NovelToon NovelToon
Pesona Sang Duda

Pesona Sang Duda

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Fantasi / Tamat
Popularitas:30.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Clarissa icha

Warning.!! Area khusus dewasa.!
Bukan tempat untuk mencari nilai kehidupan positif. Novel ini di buat hanya untuk hiburan semata.
Tidak suka = SKIP


Pesona Al Vano Mahesa mampu membuat banyak wanita tergila - gila padanya. Duda beranak 1 yang baru berusia 30 tahun itu selalu menjadi pusat perhatian di perusahaan miliknya. Banyak karyawan yang berlomba lomba untuk mendapatkan hati anak Vano, dengan tujuan menarik perhatian Vano agar bisa di jadikan ibu sambung untuk anak semata wayangnya.
Sayangnya rasa cinta Vano yang begitu besar pada mendiang istrinya, membuat Vano menutup hati dan tidak lagi tertarik untuk mencintai wanita lain.
anak.?
Namun,,,, kejadian malam itu yang membuatnya tidur dengan sorang wanita, tanpa sengaja mampu membuat anak semata wayangnya begitu menyukai wanita itu, bahkan meminta Vano untuk menjadikan wanita itu sebagai ibunya.
Lalu apa yang akan Vano lakukan.?
Bertahan pada perasaannya, atau mengabulkan permintaan sang anak.?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Kedua orang tua Celina kembali ke ruang keluarga setelah memberikan waktu pada Celina dan Dion untuk bicara. Tentu saja mereka berharap Celina mau menerima perjodohan itu. Bahkan sudah dari 3 tahun yang lalu Tuan Adiguna membicarakan perjodohan ini pada Dion. Namun Dion meminta agar mereka menunda untuk memberitahukannya pada Celina yang saat itu bahkan masih berusia 15 tahun. Dion hanya tidak mau Celina merasa terbebani di usia semuda itu karna harus membahas tentang perjodohan. Dia ingin Celina bisa menikmati masa remajanya tanpa memikirkan hal yang belum seharusnya dia pikirkan.

"Jadi bagaimana keputusannya.?" Tuan Adiguna mengulas senyum penuh harap. Dia ingin Celina jatuh ke tangan orang yang tepat. Dan dia merasa hanya Dion laki - laki yang pantas untuk menjaga putri semata wayang mereka. Mereka juga percaya dengan kemapuan Dion yang diharapkan bisa menggantikan posisi Tuan Adiguna sebagai CEO perusahaan.

Kejujuran Dion dan dedikasinya yang tinggi pada perusahaan pada akhirnya membuat Tuan Adiguna berfikir untuk menjadikan Dion sebagai menantunya. Hanya Dion satu - satunya orang terdekat yang bisa dia percaya untuk mengelola perusahaan dan menjaga putrinya.

"Aku setuju, tapi kita butuh waktu untuk saling mengenal. Selebihnya biar aku dan kak Dion yang akan menentukan sendiri hubungan kami."

"Aku harap Mama dan Papa tidak memaksakan kehendak karna kami yang akan menjalaninya."

Celina menatap yakin pada kedua orang tuanya. Dia sudah memikirkan baik - baik perjodohan itu, ditambah lagi perkataan Dion yang membuat Celina akhirnya bersedia untuk menerima perjodohan namun dengan melewati proses pendekatan lebih dulu.

Dion menyadarkan Celina bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Dion bahkan tidak pernah menilai orang lain dari masa lalunya. Hal itu membuat Celina mengerti kenapa kedua orang tuanya memilih Dion sebagai calon suaminya. Dion laki - laki baik yang begitu menjaga perasaan wanita, sedikitpun tidak memandang buruk Celina meski tau seperti apa masa lalunya.

"Benarkah.?" Tuan Adiguna terlihat bahagia dengan keputusan Celina yang mau menerima perjodohan.

"Papa senang mendengarnya. Papa harap kalian bisa memulainya dengan baik."

"Kamu tau sayang, Papa tidak akan sembarangan memilih calon suami untuk kamu. Setelah mengenal Dion lebih dekat, Papa yakin kamu akan kagum padanya." Sang Papa terlihat bangga menjelaskan pada Celina bahwa Dion adalah laki - laki baik yang tepat untuknya.

