Belum kering luka hatinya setelah kehilangan kedua orangtuanya dalam waktu berdekatan, Baby Aurora, seorang gadis remaja berusia 19tahun harus dihadapkan pada perjodohan dengan pria yang sama sekali tidak disukainya.
Galak, kasar dan pemarah, itulah sosok Damar Bimasakti di mata Baby.
Sedangkan dalam pandangan Damar, Baby hanyalah barang mentah di mana ia akan keracunan jika memakannya.
Akankah dua karakter yang bagai air dan minyak ini menyatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JPB 25
Damar meletakkan koper milik Baby di sisi lemari, lalu meraih remote pendingin ruangan dan menekan tombol 'ON'. Udara sejuk pun menghembus. Baby masih diam berdiri di ambang pintu.
“Masukin pakaian kamu ke lemari. Kamu atur sendiri saja. Aku mau mandi dulu, gerah!”
“Iya,” sahutnya.
Damar masuk ke kamar mandi meninggalkan Baby yang masih membeku. Pandangannya meneliti kamar itu. Wangi, nyaman, bersih dan sejuk karena hembusan udara dari AC. Tentunya sangat berbeda dengan kamarnya di rumah lama yang hanya menggunakan kipas angin. Selain itu tempat tidurnya juga empuk.
Selepas mandi, Damar keluar dengan handuk putih yang melilit di pinggang. Baby juga sudah selesai memasukkan pakaian ke dalam lemari.
“Bambang, ambilkan baju kaus sama celana pendek.”
Baby mendengus, sepertinya panggilan Bambang akan melekat sampai kiamat. “Namaku Baby, bukan Bambang.”
“Tapi kelakuan kamu masih Bambang. Coba lihat lemari yang tadi rapi jadi berantakan begitu. Kamu apakan lemarinya?”
“Kan Mas Damar suruh masukin baju ke lemari. Jadi aku pindahin sebagian baju Mas Damar yang di bawah ke atas.”
“Ya diatur baik-baik, Bambang! Kamu ini perempuan, masa ngatur pakaian di lemari saja sampai berantakan begitu.”
Baby melirik pakaian yang tersusun di lemari. Memang cukup berantakan dan tidak beraturan.
“Lemarinya penuh, makanya berantakan.”
“Ya sudah terserah kamu, besok harus rapi lagi. Sekarang ambilkan baju sama celana pendek.”
“Ambil aja sendiri.”
“Terus tugas kamu sebagai istri apa? Istri itu wajib melayani suaminya.”
“Iya, iya. Galak amat Markonah.” Ia kemudian mengeluarkan selembar baju kaus dan celana pendek dari sana. Menyerahkan ke tangan Damar.
“Sekarang kamu mandi!” perintah Damar.
“Nggak mau. Biasanya juga nggak mandi.”
Damar mendengus mendengar ucapan Baby. Ia tidak habis pikir ada gadis jorok seperti istrinya itu.
“Bambang! Mandi atau aku yang mandikan!” seru Damar membuat Baby terlonjak.
Detik itu juga ia berlari masuk ke kamar mandi. Ancaman Damar sudah cukup untuk menakutinya.
Sementara di lantai bawah Bunda Yasmin hanya geleng-geleng kepala mendengar perdebatan dari lantai atas. "Yang satu panggil Bambang yang satu Markonah. Dasar mereka, punya anak dua biji berasa sepuluh."
*****
Baby keluar dari kamar mandi, sementara Damar sedang duduk di sebuah kursi dengan laptop di pangkuannya. Ia sedang mengedit beberapa video yang dikirim oleh Embun.
"Sudah mandinya?"
"Sudah."
Ia mengirim kembali video yang telah selesai di edit kepada Embun, lalu melirik Baby. "Jadi kamu sudah siap kan?"
Alis Baby saling bertaut mendengar ucapan suaminya. "Siap apa?"
