Ini adalah novel ringan yang terkadang terjadi di kalangan anggota militer, soal kehidupan rumah tangga, percintaan dan pekerjaan dari seorang abdi negara.
Di dalamnya tidak hanya mengisahkan satu cerita rumah tangga, tapi ada beberapa percintaan beberapa orang anggota dan bagaimana penyelesaian pelik saat mereka harus bertatap muka dalam satu lingkungan kerja padahal mereka sedang memiliki masalah pribadi di luar pekerjaan.
Story 1. Tak bisa kita menolak datangnya cinta dan menjatuhkan pada siapa. Saat R. Ranggi Tanuja tiba di Batalyon baru.. hatinya tergerak pada wanita yang salah, tapi takdir Tuhan sungguh tak bisa di tebak. Perasaan sayang itu sungguh semakin besar dan tidak dapat di kendalikan.
Story 2. Berawal dari pertemuan di sebuah angkot.. mereka berkenalan dan Dinar salah menebak pria yang berkenalan dengannya.
Sang om tentara yang awalnya hanya ingin kenal.. akhirnya pun punya benih cinta untuk Dinar.
Tidak ada yang menyangka jalannya cinta om baju loreng.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Tak bisa mengendalikan emosi.
"Astagfirullah hal adzim.. Ranggiii..!!!!!" Bang Ares datang dan menarik bahu Bang Ranggi yang sedang menghajar Bang Hasdin habis-habisan.
"Dia bisa mati Ranggii..!! Sudah cukup..!!!" bentak Bang Ares.
~
"Sudah jangan di perpanjang lagi masalah ini Bang..!!" Hana mengusap air matanya kemudian menyeka luka di wajah Bang Hasdin.
Disana Bang Ares mengusap wajah Bang Ranggi sedikit kasar.
"Pelan..!! Ini aset untuk memikat wanita" ucap Bang Ranggi datar dan Bang Ares semakin menekan luka memar itu dengan geram.
Dinar menarik nafas panjang, ia kembali lagi ke rumah sakit karena tas nya tertinggal di kamar Cherry.
"Dek.. Kamu bersandar dulu di sofa. Jangan mikir macam-macam. Ingat anak kita..!!" pesan Bang Ares.
Dinar mengangguk sembari mengusap perutnya karena ia masih merasa mual.
"Katakan terus terang.. Jangan sampai saya tau sendiri masalah yang kalian sembunyikan..!!!" ucap tegas Bang Ares.
Bang Ranggi menyambar tissue di tangan Bang Ares lalu menekan lukanya sendiri sambil melirik Bang Hasdin.
"Saya menikah lagi" jawab Bang Hasdin dengan jantan.
"Gusti Allah.. kau gila Has???????" Bang Ares bersiap menghajar Bang Hasdin tapi Hana dan Dinar langsung memeluk kaki Bang Ares bersamaan, begitu pun dengan Hana.. Dinar juga sangat ketakutan melihat amarah suaminya.
"Jangan sakiti ayahnya Cherry Bang. Bang Hasdin tidak salah. Hana yang salah Bang" ucap Hana.
"Abang jangan marah lagi. Perut Dinar sakit sekali lihat Abang marah" Dinar sampai sesenggukan memeluk kaki Bang Ares.
"Astagfirullah..!!!!!'' Bang Ares menengadah mengusap dadanya agar lebih sabar menghadapi cobaan ini. Tangannya mengepal kuat.
Setelah beberapa saat, Bang Ares menarik tangan Hana dan Dinar bersamaan tapi kemudian ia memeluk Dinar dan menenangkan istrinya meskipun dirinya sendiri rasanya tak karuan.
"Lepaskan adik ku Has..!!!!! Dia bukan barang yang bisa kau permainkan." pinta Bang Ares masih menekan amarah.
"Aku nggak bisa Res, aku sayang sama Hana dan Cherry" tolak Bang Hasdin.
"Kalau kamu mencintai keluarga mu, seharusnya sekalut apapun dirimu.. kamu tidak memutuskan untuk mendua. Ini masalah hati Has. Apa kamu tidak bertanya pada hatimu.. apakah mereka kuat kau duakan?" jawab Bang Ares.
"B******n tengik kau Has..!! Kita saja sebagai laki-laki rasanya ingin bunuh diri merasakan sakitnya di khianati. Bagaimana dengan perempuan Has.. Dimana otakmu??????" Bentak Bang Ranggi kembali terbawa emosi dan hendak menghantam Bang Hasdin lagi.
Kini Bang Ares sedikit menyadari sesuatu.. tentunya tentang perasaan Bang Ranggi yang mungkin tidak tepat.
"Cukup Ranggi.. tahan emosimu..!!" pinta Bang Ares setenang mungkin mengingat Dinar sangat sensitif dengan bentakan.
Bang Ranggi secepatnya meninggalkan tempat tanpa berucap apapun disana. Hanya kakinya saja yang masih sempat menendang kursi kayu hingga patah menjadi tiga.
