Ravka terbangun di sebuah kamar hotel disamping gadis tak dikenal hanya berbalutkan selimut. Belum sadar sepenuhnya, kedua orang tua Ravka beserta tunangannya menerobos masuk ke dalam kamar.
Pernikahan yang tinggal menghitung hari akan tetap dilaksanakan, tapi yang menjadi pengantin wanitanya bukanlah sang tunangan. Melainkan gadis yang telah menghancurkan hidupnya.
"Jangan harap aku akan menceraikanmu dengan mudah. Aku akan membuatmu merasakan penderitaan yang teramat sangat karena menjeratku dalam pernikahan brengsek ini," Kemarahan berkelabat di sorot mata Ravka, menghujam tepat ke manik mata gadis berparas ayu yang meringkuk ketakutan di atas ranjang pengantinnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tsabitah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPA 24#
Alea merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil menenggelamkan diri pada buku yang tengah asik dinikmatinya, ketika ponselnya bergetar di atas nakas di samping tempat tidur.
"Kak Al, aku kangen," Teriakan Kania di seberang sana memekakkan kuping Alea.
"Assalamualaikum, Dek," Ucap Alea.
"Hehehe.... Waalaikumsalam Kakakku sayang," Jawab Kania.
"Ada apa kamu telpon Kakak? tumben sekali. Kamu kan lagi asik sama gebetan baru kamu itu, sampai-sampai melupakan Kakakkmu ini. Sudah satu minggu ini aku ga dengar kabar dari kamu," Omel Alea panjang lebar.
"Aku itu lagi sibuk sama kegiatan BEM Kak, akhir-akhir ini. Bukannya pacaran,"
"Ah sama aja, orang kamu sibuk dalam senat mahasiswa juga karena gebetan kamu itu pasti,"
"Kak Al emang selalu tau aku. Hahaha...." Kania menertawakan dirinya sendiri. "Kak, kita itu udah hampir tiga bulan ga ketemu loh. Aku beneran kangen sama Kak Al,"
"Iya, ya. Ga berasa udah hampir tiga bulan aja Aku tinggal disini. Gimana kalau kamu main kesini aja? Aku juga udah kangen banget sama kamu,"
"Emang ga apa-apa kak kalo aku maen kesana?"
"Masa mau ngunjungin Kakaknya sendiri ga boleh. Kalo kamu mau kesini, nanti aku buatin masakan yang enak loh, Kan,"
"Beneran nih Kak? Aku juga udah kangen banget sama masakan kamu. Disini ga ada yang jago masak kaya Kak Al,"
"Yaudah aku tungguin loh kamu kesini, sekarang yah?!" Ucap Alea penuh semangat.
"Yaudah deh, nanti abis dari kampus aku mampir ke tempat Kak Al yah. Jangan lupa shareloc yah Kak,"
"Yaudah hati-hati di jalan," Ucap Alea dengan senyum mengembang di wajahnya.
segera mengembalikan buku yang tengah dibacanya ke dalam rak buku di sudut kamarnya. Dengan langkah riang, gadis itu berlari menuju dapur mencari keberadaan wanita paruh baya yang selalu setia menemani hari-harinya menghabiskan waktu yang terkadang begitu membosankan di dalam rumah ini.
"Bi Mimah, Chef Isna dimana yah, Bi?"
"Mungkin ada di kamarnya Non. Non Alea butuh sesuatu?"
"Adik aku mau mampir kemari, Bi. Jadi aku mau minta tolong sama Chef Isna untuk membantuku membuatkan makanan spesial" Ucap Alea menyebutkan nama salah satu koki yang sering membantu sekaligus mengajari Alea berbagai jenis masakan western.
"Saya panggilkan dulu yah Non, Chef Isna nya," Ucap Bi Mimah ikut tersenyum. Wanita paruh baya itu dapat merasakan keceriaan yang ditularkan oleh gadis berhati lembut itu. Dia ikut merasa senang melihat Alea tampak begitu berbahagia meski hanya dengan hal-hal yang sederhana.
Alea membuka pintu lemari es, mengambil beberapa bahan makanan yang akan dia utak atik menjadi sebuah hidangan yang menggugah selera.
Bagi Alea, dapur terasa seperti tempat hiburan yang menyenangkan. Dia suka sekali mencoba resep-resep baru. Apalagi semenjak tinggal di rumah mewah ini. Hampir tidak ada yang menggunakan dapur, selain para Koki serta dirinya sendiri yang menikmati segala fasilitas mewah nan lengkap di dalam sini. Sehingga membuat gadis itu betah menghabiskan waktu berjam-jam di dalam sini.
"Kak Al," Sebuah suara yang sedari tadi sudah ditunggu Alea menyapa pendengarannya. Membuat gadis itu mendongakkan kepala dari segala macam makanan diatas meja yang tengah ditatanya serupa hidangan restoran berbintang.
"Kania," Senyum manis merekah di wajah Alea. Ia merentangkan tangannya lebar-lebar, merengkuh Kania ke dalam pelukannya. "Kamu tunggu sebenyar yah, aku hampir menyelesaikan maha karya ini," Ucap Alea merujuk pada beberapa piring yang sudah tertata rapi di atas meja.
