Dia terbuang, dia tak dianggap dan dia tidak pernah ada.
Alora namanya. Anak yang terbuang dan diambil oleh agen pembunuh dan di rekrut menjadi anggota sejak umur tujuh tahun.
Gadis kecil yang terbiasa melawan arus dunia hingga tumbuh besar dan ingin kembali melihat tempat asalnya.
Siapakah Alora ini?? dan hal mengejutkan apa yang ia lakukan ??
cuss baca 👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria ardila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Kakinya lebih lurus saat menendang dan jangan terlalu berlebihan tenaganya di kaki karena jika terlalu berlebihan kalian akan jatuh kedepan." Jendral Wanji menggunakan tongkat untuk mengajarkan para Tuan Putri dan Lora.
Tongkat digunakan untuk membetulkan kesalahan gerakan agar sang jendral tidak menyentuh tubuh gadis gadis itu secara langsung.
Para kesatria tadi sudah pergi dari lapangan saat mereka memulai latihan dengan Jendral Wanji.
Sudah hampir satu jam mereka latihan dan keringat sudah membasahi wajah para tuan Putri dan juga Lora.
"Kalau tidak penuh maka lawan tidak akan tumbang?" Lora bertanya dengan kaki yang sudah turun, lelah juga berdiri satu kaki.
"Saat tertentu kamu memang harus mengeluarkan semua tenaga, tapi ingat dengan catatan orang itu pastikan tumbang. Tendangan ini hanya alternatif untuk menyelamatkan jika lawan sedikit berjarak dengan kamu." Jelas Jendral Wanji.
Lalu mereka kembali mengulang kegiatan yang sama beberapa kali. Para Putri tidak banyak bicara tapi terlihat jelas mereka kelelahan dan mereka tidak ingin mengatakan.
Bruk
Lalu Lora tiba tiba menjatuhkan tubuhnya dan terduduk di rumput hijau itu dengan kaki lurus dan tangan memegang kedua pinggangnya.
"Jendral, kami butuh istirahat!!" keluh Lora dengan kaki yang menendang nendang rumput.
"Sudah hampir dua jam berlatih dan kamu tidak di beri minum sama sekali. Ini belajar atau acara pembunu... hmmpp" Lora masih ingin mengomel tapi mulutnya buru buru di tutup oleh Putri Warsi.
"Jendral harap maklum, dia baru beranjak dewasa sehingga dia kadang bersifat kekanakan." Putri Warsi tersenyum canggung saat mengatakannya.
"Oh baiklah, memang salah saya yang tidak mengingat kalau kalian seorang Putri, ini sudah satu jam dan kalian pasti perlu istirahat." Jendral Wanji berbicara dengan santai tapi jelas dia menyindir Lora.
"Apakah kami boleh istirahat?" Tanya Lora yang langsung berdiri dengan semangat.
Tuan Putri yang lain pun hanya bisa tersenyum canggung, rasa malu mereka perlahan terkikis karena kelakuan Lora yang serba tiba tiba ini.
"Kalian boleh istirahat setengah jam tapi setelah itu kita akan tetap melanjutkan latihan." Setelah mengatakan itu Jendral Wanji pergi dari hadapan mereka.
Lora pun bergerak seperti meninju dan menendang ke arah Jendral Wanji dengan ekspresi kesal.
"Dia lebih parah dari Guru Ahan. Aku salah sedikit saja di suruh ulang ulang terus, dia pikir kakiku ini kaki besi yang tidak ada lelah." Keluh Lora sambil menunjuk nunjuk bayangan Jendral Wanji yang hampir hilang.
"Jangan mengomel terus, lebih baik kita istirahat." Putri Hawa mencoba menenangi gadis kecil ini karena jika tidak telinga mereka akan panas mendengar perkataan tiada habisnya dari Lora.
.
.
"Tidak boleh kabur Lora." Putri Hawa menggenggam tangan Lora agar gadis itu tidak kabur dari pelajaran lagi. Lora memang sering kabur dari pembelajaran dan yang paling sering adalah pelajaran tata krama karena Lora tidak suka dengan guru Ahan.
"Aku cuman mau mengambil air lagi, airku habis." Lora berupaya melepaskan tangan Putri Hawa tapi tidak bisa karena Putri Hawa menggenggam erat tangan Lora.
Dengan penuh keterpaksaan Lora kembali ke lapangan itu. Malas berlatih bukan faktor utama Lora malas berlatih tapi karena Jendral Wanji yang terus memperhatikannya, itu membuat ia seperti di telanjangi.
.
.
.
bersambung
jangan lupa like and vote ya
Salam hangat dari author