Suamiku Om-Om Galak

Suamiku Om-Om Galak

Aaa Bunda Tolong!

Prolog

"Aaaa Bunda tolong!"

Bunda Yasmin terlonjak mendengar suara teriakan dari lantai atas. Wanita itu sedang menebak dalam pikirannya tentang apa yang terjadi antara putra semata wayangnya dengan gadis yang baru ia nikahi pagi tadi.

“Baby kenapa? Diapakan sama Damar sampai berteriak begitu?” gumamnya.

Ia beranjak membuka pintu kamar. Suara gaduh semakin terdengar jelas dari sana. Tetapi Bunda Yasmin tidak lantas menuju lantai atas. Ia memilih tidak ikut campur dengan urusan pasangan suami istri baru itu.

Menghela napas, sang bunda masuk kembali ke dalam kamar dan membaringkan tubuhnya di tempat tidur.

“Damar sudah dewasa, dia tahu apa yang terbaik.”

Sementara itu di lantai atas, Baby, seorang gadis berusia 19tahun itu bersandar di dinding dalam keadaan gemetar ketakutan. Ia baru saja mendorong Damar, suaminya, yang mencoba membuka jubah mandi yang membalut tubuhnya.

“Bambang, sini kamu!” ucap Damar setengah berteriak.

“Nggak mau!” Baby menggeser kaki selangkah demi selangkah menjauh dari Damar yang semakin maju mendekati. Sambil berusaha membenarkan jubahnya yang sudah setengah terbuka yang nyaris menampakkan belahan dadanya.

“Menolak suami itu dosa, kamu ngerti nggak sih.”

“Nggak ngerti!” jawabnya dengan cepat.

Semakin kesal dibuatnya, Damar mempercepat langkahnya, menarik tubuh Baby dan menghempasnya hingga terjerembab ke atas tempat tidur. Baby meraih benda apapun yang berada di sekitarnya dan melemparkan ke arah Damar. Bantal kepala, bantal guling, dan selimut sudah teronggok di lantai. Tidak ada lagi benda yang dapat digunakan sebagai senjata untuk melindungi dirinya.

Damar menerkam tubuh Baby dan tak memberinya ruang untuk bergerak. Semakin ia memberontak untuk melepaskan diri, semakin erat pula Damar mencengkramnya.

Keringat dingin sudah membasahi tubuhnya, ada air mata yang tertahan di sana.

“Tolong lepasin, Mas!” lirih Baby seraya memukul-mukul dada Damar dengan tenaga yang tersisa.

Detik itu juga Damar menangkup kedua sisi wajah Baby dan tanpa peduli apapun menyatukan bibir mereka. Kelopak mata Baby mengerjap ketika merasakan bibir Damar bermain di bibirnya.

Agak memaksa, namun tidak kasar. Ada sebuah rasa yang begitu sulit ia pahami. Ini adalah ciuman pertama yang diambil paksa. Mungkin sebentar lagi segel perawan juga akan disobek paksa oleh Damar.

“Bunda tolong ... Mas Damar jahat!” teriak Baby dengan cepat ketika berhasil membebaskan bibirnya dari tawanan suaminya.

“Jangan teriak! Kamu nggak malu teriakan kamu didengar tetangga?”

Mulut Baby terbuka untuk meraup udara demi mengumpulkan tenaga dan berteriak lagi, namun segera dibungkam dengan ciuman oleh Damar.

Kini Baby sudah kehilangan banyak energi. Batinnya berteriak dan meraung memohon pertolongan dari semesta.

Ayah, ibu, Bunda, tolong!

Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain meremas kain seprai sekuat tenaga. Seluruh keberanian dan tenaganya seperti tercabut dari tubuhnya. Damar bahkan tidak memberinya celah untuk bernapas.

Tiba-tiba ....

Tok Tok Tok! Suara ketukan pintu yang cukup keras membuat ciuman paksa itu terhenti.

“Damar, buka pintunya. Baby kamu apakan sampai berteriak begitu?” desak Bunda Yasmin dari balik pintu.

