John adalah seorang CEO yang memiliki perusahaan yang sukses dalam sejarah negara Rusia, Keeyara menikah dengan John karena perjodohan orang tua mereka. Pernikahan mereka hanya jadi bumerang bagi Keeyara, John sangat kasar kepada Keeyara dan dia sering menjadi pelampiasan amarahnya ketika John sedang kesal. John juga memiliki kekasih dan diam-diam menikahi kekasihnya itu, Arriel Dealova.
Istri kedua John seringkali cemburu kepada Keeyara karena ia memiliki julukan sebagai 'Bunga Lilac' karena memiliki wajah yang cantik yang selalu menarik perhatian para pemuda. Bulan demi bulan berlalu dan Keeyara mulai kehilangan emosi dan bahkan tidak merasakan apapun saat melihat John dan Arriel sedang menggendong bayi mereka di depan wajahnya. Hingga, beberapa deretan kejadian dan permasalahan membuat Keeyara mengalami kecelakaan yang sangat berat dan menyebabkan Keeyara meninggal dunia. Tetapi anehnya, dia kembali bangun pada tanggal 20 April 2022, tepat dihari pernikahan John bersama kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cakestrawby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Satu jam yang lalu, Keeyara terbangun oleh suara dering ponselnya yang nyaring. Dalam keadaan setengah mengantuk, ia meraih ponsel dan memeriksa log panggilannya. Ternyata, terdapat beberapa panggilan tak terjawab dari salah satu karyawan di perusahaannya. Merasa sudah sepenuhnya sadar, ia pun segera menekan tombol untuk menelepon kembali si penelepon tersebut.
Nona Keeyara, anda ada di mana? Perusahaan mengalami masalah keuangan dan para direksi perusahaan memaksa untuk mengadakan pertemuan mendadak.
Yang semulanya mengantuk, Keeyara pun segera menjadi segar. Ia dengan terburu-buru melompat dari kasurnya dan berjalan menuju lemari pakaiannya.
"Bagaimana dengan William? hubungi dia untuk mengamankan kondisi di sana terlebih dahulu, aku akan segera datang."
Tuan William sudah dalam perjalanan, Nona... anda tidak perlu khawatir.
Keeyara segera memutuskan panggilan tersebut dan cepat-cepat berganti pakaian. Dalam keadaan panik, ia melangkah tergesa-gesa menuju laci untuk mengambil kunci mobilnya. Namun, sesaat ia terhenti, menggigit bibir bawahnya seolah sedang merenungkan sesuatu. "Tidak ada waktu, aku harus segera ke perusahaan," gumamnya pelan sebelum akhirnya segera memesan taksi online.
Selama perjalanan, Keeyara terus berusaha menghubungi William, namun setiap kali ia mencoba, nomor tersebut selalu tidak aktif. Dalam hatinya, ia menyadari bahwa selama ini ia terlalu fokus pada dirinya sendiri dan malah mengabaikan tanggung jawabnya terhadap perusahaan.
Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, Keeyara akhirnya tiba di gedung perusahaannya. Setelah membayar ongkos, ia segera melompat turun dan berlari memasuki gedung tersebut. Ia tidak peduli dengan tatapan penasaran dari beberapa karyawannya, pikirannya hanya terfokus pada masalah yang akan dihadapinya nanti.
Namun, saat ia hendak melangkah masuk ke dalam lift, tiba-tiba saja pandangannya menjadi gelap. Sebuah jarum suntik menyentuh lehernya, dan dalam sekejap, Keeyara jatuh pingsan.
Keeyara perlahan membuka kedua matanya, merasakan efek obat bius yang mulai memudar. Ia melirik ke samping dan mendapati sosok seseorang yang familiar. John, dengan tatapan dingin dan penuh ancaman, dia memandanginya. Pria itu menggenggam ikat pinggang di salah satu tangannya, seolah itu adalah senjata yang siap digunakan kapan saja.
"Kau!" Keeyara terkejut, cepat-cepat ia mengubah posisinya menjadi duduk. Dengan hati-hati, ia mencoba menggeser tubuhnya ke belakang, menjauh dari John. Namun, John justru merangkak menaiki tempat tidur, tangannya meraih salah satu kaki Keeyara dan menariknya kembali ke arahnya dengan paksa.
