Ini novel keduaku, sekuel dari aku bukan pembawa sial
Gilang, seorang pemuda masih duduk di bangku SMA menyukai seorang janda beranak tiga.
Ia jatuh cinta pada pandangan pertama. Pertama kali mereka bertemu iwaktu yang tidak tepat.
Mampukah Gilang, meluluhkan hati seorang janda yang baru berpisah dengan suaminya? Mampukah ia meluluhkan tiga orang satpam janda itu??
Ataukah Gilang akan mundur??
Inilah kisahnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih dengan Mimpi
Berbeda dengan Alisa , Lana juga bermimpi hal yang sama. Bedanya ia begitu bahagia disana saat dengan pemuda itu.
Hatinya menghangat saat pemuda itu memeluknya dengan sayang dan memberikan kecupan di dahinya.
Dalam kedinginan malam seorang anak duduk tepekur memandangi gelapnya malam.
Hatinya merasa hampa ketika mengingat akan seseorang yang selalu hadir didalam mimpinya.
Ia berpikir apakah mimpi itu akan menjadi kenyataan?? Ia sangat berharap jika mimpi itu nyata adanya.
Ia duduk melamun dengan tangan bertopang pada dagu. Sesekali terdengar helaan nafas yang begitu berat.
Ia duduk terdiam di bangku taman seorang diri. Setelah merasa dirinya mengantuk ia pulang kerumahnya dengan membawa sejuta impian yang akan datang nantinya, ia berharap jika mimpinya itu akan menjadi kenyataan.
Ia melangkah kan kakinya dengan lunglai. Saat ia akan mengetuk pintu ia berhenti. Ia mendengar suara orang menangis terisak, tanpa disadari air matanya pun menggenang.
Ia tahu siapa yang menangis itu, ia sudah hafal jika setiap malam ketika ia pulang dari taman pasti mendengar suara tangisan.
Suara tangisan yang menyayat hati begitu pilu hingga rasa sakit itu terasa hingga ketulang.
Lana berdiri menyender didepan pintu. Kakinya luruh saat mendengar suara sesegukan dari arah dalam.
Bukan sekali atau dua kali sudah sering kali ia mendengar nya. Sejak pertengkaran hebat antara Mak dan ayahnya waktu itu, ia jadi sering mendengar suara tangisan yang begitu menyayat hati.
Ia tidak bisa membantu, ia hanya seorang anak kecil yang tidak bisa melakukan apa apa bahkan makan saja masih dari kedua orangtuanya.
Hatinya sakit sekali sejak tahu bahwa ayah yang selama ini dibanggakan oleh nya berubah menjadi jadi orang lain bahkan tega memukul ibunya di depannya.
Sakit sekali rasanya menyaksikan orang yang kita sayangi dipukul dan dihina didepan mata kita sendiri.
Ia hanya seorang anak kecil apa yang bisa ia lakukan untuk membela ibunya?? Ia tidak tahu apapun tentang masalah itu.
Ia hanya bisa menangis dengan memeluk kedua kakinya dibelakang pintu.
Dalam tangisannya itu Lana terkejut, ia mendapati dirinya seperti sedang berada disebuah tempat yang tidak ia ketahui dimana.
Lana berjalan kesana kemari mencari jalan keluar tapi tetap tak ada jalan yang ia temui semua terasa seperti luas lapang tanpa ada sekat sedikit pun.
Ia berlari kesana-kemari mencari petunjuk, barangkali ada sesuatu yang bisa ia temukan untuk keluar dari sana.
Keringat dingin mengucur deras ditubuhnya. Ia merasa lelah haus ingin minum. Lana berjalan gontai langkah kakinya tak sejalan dengan otaknya.
Ia ingin minum haus rasa dahaganya tapi memikirkan jalan keluarnya dimana ia bingung.
Saat ia melewati sebuah taman yang banyak ditumbuhi bunga mawar merah, dan bunga mawar putih Ia seperti melihat sekelabat bayangan.