Mendengus kesal, Damar melotot tajam menatap makhluk lemah yang berada dalam kungkungannya. Ia berdiri dengan tidak relanya, kemudian beranjak menuju pintu. Sementara Baby membenarkan jubah mandi dan meringkuk di sudut ruangan.

“Damar ada apa ini?” bentak Bunda Yasmin sesaat setelah pintu terbuka. Pandangannya menyapu seisi kamar. Cukup berantakan layaknya telah terjadi gempa berkekuatan 9,9 SR.

“Anu, Bun ... Si Bambang teriak-teriak.”

“Namanya Baby, Damar!” seru Bunda Yasmin. “Kamu ini nggak ada lembut-lembutnya sama istrimu. Kamu apakan Baby sampai teriak-teriak begitu?”

Damar tidak menjawab. Hal itu membuat Bunda Yasmin menarik napas panjang seraya melirik Baby yang sedang bersandar di sudut dinding. “Kamu ini manusia, Damar, bukan kucing yang kalau mau 'itu' ribut dulu.”

"Kok malah disamain sama kucing Bun?"

"Karena kelakuan kamu kayak kucing garong." Ia bersungut-sungut memarahi Damar, lalu berjalan mendekat dan memeluk menantunya

“Ya Allah, sampai gemetaran begini. Kamu benar-benar keterlaluan, Mar!”

“Tapi aku belum apa-apain, Bun.”

“Kalau kamu apa-apain bisa pingsan dia!” seru Bunda Yasmin membungkam Damar. Ia membantu Baby berdiri dan mengusap keringat yang bercucuran di kening.

“Takut Bunda, Mas Damar jahat,” ucap Baby terbata-bata menahan rasa takut.

“Sudah, Nak ... Jangan nangis lagi. Tidurnya di kamar bunda saja ya.”

Baby mengangguk.

“Tapi, Bunda—” Damar mencoba untuk protes, namun membungkam begitu mendapat pelototan mata.

“Kamu kalau mau anu seharusnya bisa bujuk pelan-pelan, rayu yang baik. Bukan membuat istri kamu ketakutan seperti ini,” ujarnya. “Malam ini Baby tidur sama bunda.”

🌼🌼🌼

Ini adalah kisah antara Baby dan Damar. Dua orang dengan karakter bertolak belakang yang disatukan dalam sebuah perjodohan.

Damar memiliki karakter tegas cenderung galak, sedangkan Baby seorang gadis pecicilan.

Kisahnya dimulai dari pertemuan tak disengaja berikut ini .....

🌼

🌼

🌼

🌼

Ratusan mahasiswa di salah satu universitas ternama di ibu kota sedang terlibat aksi demo yang berakhir ricuh. Para mahasiswa yang terlibat aksi demo mempersenjatai diri dengan batu dan balok kayu. Bahkan beberapa di antaranya membawa senjata tajam. Mereka melempar batu ke arah polisi sehingga ada beberapa di antaranya yang terluka.

Tak lama berselang Damar, seorang pria yang bekerja sebagai seorang jurnalis dari sebuah stasiun TV ternama tiba di tempat kejadian. Sambil berlari kecil, laki-laki itu merekam aksi para mahasiswa dengan kamera. Dalam hati berdecak heran dengan tindakan brutal beberapa pelajar yang tampak tidak begitu peduli dengan keselamatannya sendiri. Bahkan beberapa diantaranya adalah mahasiswi.

BRUK!

Seorang gadis yang terbilang masih remaja baru saja menabrak tubuh Damar hingga kameranya terjatuh. Sontak mata elang Damar menatap tajam gadis itu.

"Ma-af, Om. Nggak sengaja menabrak Om."

“Enak saja panggil om, saya tidak pernah nikah sama tante kamu!” bentak Damar membuat gadis itu terlonjak.

"Galak amat, Om. Kan sudah minta maaf."

Damar tertawa sinis, lalu meraih kameranya. Ia memeriksa dan memastikan kamera tidak rusak. "Wah rusak. Gara-gara kamu nih LCD kamera saya rusak. Saya pastikan video kamu akan masuk berita utama besok."