"Kau perlu di beri pelajaran, Keeyara. Kamu harus kembali ke tempatmu, sebagai istriku." perkataannya rendah dan sengaja di tekankan agar wanita itu memahaminya.
"Aku tidak akan bersikap lembut, aku juga memiliki kesabaran, dan kesabaran itu kini telah habis. Kau harus paham siapa yang mendominasi di sini, sayang. Ingat? kau harus mengandung anakku juga." lanjut pria itu dengan kasar, tatapannya tak pernah lepas dari Keeyara saat ia melayangkan ikat pinggang itu ke udara.
Besi dingin itu langsung mendarat di kulit Keeyara yang nyaris tanpa cacat, meninggalkan jejak merah di kulitnya yang bewarna putih pucat nan bersih. Keeyara meringis setiap kali John melemparkan ikat pinggang itu kepadanya, nyerinya tak tertahankan sama sekali hingga ia dapat melihat bintang-bintang.
"Kau brengsek, John!" teriak wanita itu sambil berusaha memberontak, namun pegangan pria itu di pundaknya begitu kuat. Suara cambukan tersebut terus menerus terdengar, John sendiri tidak perduli dengan rasa sakit yang di alami oleh istrinya itu karena ia sudah di butakan oleh api amarah.
Selang beberapa menit, John melemparkan ikat pinggangnya ke sembarangan tempat, ia pun berlutut di depan Keeyara sambil mencengkram dagunya dengan kuat. "Masih ingin melawan atau itu semua tidak cukup bagimu, Keeyara? aku memberikanmu dua pilihan, tunduk padaku atau kau akan menghadapi kematianmu di tanganku sendiri?" tanya John yang membuat wanita itu tertawa getir.
"Asal kau tahu, aku pernah mati sebelumnya. Tunduk padamu? pahami kataku baik-baik, hewan liar tidak akan pernah menjadi hewan peliharaan." ucap wanita itu dengan tajam, sementara itu kemarahan John semakin meningkat, rahangnya mengetat saat ia semakin menekankan jari-jarinya ke rahang pipi wanita itu, namun Keeyara sama sekali tidak menunjukan ketakutan.
"Baiklah, itu pilihanmu." John kembali bangkit dan langsung menampar pipi Keeyara dengan sangat keras. Tidak cukup dengan itu, ia pun mendaratkan tendangan tepat di bagian perut bawahnya, membuat wanita itu mengerang dan langsung ambruk di atas kasur. Melihat kesempatan itu, bukannya berhenti John malah mulai membuka kancing kemejanya sendiri dan kembali berlutut di samping tubuh Keeyara yang kini lemas.
"Lepaskan aku, dasar brengsek!" teriak Keeyara terus memberontak, namun sekeras apapun wanita itu berusaha untuk melepaskan diri, John terlalu kuat baginya.
"DIAM!" bentak pria itu, tidak perduli dengan rasa sakit yang di alami oleh Keeyara, yang ia pedulikan saat ini hanyalah menjadikan wanita itu sebagai miliknya. John mulai membuka resleting celananya, gerakannya menjadi kasar dan tergesa-gesa.
"Buka kakimu lebar-lebar!" dia menanggalkan celana dan juga celana dalamnya, memperlihatkan kekerasannya kepada wanita itu. Tidak hanya di situ saja, John pun kembali menarik kaki Keeyara dan melemparkannya ke bahunya, membuatnya berbaring telentang dengan sempurna di hadapan pria itu.
"Kau punya nyali, Keeyara. Saat ini kau akan menjadi milikku, akan seperti itu untuk selamanya." kata John yang mulai menunduk untuk mencium istrinya. Namun, Keeyara memalingkan wajahnya ke samping sambil mengulurkan tangan untuk mengambil sebuah vas bunga yang tersimpan di atas laci samping tempat tidur.
Beberapa detik kemudian, erangan John terdengar di ruangan tersebut saat Keeyara melemparkan vas bunga itu ke kepala bagian belakangnya. Melihat kesempatan itu, ia pun mendorong John dan segera turun dari tempat tidur.
