NovelToon NovelToon
AKU PUN BERHAK BAHAGIA

AKU PUN BERHAK BAHAGIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: sicuit

Jaka, adalah seorang yang biasa saja, tapi menjalani hidup yang tak biasa.
Banyak hal yang harus dia lalui.
Masalah yang datang silih berganti, terkadang membuatnya putus asa.
Apalagi ketika Jaka memergoki istrinya selingkuh, pertengkaran tak terelakkan, dan semua itu mengantarnya pada sebuah kecelakaan yang semakin mengacaukan hidupnya,
mampukah Jaka bertahan?
mampukah Jaka menjemput " bahagia " dan memilikinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sicuit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menghilang

Jaka terdiam ...

Memastikan, apakah telinganya tak salah dengar, dengan apa yang diucapkan Yunis barusan.

"Bu ... katakan sesuatu, apakah benar dengan apa yang diucapkan Yunis?"

"Tid...."

Belum selesai Ibu bicara, Yunis sudah menimpali,

" Iya benar, memang kamu lumpuh sekarang, kalau kamu tak percaya, coba gerakkan kakimu," kata Yunis seenaknya.

"Yunis, Ibu bilang, jaga bicaramu!" dengan nada kesal Ibu menegur Yunis.

Jaka menggerakkan badannya, menggerakkan tangannya, kaki kanan, semua baik - baik saja, tapi begitu dia mencoba menggerakkan kaki kiri ... tak bergerak sama sekali.

"Tidak sepe ...." belum selesai Ibu bicara,

"Tidaaaakk ... tidaaak ... Tidaaak!" teriak Jaka dengan suara lantang, menganggetkan orang - orang yang ada dalam ruangan itu.

Tangannya memukul - mukul kepala, menyambar selang infus, hingga terlepas, darah segar keluar membasahi tangan, sprei dan bajunya.

"Tidaaakk ... tidaaakk mungkin ... tidaaak mungkiiin!" teriaknya putus asa.

Keadaan menjadi kacau, Ibu cepat berlari keluar mencari pertolongan.

"Tooloong ... Sus ... toolooong anak saya!"

Jaka masih tak terkendali, tangannya bergerak kesana kemari menyambar apa saja yang terpegang olehnya.

"Sudaaaah ... sudaaahhh ... Maaass, sudah, jangan seperti orang gila!" teriak Yunis, berusaha memegang tangan Jaka yang kalap.

"Semua gara - gara kamu ini, semua gara - gara kamu!" teriaknya marah pada Yunis.

Orang - orang yang berada di situ mendekat untuk melihat apa yang terjadi, dan mereka berkasak - kusuk.

Tak lama kemudian perawat datang, mereka segera menenangkan Jaka. Satu suntikan membuatnya menghentikan gerakan tangan yang tak terkendali itu. Matanya kembali terasa berat, dan akhirnya Jaka tertidur pulas.

"Dalam kondisi pasien seperti ini memang harus pelan - pelan menginformasikan keadaannya, supaya pasien tidak terkejut," kata salah satu dari perawat itu.

Yunis diam, dia melengos ketika merasa mertuanya sedang menatapnya dengan pandangan tajam.

"Emang, maumu apa, kenapa kamu berlaku seperti itu?" tanya Ibu dengan penuh selidik.

"Tak ada, hanya bilang apa adanya, supaya dia tahu keadaan, dan dia juga tahu kalau sebentar lagi beban berat akan jadi beban saya, membiayai suami lumpuh dan Ibunya," katanya pedas sambil membalas tatapan Ibu.

Ibu mendengus kesal, tapi tak bisa berkata apa - apa, memang benar semua yang dikatakan menantunya.

       ########

Pagi berikutnya, saat Dokter Leo berkunjung, Jaka sudah tenang kembali, seakan sudah bisa menerima keadaan. Tapi itu bukan hal yang baik menurut Dokter Leo, karena Dokter Leo menemukan gejala yang lain.

Apalagi ketika Dokter Leo menatap mata Jaka, yang kini menjadi kosong, dia menggeleng pelan.

"Ibu , apa bisa ikut saya, ada yang mau saya bicarakan sebentar," ajak Dokter Leo.

Ibu mengangguk, tapi belum juga Ibu berjalan, Yunis sudah melangkah sejajar dengan langkah Dokter Leo.

"Saya yang ikut, Dok, saya kan istrinya,"

"Baik ... mari ke ruangan saya," ajak Dokter Leo.

