalu mengenal dengan anak-anak Opa Thalib, tapi dia ingat dengan Pria yang bernama Edward.
Ketika Ghina usia 15 tahun, untuk pertama kalinya dia melihat sosok Edward anak pertama Opa Thalib, ketika acara ulang tahun Opa Thalib di mansion. Edward selama ini sering bolak balik ke Amerika hingga jarang ada di mansion Thalib, tapi kali itu dia pulang atas permintaan Papanya.
Sejujurnya Ghina terpesona dengan kehadiran Edward, pria sosok idaman semua wanita. Paras campuran Belanda dan Sumatra Barat terlihat jelas di wajah rupawannya, justru wajahnya agak mirip pria turki. Tinggi dan badan yang gagah pasti terasa hangat jika dipeluknya, khayal Ghina saat itu.
Yaa namanya anak kecil, lihat cowok ganteng liurnya sampai ngeces. Ghina mengaguminya, Om Edward pria pertama yang ia kagumi.
Sekarang usia Ghina sudah 17thn dan masih duduk di bangku sekolah kelas 12, mendengar kata akan dijodohkan, jiwa mudanya memberontak.
Mimpi dia masih panjang, ingin kuliah dan bekerja. Mimpi untuk menikah muda tidak pernah terpikirkan olehnya.
Dan Dia tahu betul, Om Edward pasti akan menolak perjodohan ini. Karena Ghina sering melihat Om Edward mengajak kekasihnya jika ada acara di keluarga besarnya.
Semoga Om Edward menolaknya!
“Pokoknya Ghina tidak setuju dijodohkan!” ucap Ghina langsung masuk ke kamarnya.
.
.
Pagi di hari minggu ...
Mama Sarah terlihat sibuk di dapur dibantu Bik Inem.
“Mama tumben masaknya banyak amat, mau ada acara mam?” tanya Ghina yang baru selesai mandi.
“Iya nanti siang saudara Papa mau kesini ... sekarang kamu bantu mama bikin kue. Bahannya sudah mama beliin.”
Ghina memang paling jago bikin kue, dari SMP sudah belajar otodidak bikin kue , bekal ilmunya dari youtube. Hasilnya memuaskan.
Dengan senang hati Ghina mulai membuat kue, sudah jadi hobinya.
Tiga jam sudah Ghina berkutat dengan mixer dan oven. Beberapa cake dan kue muffin sudah tertata di meja makan. Sekarang waktunya dia melempengkan pinggangnya di kamar.
Mama Sarah tersenyum puas, lihat hasil anak gadisnya yang punya bakat bikin kue.
“Ghina ...,” panggil Mama Sarah dari luar kamar.
“Ya Mam,” sahut Ghina dari dalam kamarnya.
“Kamu jangan lupa ganti baju yang rapi ya nak, sebentar lagi tamunya mau sampai ke rumah!” ujar Mama Sarah.
“Ya Mam ...,” jawab Ghina agak malas, pengennya cukup dia di kamar saja tidak perlu keluar kamar. Tapi apa daya, dia selalu diajarkan untuk menghargai kedatangan tamu.
Sudah terlihat sopan, cukup memakai kaos kebesarannya dan celana jeans, batin Ghina.
Rambut panjang Ghina yang terlihat pirang dan sedikit bergelombang dia kuncir kuda, biar terlihat rapi.
Ruang tamu rumah Ghina yang berukuran 6x4m, terlihat ramai, sepertinya tamu yang di nanti sudah datang.
TOK ... TOK ... TOK
Pintu kamar Ghina berbunyi ...
“Ya masuk ...,” ucap Ghina dari dalam kamar.
“Ghina, dipanggil sama Papanya di ruang tamu,” ucap Bik Inem.
“Iya Bik." Ghina bergegas ke ruang tamu.
Kedua netra Ghina sedikit melotot melihat siapa yang bertamu, ternyata keluarga Thalib.
Ghina langsung salam takzim ke seluruh keluarga Thalib yang datang, termasuk Om Edward.
“Ghina ...,"sapa Opa Thalib.
“Ya Opa ...," balas Ghina.
“Zakaria, saya langsung saja menyampaikan maksud kedatangan kami sekeluarga,” ucap Opa Thalib.
Papa Zakaria menganggukkan kepalanya. Hati Ghina mulai berdebar-debar.
“Ghina, Opa hari ini akan melamar kamu untuk anak Opa ... Edward. Dan Opa sudah sepakat dengan papa kamu, bulan depan kalian akan menikah!”
JEDER!
Mata Ghina mulai memerah, sedangkan Edward terlihat tenang.
Mama Sarah menggenggam tangan Ghina, agar anaknya sedikit tenang.
“Opa Thalib, maaf Ghina menolak pernikahan ini!” Ghina mencoba melawan keadaan ini.
“Ghina!!” Papa Zakaria menegurnya dengan wajah tegasnya.
“Ghina tidak mau menikah dengan Om Edward dan Ghina juga tidak mau menikah muda,” lanjut Ghina.
“Ghina ... kamu tenang saja nak. Walau kamu menikah dengan Edward, Ghina tetap bisa melanjutkan kuliah dan bekerja di perusahaan kakek,” ujar Opa Thalib seakan paham keinginan anak dari kerabatnya.
Edward terlihat tidak terlalu menyukai perjodohan ini, tapi apa daya demi hormat kepada kedua orang tuanya.
Ghina dengan beraninya menatap mata Edward yang duduk di hadapannya, terlihat dia menangkap dari pancarannya tidak suka dengan dirinya. Tatapan Pria dewasa, Edward sekarang sudah memasuki usia 33 tahun.
“Bagaimana dengan Om Edward, menerima perjodohan inikah, Opa?” tanya Ghina masih menatap wajah Edward.
“Ya, saya menerimanya ” Edward menjawab dengan santainya.
“Opa, saya belum mengenal Om Edward. Dan lagi pula bukannya kalau menikah harus saling mencintai!”
“Justru itu dalam waktu sebulan, kalian harus saling mengenal sebelum hari pernikahan kalian!” jawab Opa Thalib.
Ghina terdiam sejenak.
Kok gue ngerasa kayak cerita di novel online ya, di jodohkan ... tapi tiba-tiba suami bakal nyiksa si wanita. Oh ini jangan sampai terjadi...
“Opa menganggap Ghina menerima lamaran ini dan pernikahan nanti,” ujar Opa Thalib dengan tegas.
“Astaga Opa, jangan begitu ...Ghina tidak menerima lamaran ini!” tolak Ghina.
“Tidak ada penolakan Ghina,” sambung Papa Zakaria.
Ghina kembali diam, sambil menekan jari jari tangannya.
Keluarga Thalib kembali sibuk berdiskusi dengan kedua orang tua Ghina sambil menikmati hidangan yang ada di meja.
Ghina hanya bisa terpaku mendengar pembicaraan orang tua membahas pernikahan mereka.
.
.
bersambung
Halo Kakak Readers jangan lupa tinggalin jejaknya, dan mohon bijaklah saat memberikan rate ⭐⭐⭐⭐⭐, jika tidak suka dengan ceritanya cukup di skip aja 🙏.
Edward Thalib
Ghina Farahditya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
fei yuu
aku suka visual othor sesuai ekspetasi hehehe
2024-11-08
0
Fitra Dewita
cowok nya ga suka
2024-11-17
0
Anonymous
keren
2024-11-02
0