"Sialan, sialan, wanita jalang!!" teriak John sambil meringis kesakitan, tak butuh waktu lama untuk pria itu memakai kembali pakaiannya dan melompat dari tempat tidur untuk mengejar Keeyara yang sudah keluar dari kamarnya.
"KEEYARA!" teriak John berusaha mengejar istri pertamanya itu.
Sementara itu, Ariel yang melihat pelarian Keeyara dari lantai atas pun mulai terkekeh pelan sambil sesekali menyesap tehnya.
Keeyara terus berlari di jalanan sepi, telapak kakinya yang telanjang menyentuh permukaan dingin aspal. Setiap langkahnya terasa berat, otot-otot kakinya berteriak meminta istirahat, namun wanita itu mengabaikan bisikan hatinya dan memaksakan diri untuk terus berlari, melampaui batas kemampuannya. Di belakangnya, John mengejar dengan kecepatan yang mengerikan, seolah ingin menerkam mangsanya yang tak berdaya.
Malam itu sunyi, hanya suara napasnya yang memburu dan detak jantung yang menggema di telinganya. Keeyara tidak mendengar apapun kecuali langkahnya sendiri yang tergesa-gesa.
"KEEYARA, KEMBALI!" suara John menggema di udara, samar namun penuh ancaman. Tubuh Keeyara sudah terlalu lemas untuk terus berlari, tetapi tekadnya menguatkan langkahnya. Ia bertekad untuk terus maju, tak ingin terjebak oleh bajingan itu lagi.
"Sial... ponselku tertinggal..." gumam Keeyara terengah-engah sambil menyeka air matanya yang berhasil jatuh.
Beberapa menit terus memaksakan diri untuk berlari, Keeyara pun berhasil muncul di jalanan yang ramai. Orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya memperhatikannya dengan bingung dan khawatir saat melihat kondisinya yang berantakan, seolah-olah dia baru saja melarikan diri dari sesuatu yang mengerikan.
Tanpa memperdulikan tatapan itu, Keeyara nekad berlari ke tengah jalan saat ia kembali mendengar teriakan John dari kejauhan. Suara itu seolah menjadi magnet yang menariknya, mendorongnya untuk melawan rasa lelah dan ketakutan yang menghimpit. Wanita itu berlari dengan cepat di antara mobil-mobil yang berhenti karena macet, setiap langkahnya dipenuhi dengan harapan dan desakan untuk melarikan diri dari John. Disisi lain, John yang melihat itu ekspresinya menjadi semakin gelap, matanya mengikuti Keeyara saat wanita itu menerobos kemacetan, mengabaikan beberapa mobil yang menyembunyikan klakson.
Ada apa dengan wanita itu, aneh sekali.
Orang gila mana yang berlari di tengah-tengah kemacetan?!
Apakah dia gila atau bagaimana??
Di tempat lain, Kai yang saat itu sedang berada di dalam mobilnya, duduk dengan tidak tenang. Ia terus-terusan melirik ponselnya, menatap pesan-pesan yang ia kirim kepada Keeyara namun tidak mendapat balasan darinya.
Saya sudah menghubungi Nyonya Giya namun beliau mengatakan jika Nona Keeyara pergi ke perusahaan. Begitu saya pergi ke sana, tidak ada seorang pun yang melihatnya, Tuan...
Berulang kali dia membaca pesan yang di kirimkan oleh William, dia semakin khawatir setiap detiknya, berharap jika wanita itu akan baik-baik saja tanpanya.
"Sial, sampai kapan kemacetan ini akan berlalu?!" bentak Kai sambil meninju kursi yang ada di depannya, Denver yang ada di sana hanya bisa terdiam sambil memeriksa waktu di arlojinya.
Suara klakson mobil itu dapat di dengar oleh mereka berdua, Denver menyipitkan mata saat ia mencondongkan tubuhnya ke depan, keningnya tiba-tiba saja berkerut.
"Uhh.. wanita itu tampak tidak asing, mengapa dia berlari di tengah kemacetan seperti ini?" gumamannya dapat di dengar oleh Kai, laki-laki itu pun mengikuti kemana arah pandangan Denver tertuju dan seketika jantungnya berdetak kencang saat dia mengenali sosok wanita itu.
"Bodoh, itu Keeyara!"
🤦🏻🤦🏻🤦🏻🤦🏻