Berbunga - bunga hati Yunis, membayangkan berduaan di ruangan Dokter Leo. Dia berjalan sambil tersenyum.

Dokter Leo mengernyitkan alis melihat kelakuan Yunis, yang tak ada sedih sedikit pun dengan keadaan suaminya.

Mereka masuk dalam ruangan Dokter Leo, ruangan yang tak terlalu besar, tapi bersih. Buku - buku tertata rapi di meja.

Mereka duduk berhadapan, persis dengan apa yang dibayangkan Yunis. Dia bisa sepuasnya melihat wajah tampan itu.

"Begini Bu ..."

Belum selesai Dokter Leo bicara, Yunis sudah menyela sambil tersenyum

" Dok, jangan panggil saya Ibu, saya belum punya anak, panggil saja Mbak, atau Neng."

Dokter Leo mengangguk.

"Baik, begini Mbak, menurut pemeriksaan saya, suami anda mengalami shock, bukan hanya tubuh bagian kiri saja, melainkan sedikit mentalnya. Mbak kudu sabar ya ...."

Yunis yang terpesona, tak merespon ucapan Dokter Leo. Matanya mengerjap menatap mahluk indah di depannya.

"Maaf Mbak, apa penyampaian saya sudah jelas?"tanya Dokter Leo sambil tersenyum.

Yunis mengangguk,

" iya jelas, Dok, lalu apa yang harus saya lakukan?"

"Suami Mbak, harus mendapat perawatan seintens mungkin, dan menjalani latihan dengan rutin, sehingga bisa cepat sehat kembali, karena ini bukan lumpuh permanen."

"Baik, Dok," jawab Yunis pendek.

"Baik, saya rasa hanya itu yang ingin saya sampaikan, tolong Mbak bisa menjelaskan semua pelan - pelan pada pasien supaya bisa semangat lagi."

"Baik, Dok ... tapi apa bisa saya mendapatkan nomor Dokter, kalau mungkin ada yang ingin saya sampaikan, mungkin perihal kemajuan atau sesuatu yang ingin saya tanyakan?" tanya Yunis tersenyum manis.

Dokter mengangguk pelan dan menyebutkan beberapa angka yang langsung dicatat dengan penuh semangat.

"Terima kasih, Dok," manis senyum Yunis.

Dia meninggalkan ruangan Dokter Leo dengan wajah suka cita. Kembali ke ruangan Jaka.

         #########

Keadaan Jaka memang sedikit membaik, tekanan darah atau kondisi kesehatan yang lain tak ada masalah, bahkan semakin membaik. Tapi tak begitu dengan keadaan mentalnya, karena Jaka tak bisa menerima keadaan dirinya yang lumpuh.

Seperti pagi itu, Jaka duduk di tempat tidurnya setelah dibersihkan dan digantikan bajunya, pandangannya kosong, sesekali air liur menetes tanpa dia sadari.

Ibu menyekanya dengan tissiu. Mata ibu basah, air matanya menggenang, melihat keadaan anaknya seperti itu.

Sedang Yunis lebih banyak duduk di taman depan ruangan. Bermain ponsel. Daripada menjaga suaminya.

"Yunis, ajak suamimu duduk d sana juga, supaya bisa merasakan matahari pagi," minta Ibu.

Yunis melangkah masuk.

"Untuk apa Bu, kalau sudah setengah gini, iya ndak ada gunanya mau dijemur seperti apa juga ga akan ada manfaatnya," kata Yunis sambil meletakkan telunjuk di keningnya.

Ibu diam, tak meladeni omongan Yunis, dia malu kalau sampai ribut di ruangan ini. Hatinya sedih sekali mensengar

Akhirnya, Ibu sendiri yang mendorong kursi roda itu, meskipun dengan susah payah.

Melihat Ibu kerepotan mendorong kursi roda, mau tak mau, akhirnya Yunis mengambil alih dengan kasar. Sampai Ibu hampir jatuh, kalau tidak cepat berpegangan pada pinggiran pintu.

" Sini ... sini, Bu. Gitu aja ga bisa, apa sih yang bisa Ibu kerjakan selain ngomel, ndak anak ndak Ibu sama saja, ndak ada yang becus!" katanya marah sambil mendorong kursi roda.

Yunis mendorong sampai di tempat dia tadi. Ibu mengikuti dari belakang. Setelah itu Yunis meninggalkan begitu saja dan menjauh entah kemana lagi.

