NovelToon NovelToon
Suami Dan Anak Ku Bukan Untuk Ku

Suami Dan Anak Ku Bukan Untuk Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Persahabatan / Cinta Murni / Dijodohkan Orang Tua / Teman lama bertemu kembali / Pernikahan rahasia
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Vismimood_

Menjadi Istri kedua atau menjadi madu dari Istri pertama sudah pasti bukan sebuah mimpi dan harapan, bahkan mungkin semua wanita menghindari pernikahan semacam itu.
Sama halnya dengan Claire yang sudah menyusun mimpi indah untuk sepanjang hidupnya, menikah dengan suami idaman dan menjadi satu-satunya Istri yang paling cintai.
Namun mimpi indah itu harus kandas karena hutang Papanya, uang miliaran yang harus didapatkan dalam dua bulan telah menjadi kan Claire korban.
Claire akhirnya menikah dengan pengusaha yang berhasil menjamin kebangkitan perusahaan papanya, Claire dinikahi hanya untuk diminta melahirkan keturunan pengusaha itu.
Segala pertentangan terus terjadi di dalam pernikahan mereka, Claire yang keras menolak hamil sedangkan jelas tujuan pernikahan mereka untuk keturunan.
Kisah yang sedikit rumit antara satu suami dan dua istri ini dialami Claire, Brian, dan Tania. Akan seperti apa akhirnya pernikahan itu, jika keturunan tak kunjung hadir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukankah Harus

Hari ini Raja kembali masuk sekolah seperti biasa, Raja sudah merenungkan semuanya semalaman hingga membuatnya bergadang. Memang benar Raja tidak bisa bergantung pada siapa pun, sekarang Raja benar-benar sendiri karena Claire tidak ada lagi di Sekolah yang sama dengannya.

"Hey bodoh!"

Teriakan itu membuat langkah Raja terhenti, Raja diam tanpa menoleh untuk melihat pemilik suara itu. Tak berselang lama, Raja bisa melihat 3 pasang kaki yang berdiri di sampingnya.

"Apa kau sedih karena Malaikat mu sudah tidak ada?"

"Hahaha harusnya dia pergi sejak lama, tidak perlu merepotkan diri untuk membantu lelaki lemah seperti dirimu!"

"Dia baru sadar jika membantu mu adalah hal percuma."

Mereka masih kelas 6 SD tapi kenapa kelakuannya sangat buruk, apa orang tua mereka tidak mendidik dengan benar. Raja merasa guru di Sekolah sudah mengajar dengan benar, tapi kenapa ada murid yang seperti ini.

"Kenapa kau diam saja, kau tidak melihat kami di sini?" Tanyanya seraya mendorong bahu Raja.

Kali ini dengan segenap keberaniannya Raja menatap 3 orang di hadapannya, sorot matanya sangat berbeda dari biasanya. Raja harus kuat, Raja harus berani, menjadi lemah bukan dosa tapi menjadi kuat itu pilihan.

Tulisan Claire terus berputar dibenaknya, selama ini mungkin memang Raja sudah sangat salah karena selalu diam dengan perlakuan tidak baik mereka. Tapi sekarang tidak akan lagi, Raja sekarang tidak akan lemah lagi karena Raja sekarang telah menjadi kuat.

"Berani kau menatap kita seperti itu!"

Tiba-tiba saja perkelahian terjadi diantara mereka, kali ini keributan itu terjadi di lapangan Sekolah bukan di luar Sekolah. Sontak saja itu membuat kebisingan seisi Sekolah, Raja membuktikan jika mereka tidak bisa merendahkan dirinya lagi.

Pukulan demi pukulan Raja berikan pada mereka secara bergantian, mereka yang biasa merasa paling kuat kini justru sangat lemah. Mereka habis dipukuli oleh Raja yang hanya seorang diri, hingga akhirnya beberapa guru datang dan menengahi perkelahian mereka.

"Hentikan, apa yang kalian lakukan?!" Bentak satu guru laki-laki.