Berdiri dari duduknya, Damar melangkah mendekat. Baby merespon sangat cepat dengan mundur beberapa langkah hingga punggungnya menyentuh dinding, seraya menyilang kan tangan di dada.
"Kenapa di tutup?"
"Ma-Mas Damar ma-mau apa?" tanya nya gusar.
"Nagih hak aku sebagai suami," jawab Damar dengan nada datar, tetapi sangat menakutkan di telinga.
Sepasang bola mata Baby membulat, sendi-sendinya terasa lemas. Udara sejuk di kamar tiba-tiba berubah panas. Damar sama sekali tidak ada basa-basi atau pun sekedar pemanasan saja. Seenaknya meminta jatah tanpa peduli Baby siap atau tidak.
"Hak apa?"
"Hak di ranjang lah. Kamu ini sudah dewasa, kamu seharusnya mengerti apa kewajiban seorang istri kepada suaminya."
"Nggak mau!" Ia mendorong dada Damar sekuat tenaga. Namun tak membuat Damar bergeming. Damar malah melingkarkan tangannya di pinggang, membuat Baby semakin ketakutan. "Ja-jangan Mas, aku belum siap."
"Siap tidak siap harus siap. Terserah aku mau apain kamu. Dosa tau, menolak suami."
Tanpa menunggu persetujuan, Damar membawa Baby ke tempat tidur, mendorongnya dengan lembut hingga terbaring.
"Aku laki-laki normal yang sudah menikah. Sangat wajar kalau aku mau tidur dengan istriku."
Napas Baby pun menjadi semakin cepat. Atas nama seluruh tokoh wanita dalam novel, ia sama sekali belum siap jika harus pecah perawan malam ini.
Tubuh besar Damar menindihnya, sorot matanya menatap tajam layaknya seekor elang yang hendak memangsa kelinci kecil yang tak berdaya.
"Layani aku!" bisiknya agak sensual sambil menarik jubah mandi yang membalut tubuh istrinya.
"Aaaaa Bunda tolong!" teriak Baby.
🌼🌼
biarpun bab nya pendek tp cerita nya g bikin nanggung..cerita tetap berkaitan dgn apik, biasa nya klo bab pendek cerita suka kluar jalur dn suka loncat2 g jelas..d sini g ada loncat cerita tanpa bisa d mengerti aq, smua nya terkonsep..
skalipun d sini ada tokoh dr cerita lain tp aq bisa menikmati nya tanpa hrs membaca cerita sebelum nya..benar2 cantik nih cerita, qta g d bikin emosi tingkat dewa, g ada pelakor2an..pokok nya mantaaaap 👍👍👍👍..dn d sini tdk menceritakan seorang CEO kaya raya yg punya kuasa at seorang dokter kaya raya, tp d sini menceritakan seorang jurnalis yg memperjuangkan keadilan..benar2 lain dr pada yg lain!!!
TOP deh bwt ka CHICHA..makasih ka cerita nya, aq benar2 menikmati nya...🙏❤️🤌⚘️⚘️⚘️⚘️⚘️⚘️⚘️⚘️⚘️⚘️
emg Damar suka asal niiih,,kaya nya ngegeser tuh otak nya gara2 liat Baby kesakitan mo ngelahirin..😅
jangan jangaaaaaan,,ooh tidaaak!!!!! 🙈🙈
ternyata Tria yg kamu agung2kan ternyata g lebih dr wanita murahan dn licik!!!
kamu salah mencari lawan Tria, Baby ini kan biasa demo jd g bakalan takut melawan kamu..😅
dn kamu Ryu,,kamu orang yg benar2 amanah memegang janji..👍😍
ternyata kamu lakukan hal2 yg bikin Damar emosi tingkat dewa tuh agar Damar menjauhi Tria???
knapa g terus terang aj Ry,,kasian liat nya kamu d hajar habis2an ma Damar dn d jauhi Damar....🥺