"Anda terlalu berlebihan Tuan,," Dion menyangkal sopan. Entah sudah berapa kali bos nya itu memuji dirinya.

"Celina harus tau itu, Dion." Tuan Adiguna mengulum senyum. Sepertinya menjadikan Dion sebagai menantunya adalah harapan besar untuknya.

"Lalu apa rencana kalian.?" Tanya Mama Lusy pada Celina dan Dion.

"Apa kalian akan berdiam diri disini.? Lalu bagaimana kalian bisa saling mengenal.?"

Mendapat pertanyaan seperti itu, Celina dan Dion saling pandang. Mereka tau kemana arah pembicaraan Mama Lusy.

"Kalian tidak berencana untuk jalan atau pergi nonton.?" Ujarnya lagi.

"Ah,, Mama benar. Sebaiknya kalian harus lebih sering menghabiskan waktu bersama." Tuan Adiguna menimpali. Dia sangat mendukung usul dari sang istri.

"Lain waktu saja, mungkin Celina ingin istirahat,,," Dion terpaksa menolak karna Celina hanya diam saja.

"Siapa yang mau istirahat.? Bukannya kak Dion tau kalau aku baru bangun jam 1 tadi."

"Lagipula aku juga bosan di rumah,," Celina langsung beranjak dari duduknya.

"Kita pergi dulu Pah, Mah,," Celina melenggang pergi. Dion menatap heran, begitu juga dengan kedua orang tua Celina. Keduanya kompak menggelengkan kepala.

"Maafkan Celina, Dion. Dia memang seperti itu,," Mama Lusy merasa tidak enak pada Dion atas sikap Celina.

"Tidak masalah, saya mengerti." Dion mengulas senyum tulus. Dia juga beranjak dan pamit sopan pada mereka, kemudian menyusul Celina.

"Mau kemana.?" Dion melirik Celina yang sudah stanby di dalam mobil sejak tadi. Sedangkan Dion baru saja masuk kedalam mobil.

"Terserah kak Dion saja, asal jangan ke pantai. Panas,," Celina mengulum senyum tipis. Mungkin ini akan menjadi awal yang baik untuk memulai hidup dengan laki - laki yang bisa menghargai dirinya. Yang membuatnya merasa berharga, bukan membuatnya semakin terpuruk dalam penyesalan masa lalu.

"Jangan menjawab terserah kalau diajak pergi sama laki - laki, mereka akan berfikir ke hal yang lain jika seperti itu."

"Setidaknya kamu yang harus menentukan tujuan."

Bukannya langsung di ajak pergi, Dion justru menasehati Celina.

Seharusnya Celina tidak mengatakan terserah jika di ajak pergi dengan laki - laki. Mereka pasti akan memiliki pikiran picik untuk mengajaknya ke suatu tempat yang memungkinkan berbuat hal - hal negatif. Karna tidak semua laki - laki bisa berfikir positif jika sedang berduaan dengan lawan jenis. Apa lagi kalau lawan jenisnya seorang Celina yang terlihat pasrah dan menurut.

Celina mengulas senyum tipis. Dia merasa tertampar dengan nasehat Dion. Dulu dia selalu menjawab hal yang sama setiap kali di ajak pergi oleh laki - laki sampai akhirnya harus kehilangan kesuciannya.

"Bagaimana kalau nonton.?" Seru Celina. Dia mencoba bersikap biasa meski sebenarnya sedang menyesali tindakannya dulu.

"Tapi aku rasa laki - laki seperti kak Dion tidak suka pergi ke bioskop." Celina menatap intens. Melihat gaya Dion yang kaku dan selalu serius, rasanya tidak ada tempat yang sesuai untuknya kecuali di kantor.

"Sepertiku.? Memangnya aku seperti apa.?" Dion kembalikan ucapan Celina. Kini giliran Celina yang di tatapan intens oleh Dion.

Celina tertawa geli. Wajah Dion semakin serius saja saat sedang menatapnya.