Nafas Raja memburu, emosinya sangat tinggi saat ini. Tangannya yang terluka sama sekali tak diperdulikannya, Raja merasa puas karena bisa memukuli mereka semua.

"Raja, apa-apaan kamu?"

Raja tidak sekali pun mendapatkan pukulan dari ketiga anak itu, entah setan apa yang membantu Raja menjadi kuat. Raja benar-benar berbeda sekarang, Raja sudah bisa berubah seperti keinginan Claire.

"Besok, suruh orang tua kalian ke Sekolah. Ibu perlu bicara dengan mereka!"

Raja tak menjawab dan memilih pergi begitu saja, tidak masalah besok Raja akan datang bersama dengan orang tuanya. Guru itu juga meminta hal yang sama pada ketiga murid yang jadi korban pemukulan Raja, berbeda dengan Raja yang santai, mereka justru ketakutan ketika guru meminta orang tua mereka untuk datang.

*

Sesuai dengan permintaan guru kemarin, pagi ini Raja datang bersama dengan kedua orang tuanya. Mereka memasuki ruangan guru, rupanya disana sudah ada mereka semua yang datang lebih dulu.

"Silahkan duduk Bapak sama Ibu."

Para orang tua itu menatap Raja dengan jengkel, mereka merasa sangat kesal dan ingin memaki anak tersebut. Raja melirik mereka semua setelah duduk berjajar dengan semuanya, sekilas Raja tersenyum tanpa menunjukan rasa bersalahnya sama sekali.

"Baik, saya di sini memangil Bapak dan Ibu untuk datang dikarenakan keributan yang terjadi kemarin. Untuk orang tua Raja, saya meminta maaf karena harus melakukan pertemuan ini sekarang."

"Sama sekali bukan masalah Bu, silahkan saja lanjutkan." Ujar Herman dengan santainya.

"Jadi kemarin Raja membuat kegaduhan dengan memukuli teman-temannya, Bapak bisa lihat sendiri kondisi mereka saat ini."

Herman menatap korban pemukulan anaknya itu, responnya hanya mengangguk tenang tanpa berniat meminta maaf. Jelas saja itu membuat para orang tua itu semakin kesal saja, mereka berfikir jika anak dan orang tua itu memang sama-sama tidak memiliki sopan santun.

"Pak, tolong ya diajarkan Anaknya harus bisa jaga emosi!"

"Begini nih jadinya kalau Anak dibebaskan begitu saja, sok hebat memukuli temannya sendiri."

"Bagaimana tanggung jawabnya sekarang?"

Herman sepertinya enggan menimpali kalimat itu, biarkan saja mereka mengoceh sesuai dengan keinginan mulutnya masing-masing. Raja hanya tersenyum simpul dengan keadaan saat ini, tidak ada rasa takut sama sekali yang singgah di hatinya untuk permasalahan yang dibuatnya dengan sengaja.

"Tolong tenang Ibu, kita di sini untuk cari solusi."

"Solusi apa Bu, buktinya mereka diam saja seperti itu. Mereka pasti tidak mau bertanggung jawab, padahal Anaknya sendiri yang berbuat ulah!"

Herman mendadak membenarkan posisi duduknya lebih tegap lagi, ia juga sempat merapikan dasinya yang sedikit tidak nyaman. Herman lantas menatap Raja, apa yang terjadi pada anaknya selama ini bukankah lebih buruk dari semuanya.

"Katakan, apa mereka yang selalu memukuli kamu setiap pulang sekolah?"

Raja menatap mereka semua yang seketika menunduk, senyumnya kembali terlihat tapi kini sedikit lebih angkuh. Raja mengangguk pasti membenarkan pertanyaan Herman, Raja akhirnya buka suara dengan menceritakan apa yang kerap terjadi padanya sepulang sekolah.

"Tidak mungkin, Anak ini pasti berbohong!"

