Sebuah kisah asmara dia orang anak remaja yang sudah berjalan hingga 2 tahun lamanya. Perjalanan cinta yang indah tapi retak di tengah perjalanan.
Dihadapkan dengan cinta baru oleh kehadiran orang yang baru. Perasaan yang dulu membara kini terasa hampa dan dingin.
Mampukah mereka mempertahankan kisah cinta mereka yang retak menjadi utuh. Atau melepaskan demi cinta baru yang membuat mereka bahagia. Mari kita ikuti kisah cinta mereka. Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marya Juliani Jawak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah
Seorang laki - laki paruh baya dengan pakaian lusuh berdiri di lobby pintu masuk perusahaan. Matanya yang sayu melirik ke kiri maupun ke kanan mencari seseorang. Diamatinya satu - satu wajah yang masuk maupun keluar dari perusahaan. Di tangan kanannya terdapat plastik berisi bekal makanan yang dimasak oleh sang istri.
Tak lama kemudian bus Rayon A dan Rayon B memasuki lobby pintu masuk perusahaan secara bersamaan. Permata yang duduk di samping supir duluan turun. Dia berlari kecil kearah pria paruh baya yang menunggu di lobby pintu masuk tadi.
"Ayah" Panggil Permata lalu memeluk lelaki tersebut yang tak lain adalah Ayahnya.
"Aduh Putri Ayah." Perwira membalas pelukan Permata dan mencium kening Permata.
"Anak Ayah udah makan?"
"Udah Ayah. Ayah sendiri udah makan?" Tanya Permata menatap sekilas Ayahnya terlihat lebih kurus.
"Udah. Ayah udah makan sama Bunda tadi. Ini Ayah bawain kamu bekal." Perwira menunjuk plastik berisi bekal.
Permata menerimanya dengan senang hati lalu membukanya sedikit untuk mengintip lauknya. "Wau... kesukaan Permata ini."
"Ia, Bunda bilang supaya anak Bunda dan Ayah makan dengan lahap."
"Pasti kok Yah. Permata minta tolong bekalnya Ayah masukkan ke ransel Permata ya yah." Pinta Permata lalu membelakangi Ayahnya.
Ketika Perwira ingin membuka ransel Permata, Permata digeser sedikit ke arah samping.
"Halo om. Maaf biar saya aja om." Senyum Valdo lalu membuka ransel Permata.
"Sini bekalnya" Pinta Valdo yang diturutin Permata. Lalu Valdo memasukkannya ke dalam ransel Permata. "Selesai"
"Halo Om, perkenalkan saya Valdo teman nya Permata Om." Valdo menyalami Perwira dan disambut hangat oleh Perwira.
"Halo nak, kenalin saya Ayahnya Permata. Jaga anak perempuan Ayah dengan baik ya. Ayah minta tolong" Balas Perwira senang melihat Permata ada teman.
"Aku bisa jaga diri sendiri Ayah." Protes Permata dengan wajah yang sedikit cemberut.
"Ia. Anak Ayah memang bisa jaga diri sendiri dengan baik. Tapi alangkah baiknya lagi jika ada yang menjaga. Hati Ayah lebih sedikit tenang." Suara lembut Perwira membuat Permata tidak bisa protes.
"Tenang aja om, saya janji akan menjaga Permata sebaik mungkin." Tegas Valdo tanpa basa basi
"Ia, om pegang janji kamu ya anak muda." Senyum Perwira pada Valdo. Valdo merasa senang karena dapat meja hijau dari Ayah Permata.
"Permata.... Hai Valdo..." Sapa Herlina yang baru datang dari dalam perusahaan. Dia praktek pagi dan akan pulang dengan bus kampus yang mengantar dinas sore tadi.
"Her, kenalin Ayah aku." Ucap Permata yang ingin memperkenalkan Herlina Sabahat nya pada Ayahnya.
"Halo Ayah. Kenalin Herlina anak Ayah mulai hari ini dan seterusnya." Sapa Herlina menyalami Ayah Permata.
Ayah Permata tertawa melihat tingkat lucu Herlina. "Halo kesayangan Ayah. Salam kenal ya. Ayah titip Permata. Kalian harus baik - baik selalu ya." Pesan Perwira pada Herlina. Ia senang dan bersyukur bahwa anaknya di kelilingi oleh orang - orang yang baik.
"Siap Ayah. Kami akan menjadi anak baik Ayah" Hormat Herlina yang membuat Perwira tertawa sedangkan Permata sakit kepala melihat tingkah PD sahabatnya.
"Oh Ia, Ayah balik dulu ya." Pamit Perwira pada mereka bertiga.
"Ayah tunggu" Tahan Permata saat Perwira hendak pergi.
"Ini untuk keperluan Ayah dan Bunda." Permata memberi beberapa lembar uang berwarna merah pada Ayahnya.
"Eh gak usah" Tolak Perwira merasa tidak enak hati. Sebagai seorang Ayah dia ingin memberikan yang terbaik buat Permata. Tapi keadaan tidak berpihak pada mereka. Ayah Permata sudah setahun di PHK dan tidak mempunyai pekerjaan yang tetap sedangkan Bunda Permata sering sakit. Ekonomi mereka menurun. Tapi untungnya Permata anak yang pintar dan bisa kuliah dengan beasiswa.
"Aku marah kalau Ayah tolak." Ancam Permata. Akhirnya Perwira menerima uang tersebut dan menyimpannya di saku celana. Ia terharu dan berterimakasih mempunyai anak yang baik dan pengertian seperti Permata.
"Ya udah Permata pamit kerja dulu. Ayah dan Bunda sehat - sehat ya" Permata menyalami Ayahnya dan diikutin oleh Valdo dan Herlina.
"Sabar ya Yah, anak Ayah yang satu itu memang seperti itu. Suka mengancam. Kalau nanti uangnya ada sisa, kita beli bakso sama Bunda ya. Permata gak usah diajak." Bisik Herlina yang membuat Perwira tertawa.
"Herlina gue dengar ya bisikan lo" Kesel Permata yang membuat Herlina langsung lari menaiki Bus.
Valdo dan Ayah Permata hanya bisa geleng - geleng kepala melihat kelakuan Permata dan Herlina.
...****************...