Duduk di taman, merasakan hangatnya sinar matahari, Ibu berharap, tulang - tulang, otot - otot kaki Jaka bisa secepatnya pulih kembali.

Jaka hanya diam, pandangannya kosong.

\#\#\#\#\#\#\#\#\#\#\#

Hari - hari berlalu selalu seperti itu. Hanya Ibu yang mengurus Jaka. Sedang Yunis, kadang ada, kadang tak kelihatan. Sama sekali tak peduli dengan keadaan suaminya.

Tapi ketelatenan Ibu, sedikit demi sedikit membuat Jaka merasa lebih baik, dia bisa sedikit tenang.

Hal ini bagus untuk kesehatan mentalnya. Jaka mulai bisa berinteraksi dengan Ibu, menanyakan hari apa, mengutarakan keinginan, ini, itu, atau makan makanan apa yang diinginkannya.

Alangkah senangnya hati Ibu. Melihat perkembangan Jaka. Pandangannya tak lagi kosong seperti waktu itu. Ibu mengingat pesan Dokter untuk menjaga agar jangan sampai Jaka stres atau menghindari hal - hal yang membuatnya kecewa.

Pagi ini pun Jaka ditemani Yunis duduk di taman. Meskipun tak banyak kata, tak ada percakapan, Jaka menikmatinya. Di temani istri yang sangat dicintainya memberikan stimulus positif untuk Jaka.

Dokter Leo yang kebetulan melihat Jaka di taman, menghampiri, sekedar menyapa,

"bagaimana keadaannya Mas Jaka?"

Jaka mendongak, tersenyum,

"baik, Dok. Terima kasih untuk perawatan yang Dokter berikan."

"Harus rajin latihan ya, supaya bisa cepat sembuh," kata Dokter Leo sambil menepuk pundak Jaka.

"Siap, Dok," jawab Jaka penuh semangat.

Dokter Leo tersenyum sambil melangkah hendak berlalu, tapi sebelum itu, Dokter Leo juga menyapa Yunis. Seketika saja timbul kegenitan di hati Yunis.

Dengan berpura - pura menanyakan keadaan Jaka, ini, itu, Yunis berjalan seiring dengan Dokter Leo, meninggalkan Jaka sendiri di kursi rodanya.

Keakraban Yunis dengan Dokter Leo membuatnya mengingat kembali tingkah laku Yunis pada malam itu. Tiba - tiba kepalanya terasa sakit sekali, perutnya mual.

Jaka berusaha memutar kursi roda dengan sekuat tenaga, menjauh, dan kembali ke kamar, tapi ....

Tak lama kemudian Ibu sampai di tempat mereka berdua tadi duduk, ibu menengok kesana kemari, tak dilihatnya Jaka atau pun Yunis. ⁶

Ibu duduk, menunggu,

"mungkin mereka masih jalan," pikirnya dalam hati.

Yunis berjalan dengan santai, senyum menghias di bibirnya yang mungil. Kembali ke tempat duduk tadi.

"Yunis, mana Jaka, kok kamu sendirian?" tanya Ibu heran.

Yunis sadar, tak ada Jaka yang ditinggalkannya tadi di situ.

"Siaaall, berulah apalagi dia ini!" desisnya marah sambil menghentakkan kaki.

"Dia itu sudah dewasa Bu, bisa atur dirinya sendiri, mau kemana suka - suka dia, kenapa harus tanya aku!" jawab Yunis dengan emosi.

"Iya, tapi kamu sendiri tahu keadaannya saat ini, kesehatan mentalnya masih belum pulih benar," jawab Ibu menahan kegeramannya.

Yunis menatap Ibu dengan tajam,

"gila - gilanya sendiri, kenapa aku yang kena tegur, lagian, kalian itu harusnya tahu terima kasih, selama ini saya yang membiayai hidup kalian, jangan bertindak seenaknya!"

Yunis melangkah meninggalkan Ibu sendirian. Ibu bingung, kemana Jaka ...?

1
sicuit
terima kasih kakak ... sudah mampir di cerita aku .. /Smile//Pray/
Fathur Rosi
up Thor
sicuit: terima kasih kakak ... sudah mampir di cerita aku.. 😊🙏
total 1 replies
nightdream19
Bagus Thor. kisahnya buat aku juga jadi kebayang sama kejadian tadi. lanjut Thor.. /Smile/
nightdream19: ok. siap lanjutkan baca
sicuit: terima kasih kakak .. ikuti kelanjutan kisahnya ya.. 😊
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!