Ucapan Damar membuat gadis itu terbelalak. Ia baru tersadar pria di depannya adalah seorang jurnalis, setelah melihat name tag yang menggantung di depan dadanya.

"Om wartawan?" tanyanya bernada takut.

"Kenapa memangnya?" sahut Damar ketus.

Tidak ingin aksi brutalnya tersebar, gadis itu hendak merebut kamera milik Damar. Sehingga Damar segera mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"Om, please! Hapus videonya, Om ..."

Damar hanya berdecih. Tidak mengindahkan gadis yang terus memohon kepadanya.

“Cepat lari, Beb … Itu ada polisi!” teriak seorang mahasiswi sambil menarik lengan temannya.

“Iya, sebentar,” jawab gadis itu, lalu menatap Damar dengan memelas. “Om, please, videonya dihapus ya. Jangan dimasukin ke TV.”

“Saya ini wartawan. Sudah tugas saya mencari berita. Saya bisa pastikan, besok wajah kamu akan muncul di TV,” ancam Damar dengan serius.

Kesal dan merasa tak terima, gadis berpenampilan tomboi itu melayangkan tinjunya ke wajah Damar. Damar yang belum siap dengan serangan itu pun terpaksa harus merasakan sakitnya terkena bogem mentah gadis itu.

“Syukurin!” seru gadis itu, lalu mengambil langkah seribu meninggalkan Damar yang masih mengusap wajahnya yang terasa kebas. Bahkan gadis itu tidak sadar bahwa ponselnya terjatuh.

“Ayo cepat lari, Beb.”

“Sebentar!” Ia mengusap saku celana jeans yang digunakannya dan baru tersadar bahwa ponselnya tidak ada. “Hape aku jatuh, aku mau ambil dulu.” Gadis yang terbilang masih remaja itu hendak kembali untuk mengambil ponselnya yang terjatuh, namun dicegah oleh temannya.

“Sudah gila ya? Tidak usah diambil, kalau kita tertangkap polisi, tamat riwayat kita.” Ia menarik lengan temannya, sehingga langkahnya terlihat menyeret.

“Tapi hape aku—”

“Sudah, cepat lari!”

Damar terus memperhatikan dua mahasiswi itu hingga tidak terlihat lagi, kemudian melirik sebuah ponsel yang tergeletak di antara rerumputan. Perlahan langkahnya terayun menuju benda pipih berwarna rose gold itu.

“Dasar mahasiswi barbar,” gerutu Damar sambil membolak-balikkan benda itu di tangannya. “Mau jadi apa generasi muda negeri ini kalau kelakuannya seperti mereka. Harus diservice ini kamera."

🌼🌼🌼🌼

Duduk di kursi kebesarannya, Damar kembali membuka video rekaman demo mahasiswa yang tadi sempat direkamnya. Ia akan mengedit terlebih dahulu sebelum menyerahkan ke redaksi.

Perhatiannya kemudian teralihkan pada sebuah ponsel yang tadi ia temukan di atas rerumputan. Milik seorang mahasiswi yang baginya memiliki kelakuan di atas nalar manusia normal.

"Baby Aurora ..." gumam Damar sambil membaca nama yang tertera di ponsel. "Namanya tidak sesuai dengan kelakuannya. Ibunya pasti salah memberi nama."

Dddrttttt

Ponsel bergetar tanda panggilan masuk. Damar sengaja tidak mematikan ponsel tersebut, sebab mungkin saja pemiliknya akan menghubunginya.

"Halo ..." ucap Damar sesaat setelah panggilan itu terhubung.

"Om, kembalikan hapeku ..." Suara seorang gadis di seberang sana terdengar memelas.

"Nama kamu Baby Aurora, kan?"

****

Terpopuler

Comments

Bunda windi❤ 💚

Bunda windi❤ 💚

aku mampir disini juga kk othor kesayangan kuuhh 🥰🥰

2024-02-28

1

Bebby_Q'noy

Bebby_Q'noy

apakah panggilan sayang? 🤭🤣

2024-02-16

0

Lisa Halik

Lisa Halik

sudah masuk galeri thor

2024-02-14

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 85 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!