"Jangan menuduh Anak saya pembohong, kenapa tidak tanyakan saja sejauh mana kejujuran Anak kalian semua?" Tegas Herman.

Selama ini Herman sudah diam saja dengan ulah mereka semua, setiap hari melihat anaknya babak belur tentu saja membuat emosi Herman memuncak. Herman tidak membenarkan perbuatan Raja kali ini, tapi Herman juga sedikit merasa bangga untuk keberanian Raja menyelamatkan dirinya sendiri.

Perdebatan terjadi antara mereka, Herman sama sekali tidak mau mengalah atas semua lontaran yang diucapkan untuk memojokan Raja. Meski begitu brandal cilik itu tidak sama sekali membela diri, mereka bahkan tidak mau membuka suara untuk membantah atau menerima semua pernyataan Raja.

"Sudah sudah, tolong tenang jangan ribut seperti ini. Saya di sini mencoba memperbaiki keadaan, jadi tolong kerjasamanya."

"Anak saya sudah mengatakan semuanya dengan jujur, lalu apa lagi yang harus dijelaskan. Raja seperti itu karena mereka semua yang memulai, saya yang menyaksikan sendiri Anak saya babak belur setiap pulang sekolah!"

"Pak-"

"Saya sudah diam selama ini, lalu apa yang dilakukan pihak sekolah untuk perbuatan yang selalu terjadi pada Anak saya. Dia terluka setiap hari, apa kalian tidak curiga jika keesokan harinya Raja sekolah dengan keadaan luka-luka?"

Kini Herman tak lagi bisa menahan emosinya, Herman bisa saja melaporkan pihak sekolah atas tuduhan kelalaian. Tapi Herman memilih diam, ia hanya berusaha menenangkan Raja dan terus memberinya motivasi, meski sesekali Herman juga memaksa Raja untuk melawan.

Mereka semua diam, sesekali mereka melirik anak mereka dan meminta penjelasan untuk setiap kalimat Herman. Mereka sama sekali tidak tahu dengan apa yang selalu terjadi setiap pulang sekolah, anak mereka selalu pulang seperti biasanya tanpa ada yang mencurigakan.

"Kenapa kalian diam saja, malu kalian karena ternyata anak kalian adalah biang masalahnya. Lalu siapa yang seharusnya pandai mendidik Anak, apa kalian sudah sehebat itu dalam mendidik mereka semua sampai mereka bisa jadi brandalan sejak dini seperti itu?"

"Jaga bicaranya ya Pak, Anak saya-"

"Anak saya apa, Anak Anda hebat karena bisa memukuli Anak saya setiap hari. Jadi itu yang kalian ajarkan pada mereka, menjadi preman sejak kecil?!"

Cekcok kembali terjadi, kali ini anak-anak itu mulai ikut menambah keributan. Mereka mulai memaki Raja hingga membuat Raja naik darah, dengan satu kali pukulan Raja berhasil membuat satu temannya tersungkur.

Sontak saja itu membuat para orang tua semakin geram, guru yang ada pun tidak bisa melerai keributan saat ini. Hingga datang beberapa guru lainnya dan berhasil melerai mereka semua, Herman menarik Raja duduk dan mengusap punggunggnya.

"Cukup ya Pak, saya sudah lihat sendiri ulah Raja barusan terhadap temannya sendiri."

"Ibu akan tetap biarkan murid seperti ini ada di Sekolah, dia bisa saja melakukan hal yang lebih buruk lagi."

"Sudah diam, diam semua biarkan saya bicara terlebih dahulu!"

Mereka diam, Herman hanya tersenyum ketika Raja menatapnya. Sedikit pun Herman tidak akan memarahinya, biarkan saja Raja sudah cukup bersabar menghadapi mereka semua.

"Pak Herman saya tidak bisa membiarkan ini terus menerus, saya khawatir jika Raja akan selalu melakukan hal kasar seperti itu."

"Lalu apa yang mau Ibu lakukan?"

"Dengan berat hati, saya harus mengeluarkan Raja dari Sekolah."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!