"Ya ampun, aku merasa sedang menghadiri rapat di kantor." Ujarnya sambil menahan tawa.

"Kak Dion sesekali perlu berkumpul sama orang yang lebih muda, jangan berkumpul sama kakek - kakek terus,," Celina meledek, dia kembali tertawa namun Dion hanya diam saja tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Celina.

Celina merogoh cermin dari tasnya, kemudian mengarahkan cermin itu ke wajah Dion.

"Kak Dion harus liat ini, kenapa bisa seserius ini ekspresinya." Celina tertawa lepas. Dia terlihat puas meledek Dion.

"Tertawa saja sepuasmu." Dion mengusap wajah Celina dengan sedikit mendorongnya agar menjauh. Karna wajah Celina terlalu dekat dengannya.

"Kita pergi sekarang,," Dion langsung melajukan mobilnya, wajahnya masih saja serius. Terlebih saat ini sedang fokus pada jalanan. Celina masih saja menahan tawa karna sikap kaku Dion. tidak tau apa jadinya kalau dia dan Dion menikah.

...*****...

"Kamu mau pesan apa.?" Vano menyodorkan buku menu pada Intan. Hanya intan yang belum memesan makanan. Naura sudah memesan beberapa dessert termasuk es krim kesukaannya. Sedangkan Vano hanya memesan minuman karna sudah makan siang di kantor.

"Lemon tea saja." Suara Intan terdengar lirih. Di tatap Vano membuat Intan tidak berani mengangkat wajahnya. Pesona Vano terlalu menyilaukan, mampu membuat jantung berdetak kencang.

"Kamu perlu tenaga untuk menemani Naura bermain, jadi sebaiknya pesan makanan juga." Vano memberi saran. Intan langsung mengangguk patuh dan memilih 1 menu untuk nya.

Vano menyerahkan buku menu pada pelayan setelah menyebutkan pesanannya.

"Tidak usah berhenti kerja kalau kamu ingin melanjutkan kuliah. Tetap tinggal di rumah untuk menemani Naura." Ujar Vano tegas. Intan langsung mengangkat wajah untuk menatapnya.

"Kamu tau sendiri, Naura sulit untuk dekat dengan orang baru. Saya akan kewalahan kalau harus mencari pengganti kamu."

"Lagipula kampus itu dekat dengan rumah bukan.?"

Intan mengangguk pelan.

"Tapi saya akan menyita banyak waktu untuk kuliah, pasti tidak bisa menjaga Naura 24 jam." Intan tidak yakin dengan usulan Vano.

"Tidak masalah, banyak pekerja di rumah yang bisa bergantian menjaga Naura."

"Jadi tetap tinggal di rumah, aku tidak menerima penolakan."

Intan hanya pasrah saja dengan permintaan Vano. Lagipula, dia juga kesulitan untuk menolak permintaannya.

1
Gintania nia
menarik sampai bab terakhir
Dee
Dion sama Intan saja
say't
nct tp cewekx trliat tua y
say't
intan ni malu2 tp mau..sok alim tp hati melebihi sifat satan
Jenike Amaliyah
sae ron /Cry/
Jenike Amaliyah
Buruk
strawberry 🍓
si vano nih sinting yaaa
menginginkan yang lebih baik tapi sendirinya buruk . ngaca wooy 🙄
lagian celina kan kelakuannya doang yg buruk . hatinya mah melooooow 😂
Wina
Aku baca 2025 pemeran ceweknya sdh meninggal
Fitriyanti Siregar
Luar biasa
Maya Cintaku
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Anugrah Senjakala
Luar biasa
irma rofiah
padahal gra" celine sendiri yg milih jadi ani", Marvin dah bener itu tobat
Kiki Nurjanah
Luar biasa
irma rofiah
apanya yang terlalu panas? masih polos nggak paham 😁
Akmal Ariza Lubis
Kecewa
Akmal Ariza Lubis
Buruk
crmell
bagusss bangetttt 😍😍
Fida
Luar biasa
zeus
Dion VS intan(bersih)
Vano VS celine(rusak)
Debby
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!