Ia jadi takut, takut akan sesuatu disana yang ia tidak tahu itu apa. Jantungnya berdetak dengan cepat kakinya gemetar ingin ia lari tapi tak bisa seperti ada paku yang menancap dikakinya.
Ia memandang lurus dimana bayangan itu berdiri dengan membelakangi nya.
Ia terus saja berjalan perlahan walau kakinya terasa berat ketika melangkah. Pelan pelan ia mendekati sekelabat bayangan itu.
Tapi tunggu dulu! Itu sosok manusia sama seperti dirinya. Ia tak percaya dengan penglihatan nya.
Ia mengucek matanya beberapa kali dan melihat dimana seseorang itu sedang berdiri dengan membelakangi nya.
Ah ia jadi parno sendiri padahal mana hal Begituan didunia mimpi. Lihatlah kakinya saja menapak di tanah itu tandanya Dia adalah manusia.
Lana menepuk jidatnya dan terkekeh. Ia jadi geli dengan dirinya sendiri kok bisa berpikir yang macam macam.. itu hanya rasa takut yang berlebihan saja.
Ia berjalan perlahan mendatangi orang itu. Setelah berada dibelakang nya barulah ia sadar jika orang itu adalah seorang pemuda.
Pemuda itu bertubuh kurus tinggi, rambut hitam memakai celana jins biru jaket denim dan sepatu kets berwarna putih.
Ia seperti Pemuda yang baru saja tamat sekolah menengah atas. Lana terus saja memperhatikan nya hingga tanpa sadar ia mendekati pemuda itu.
Lana berjalan kesamping pemuda itu, ia menoleh dan memandangnya. Ia terkejut saat melihat wajah pemuda itu, ia berjalan mundur tak sengaja kakinya menginjak ranting kecil hingga patah.
Pemuda itu terkejut dan berbalik arah melihatnya betapa kagetnya pemuda itu reflek saja ia mendekati Lana dan memeluknya.
Lana diam terpaku, hatinya menghangat saat dipeluk oleh pemuda itu sedangkan pemuda itu mengelus kepalanya serta mengecup keningnya membuat Lana berkaca-kaca.
Hatinya terharu saat dipeluk oleh pemuda itu ia memejamkan matanya. Dalam diamnya pemuda itu memanggilnya.
'' Kamu tidak apa apa bang ??'' tanya khawatir
Lana yang mendengar ia dipanggil dengan sebutan Abang terkejut. Matanya berkedip lucu wajahnya gemes pingin dicubit.
Pemuda itu terkekeh melihat Lana terkejut lucu menurutnya. Kemudian ia bertanya lagi '' Apakah kamu baik baik saja ??''
Lana memandangnya tak berkedip. Matanya berkaca kaca Pemuda itu melihat Lana ingin menangis memeluk nya.
Ia mengusap pelan kepala Lana membuat si empu menangis.
''Ssstttt jangan menangis sayang.. apakah ada yang sakit ?? mana sini biar Om lihat !'' ucapnya sambil menunduk dan memegang kaki Lana.
Lana tambah tersedu ia tidak bisa menahan laju air matanya. Air matanya mengalir begitu saja ketika pemuda itu berbicara dengan sayang padanya hingga..
''Pa-Papi....hiks hiks Abang kangen Pa-papi...'' ucapnya dengan sesegukan
Pemuda itu terkejut ia mendongak menatap Lana. Wajah yang sedang beruraian air mata dengan pandangan tertuju padanya.
Pemuda itu merasakan sesak saat memandang mata nan sayu itu hatinya bagai di iris sembilu sakit sekali.
Tanpa diduga ia malah memeluk Lana lebih erat lagi dan ikut menangis. Mereka berdua menangis membagi rasa sakit dalam hati mereka bersama sama.
Lana yang sudah berhenti menangis mendongak ia melihat pemuda itu dan tersenyum manis. Tersenyum dalam tangis.
" Papi.. Abang kangen papi.. mengapa baru sekarang papi datang?? Abang sangat merindukan papi. Siang malam Abang selalu duduk ditaman itu menantikan kehadiran Papi.. mengapa lama sekali Pi ??" tanyanya dengan wajah sendu.