"Gila kak, rumah kamu mewah banget. Udah kaya istana tau," Ucap Kania mengagumi segala bagaian dari rumah yang sudah menyedot perhatiannya sejak dari pintu gerbang.
"Bukan rumah aku kali, Kan,"
"Ya sama aja lah Kak, rumah keluarga suami Kak Al berarti rumah kamu juga kan,"
"Dah beres," Alea mengelap tangannya menggunakan lap tangan di atas meja. Kemudian melepas apron yang dikenalannya. "Kita ke taman belakang aja yuk, lebih enak ngobrol disana," Ajak Alea kepada Kania.
"Mbak, tolong semua ini bawa ke gazebo taman belakang yah Mba," Ucap Alea kepada salah satu asisten rumah tangga seraya menunjuk semua hidangan yang tadi dia buat, kemudian menggandeng Kania dan menggiringnya ke taman belakang.
Mata Kania menatap kagum ketika menginjakkan kaki di taman belakang. Suguhan taman nan asri yang terawat melalui tangan dingin si tukang kebun, menciptakan pemandangan yang menyejukkan mata. Dengan air terjun buatan bergemiricik seolah backsound yang mendukung untuk merebahkan tubuh di gazebo. Menikmati kemewahan yang ditawarkan melalui lembar-lembar rupiah yang tidak sedikit digelontorkan sang pemilik rumah.
"Huhhh.... rumah kamu bener-bener nyaman banget Kak, bikin betah. Kalau aku nanti nikah, aku juga mau cari calon suami yang tajir gila kaya suaminya Kak Al," Ceplos Kania sambil menyandarkan tubuhnya pada tiang penyangga Gazebo. Menggeser posisi tubuhnya kesamping ketika dua orang asisten rumah tangga meletakkan makanan dan minuman yang sudah dibuatkan oleh Alea.
"Kalau kamu bisa memilih, carilah pasangan yang mencintaimu dengan tulus Kania. Kekayaan dan kemewahan belum tentu bisa membuat kamu bahagia,"
"Apa kamu tidak bahagia tinggal disini Kak?"
"Aku bisa bebas melakukan apa saja di dalam rumah ini semauku. Para pekerja di rumah ini juga bersikap baik dan menghormatiku,"
"Tapi keluarga suamimu tidak bersikap baik pada mu?"
"Mereka hanya salah paham terhadap ku,"
"Aku tahu kamu, Kak. Kamu itu baik banget orangnya, bahkan sama orang yang udah jahatin kamu. Mestinya Kak Al sadar, baik sama bodoh itu sekatnya tipis," Ucap Kania kesal.
"Yah mungkin aku memang bodoh, atau bahkan naif. Tapi setidaknya aku hanya ingin melakukan hal yang benar, itu saja,"
"Walaupun batinmu tersiksa?"
"Dengar Kania, setiap orang punya ujiannya masing-masing. Tidak semua orang melewati jalan yang mulus, banyak yang harus melewati jalan berliku nan terjal. Mungkin aku salah satu yang kurang beruntung, karena harus berusaha keras memperoleh kebahagiaan,"
"Tapi kalau kamu tidak bahagia disini, kamu bisa mencari kebahagiaanmu di luar. Tinggalkan rumah ini, tentukan jalan hidupmu sendiri,"
"Apa kamu bisa menjamin bahwa di luar sana adalah jalan lurus yang akan kuhadapi? Menjanda di usia muda tidak lah mudah. Akan ada banyak rintangan dan cemoohan yang harus aku hadapi," Alea menghela nafas panjang dan melepaskannya perlahan, seolah melepas beban yang menghimpit dadanya.
"Hidup itu adalah pilihan Kania. Di luar sana aku harus berjuang, sama halnya dengan di dalam sini. Aku lebih memilih memberi kesempatan pada diriku sendiri, untuk memperbaiki nama baikku di mata keluarga Mas Ravka yang sudah terlanjur tercoreng," Imbuh Alea.
"Apa kamu mencintai suamimu?"
"Sulit untuk bisa mencintai seseorang yang terlanjur membenciku. Tapi dia adalah suamiku yang harus aku hargai dan hormati. Cinta akan datang dengan sendirinya ketika kami bisa saling menghargai,"
"Iya kalau dia juga bisa menghargai dan menghormatimu," Kania berdecak kesal mendengar penuturan Alea. Sejak awal melihat sikap keluarga Ravka, dia tahu bahwa Kakak sepupunya akan menghadapi kehidupan yang tidak mudah di dalam sini. "Kamu cantik Kak, akan banyak laki-laki di luar sana yang bersedia menghargai dan menghormatimu, bahkan bersedia menghujanimu dengan cinta. Aku yakin itu,"
"Mungkin saja kamu benar Kania, tapi seperti yang kukatakan tadi. Meski aku bertemu seseorang yang seperti itu, belum tentu aku akan menemui jalan yang mudah untuk meraihnya," Seru Alea. Gadis itu beranjak dari gazebo, menghampiri Air terjun buatan dalam taman dan memainkan riak-riak yang timbul dari hujaman air yang menghantam bumi karena gravitasi.
sebenarnya kata2 yg diucapkan ravka yg seperti ini sudah jatuh talak satu loh thor iya ngak sih kalau dlm agama? karna dia mengatakan melepaskan?
mana udah dibelikan kalung milyaran sm ravka
alex sm ravka bisa di bodoin uler