***
"Apa Abang merasa kalau Bang Ranggi menaruh hati pada Hana?" tanya Dinar melihat Bang Ares masih terjaga saat hari sudah lewat tengah malam.
"Memangnya kenapa?" Bang Ares sengaja mengalihkan pikiran Dinar.
"Bang Ranggi seperti lebih perhatian sama Hana."
"Jangan mikir macam-macam. Ranggi itu sejak dulu memang mata keranjang, Kambing di bedakin.. asal perempuan juga dia rayu, doyan banget godain perempuan" jawab Bang Ares santai.
"Masa sih Bang, tapi Bang Ranggi terlihat sangat berbeda.. gentle dan jantan" kata Dinar menerka dan menilai Bang Ranggi.
"Apaaa???? Jadi Ranggi lebih jantan dan lebih gagah daripada Abang???" sengaja Bang Ares membuat Dinar menjadi terpojok agar pikiran nya tidak terfokus pada masalah Hana.
"Bukan Abaaang.. jelas Abang lah yang paling gagah. Abang paling jantan." jawab Dinar merasa tidak enak.
"Aahh Abang nggak percaya lagi" Bang Ares memasang wajah kecewa.
"Benar Bang.. iiihh Abaaang" refleks Dinar memeluk Bang Ares karena takut suaminya itu akan semakin marah.
Bang Ares terkikik geli dalam hati. Kapan lagi mengerjai sang istri kalau tidak dalam moment seperti ini.
"Jangan marah.. Abaaang" Dinar semakin menggoyang badan Bang Ares karena suaminya itu belum juga bereaksi.
"Dinar paling suka di sayang Abang. Nggak mungkin lah pria lain lebih gagah. Dinar suka gaya Abang sayangi Dinar" ucapnya sampai sesenggukan.
"Oya?? Bagian yang mana?" jawab ketus Bang Ares.
"Semua gaya Abang" Dinar nampak begitu polos di hadapan Bang Ares.
Bang Ares semakin tak bisa menahan tawanya. Ia pun membalas pelukan Dinar.
"Yang mana sih? Abang mau tau." Bang Ares langsung menubruk Dinar dan mencumbuinya dengan sayang.
***
Pagi itu Bang Ares, Dinar, Bang Hasdin, Hana dan Bang Ranggi menemani Cherry yang akan membuka perban matanya.
Awalnya Bang Hasdin mengusir Bang Ranggi, sungguh ia sangat tidak menyukai atasan barunya itu, tapi Bang Ares meminta Bang Ranggi untuk tetap di tempat.
Perlahan Dokter membuka perban mata Cherry. Saat itu Cherry menangis dan Bang Ranggi refleks memeluknya. Air mata Bang Ranggi ikut menggenang.
Mata Cherry berkedip pelan, ia sangat takut. Setelah mata itu terbuka, Cherry melihat wajah marah Bang Hasdin yang sedang menatap tajam wajah Bang Ranggi. Cherry menggoyang lengan Bang Ranggi.
"Itu siapa?" tanya Cherry dengan polosnya.
Bang Ranggi setengah mendekap tubuh Cherry.
"Itu Papanya Cherry, Papa Hasdin" Jawab Bang Ranggi lembut.
Cherry menunduk seperti merasa kecewa. Bang Ranggi pun melirik Bang Hasdin agar memeluk putrinya.
"Urus Cherry dulu. Masalah marahmu bisa kita selesaikan nanti..!!" ucap Bang Ranggi.
Bang Hasdin menghampiri putrinya, ia memang kesal dengan Bang Ranggi. Tapi Cherry benar-benar menggetarkan hatinya. Air matanya tumpah melihat sang putri sudah bisa menatap indahnya dunia.
"Mayat siapa yang kau minta untuk mendonorkan matanya?" dengan ketus Bang Hasdin menekan Bang Ranggi.
Seketika mata Bang Ranggi berkaca-kaca. Bang Ares juga melihat wajah sendu Bang Ranggi. Bang Ares cemas sekali melihat ekspresi wajah Bang Ranggi. Sebenarnya dalam hati ia pun bertanya-tanya, siapa pendonor mata untuk Cherry.
"Jaga kata-kata mu Hasdin..!!" tegur Bang Ranggi sekuatnya masih menyimpan sabar.
"Kurasa tidak sulit dengan pangkatmu itu mendapatkan p*****r jalanan." ucap Bang Hasdin semakin memperkeruh suasana.
Mendengar itu, emosi Bang Ranggi tak terbendung lagi. Ia melompati ranjang Cherry kemudian menendang Bang Hasdin sambil menarik tirai kamar Cherry.
"Ranggii..!! Jangan..!! Tahan emosimu..!!" cegah Bang Ares.
Tapi tak cukup dengan itu semua.. Bang Ranggi menyeret kerah baju Bang Hasdin hingga keluar kamar dan menghajar Bang Hasdin hingga babak belur.
.
.
.
.