Pemuda itu menunduk melihat mata yang tadi baru saja menangis. Ia tersenyum lembut tangannya bergerak mengusap kepala Lana dengan sayang.
"Memang belum waktunya Om datang menemui Abang.. nah sekarang kan udah ketemu nih berarti waktunya sudah tiba.." ucapnya dengan mensejajarkan diri nya dengan tinggi tubuh Lana.
Ia mengusap lagi kepala Lana membuat ia menarik tangan pemuda itu dan membawa kepipinya.
Dikecupnya dengan sayang matanya kembali menggenang ingin menangis pemuda itu juga ingin menangis melihat anak kecil ini seperti nya ia sangat membutuhkan dirinya.
"Papi jangan pergi ya.. Abang nggak mau Papi pergi dan meninggalkan kami.." ucapnya dengan suara serak ingin menangis.
Pemuda itu tersenyum. " Papi tidak akan pergi jika bukan kalian yang memintanya.. tapi jika kalian yang menginginkan Papi pergi, maka Papi akan pergi sesuai dengan keinginan kalian.." ucapnya dengan lirih
Lana yang mendengar pemuda itu menyebut dirinya papi sangat bahagia. Ia tersenyum hingga gigi putih nan ompong itu kelihatan.
"Beneran Papi nggak akan pergi dari kami??"
" Iya sayang.."
"Abang sayang Papi.. jangan pergi ninggalin Abang ya.." ucapnya memeluk pemuda itu yang dibalas dengan usapan lembut di pundaknya.
"Papi juga sayang Abang.. papi tidak akan kemana mana. Papi akan tetap disini sampai kalian yang datang untuk menjemput Papi.." ucapnya seraya mengendur kan pelukannya.
Ia ingin bertanya lagi tapi takut tersinggung, jika ditahan maka rasa penasaran itu akan terus hadir dan mengganggu nya.
Tak tahan lagi ia pun bertanya, " Papi mau nanya nih.. mengapa ketika tadi bertemu, Abang memanggil dengan sebutan Papi??" tanya nya penasaran
Lana tersenyum, " wajah Papi itu sangat mirip dengan orang tua Abang.. awalnya tadi mau manggil ayah tapi nggak jadi , biar beda aja gitu jadi Abang panggil Papi karena hanya kata kata itu yang terlintas dibenak abang!" ucapnya nyengir kuda.
Pemuda itu berdecak "CK ! apa Abang tau kalau Papi ini masih muda ?? kira kira apa pantas dipanggil Papi??"
Lana tertawa, " haha Abang tau jika papi itu masih muda bahkan masih sangat muda, tapi jika Abang sudah menginginkan jika Papi yang akan menjadi Papi sambungnya Abang, maka papi tidak boleh menolaknya! jarang jarang loh Abang bisa bicara seperti ini pada orang asing , apa papi mau Abang mencari papi baru lagi ??"
Pemuda itu melotot " Nggak boleh!! Abang nggak boleh cari Papi yang lain.. hanya Papi saja yang boleh, Abang paham ??" ucapnya dengan nada peringatan
Lana tertawa " Papi kalau marah nggak serem.. nggak seru ah.." ucapnya cengengesan
Pemuda itu bertambah melotot " Abang mau lihat Papi marah yang sesungguhnya ??" ucapnya dengan geram
Lana tetap tertawa membuat pemuda itu tersenyum. Ia merasa bahagia melihat Lana yang tertawa tanpa takut dengan ancamannya.
Setelah selesai dengan tertawanya Lana mengucapkan satu kalimat yang membuat pemuda itu terpaku.
"Papi sayang kan sama Abang ??" tanyanya pemuda itu mengangguk
"Jika memang Papi menyayangi Abang dengan tulus maukah Papi menerima Mak Abang ?? Mak Abang hanya seorang janda beranak tiga maukah Papi menikahinya demi Abang ??"
Deg!
"A-apa?!"
💕
See you..🤗😘