NovelToon NovelToon
Aku Sudah Memaafkan

Aku Sudah Memaafkan

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / cintamanis / Hamil di luar nikah / Kehidupan di Sekolah/Kampus / trauma masa lalu
Popularitas:1.3M
Nilai: 5
Nama Author: yu aotian

"Aku emang cinta sama kamu. Tapi, maaf ... kamu enggak ada di rencana masa depanku."


Tanganku gemetar memegang alat tes kehamilan yang bergaris dua. Tak bisa kupercaya! Setelah tiga bulan hubunganku dengannya berakhir menyakitkan dengan goresan luka yang ia tinggalkan, aku malah mengandung darah dagingnya.

Saat itu juga, aku merasakan duniaku berotasi tidak normal. Aku terisak di sudut ruangan yang temaram. Menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi. Namun, satu yang aku yakini, hidup itu ... bukan pelarian, melainkan harus dihadapi.


Adaptasi dari cerpen Aku Sudah Memaafkan, ©2022, Yu Aotian

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu aotian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 : Untuk Dikenang

Kak Evan membuka sabuk pengamannya lalu turun dari mobil diikuti aku dan juga Arai. Ternyata benar, ada kecelakaan tunggal pengendara sepeda motor yang tak sengaja menabrak truk yang terparkir. Korban yang terkapar di tengah aspal itu, dalam kerumuman warga. Beberapa dari mereka hendak bersiap mengangkatnya.

"Jangan diangkat!" teriak kak Evan sambil menghampiri korban.

Semua warga yang berkumpul lantas menoleh ke arah kami.

"Selagi masih hidup, korban kecelakaan enggak boleh sembarang diangkat atau dipindahkan, karena bisa semakin membahayakan korban kalo ternyata dia mengalami cedera kepala dan tulang belakang," kata Evan.

"Terus kita harus gimana?" tanya warga dengan wajah yang tampak tak setuju.

"Telepon ambulans terdekat, sekarang!"

"Kalo nunggu ambulans sekarang lama dong! Entar jadi macet jalannya!" protes beberapa warga

"Nyawa orang lebih penting!" tukas kak Evan dengan suara tinggi.

Aku yang selalu berhadapan dengan sisi lembutnya, lantas ikut tersentak.

"Kalo kita salah penanganan sama dengan kita memperparah keadaannya. Salah menggeser tubuh korban, bisa menyebabkan lukanya bertambah parah atau mungkin lebih fatal," ucapnya.

"Siapa yang mau menghubungi ambulans?" tanya mereka.

Di saat para warga saling berharap, aku langsung mengambil ponselku dan berusaha melakukan panggilan call center gawat darurat. Kak Evan dan Arai berjongkok di hadapan korban. Menyingsingkan lengan bajunya yang panjang, kak Evan lantas memeriksa denyut nadi korban dan jalur pernapasannya. Dia juga turut menepuk-nepuk ringan bahu korban untuk mengecek respon korban.

"Pak! Pak! Dengar saya?"

"Arai, hitung frekuensi napas dan nadinya selama satu menit," ucap kak Evan sambil mengecek seluruh anggota tubuh korban. Darah kental yang mulai mengalir ke aspal, tak sengaja mengenai tangan kak Evan.

"Arai, bantu aku tekan bagian lukanya jangan sampai dia kehabisan darah," perintah kak Evan.

"Tunggu, ada serpihan kaca yang menusuk lengannya!" ucap Arai sambil mencoba mengambil potongan kaca yang berukuran sedang.

"Jangan cabut sembarang!" larang kak Evan, dia lalu menoleh ke arahku. "Ita, tolong ambilin slayer aku di mobil!"

Aku langsung bergegas lari ke mobil untuk mengambil slayer yang dimaksud. Begitu balik, aku melihat kak Evan tengah melakukan kompresi dada, sementara Arai masih terus menekan luka untuk mencegah semakin banyak perdarahan. Aku lantas menyerahkan slayer tersebut.

"Arai, ikat bagian atas lukanya!" perintah kak Evan sambil terus memijat dada korban.

Wajah kak Evan tampak putus asa, karena korban masih tak kunjung sadar. Bintik-bintik peluh pun mulai keluar dahi pori-pori dahinya. Sementara aku hanya bisa berdiri diam dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Darahnya masih keluar!" teriak Arai.

"Perbaiki posisi slayer, jangan biarkan ada celah darah yang keluar!" ucap kak Evan sambil terus memompa.

Korban sadar secara bertahap diikuti suara ambulans mulai terdengar mendekat. Kak Evan terduduk lemah sejenak di samping korban. Begitu petugas ambulans keluar, kami segera menepi dan membiarkan petugas ambulans mengambil alih.

Kak Evan terduduk di trotoar dengan tangan yang masih berlumuran darah diikuti Arai yang juga berdiri di sampingnya. Aku berinisiatif membeli minuman dan tisu untuk mereka di warung terdekat. Setelah membelinya, aku kembali menghampiri mereka berdua yang tengah memantau petugas ambulans.

Aku mendekat kak Evan sambil mengelap tangannya yang berlumuran darah.

"Pemerintah seharusnya mengedukasi masyarakat dalam penanganan kecelakaan lalu lintas guna menghindari kecacatan dan kematian. Jika masyarakat tahu cara melakukan pertolongan pertama, mungkin akan banyak nyawa yang tertolong," ucapnya pelan.

"Kak Evan baik-baik aja?" tanyaku sambil menatap wajahnya yang masih terpaku pada mobil ambulans yang semakin menjauh.

"Apa ada yang salah dengan ekspresiku?" tanyanya pelan.

"Kak Evan terlihat cemas," ucapku pelan.

"Berarti aku harus lebih banyak belajar."

Aku mengernyit tak paham.

"Ketika menjadi dokter, kita harus tetap terlihat baik-baik saja meski dihadapkan dengan pasien yang sekarat. Ekspresi kita, akan memengaruhi mental keluarga pasien," tuturnya dengan napas yang tersengal-sengal.

Aku hanya bergeming memandang wajahnya. Kak Evan memang sangat cocok menjadi dokter. Bisa terlihat dari cara dia menangani korban tadi dengan tenang dan cekatan. Dia juga memiliki empati besar pada korban dengan masih mencemaskan keselamatannya.

Aku lantas beralih ke arah Arai yang juga berada di sampingku.

"Arai, ini tisu buat bersihin darah di tanganmu!"

"Makasih!" Arai langsung mengambil tisu tersebut sambil mengembuskan napas. "Hah ... ini jadi pengalaman pertamaku turun langsung di lapangan."

"Aku malah enggak ngelakuin apa-apa dan cuma bisa lihat kalian," ucapku menunduk.

"Kau kan sudah diwakili pacarmu!" Ucapan dengan nada menghibur keluar dari mulut Arai.

Aku memandangnya. "Ada percikan darah di mukamu." Aku menunjuk bagian yang kumaksud.

"Mana?" Arai mengelap wajahnya dengan tangannya sendiri, tetapi tak menyentuh di titik yang tepat.

"Sini, biar kubantu!"

Aku mengambil tisu dan membantu Arai membersihkan wajahnya yang terdapat noda darah. Di saat yang sama, aku merasakan sebelah tanganku terisi jari-jemari kak Evan. Aku menoleh ke arahnya dengan sebelah tangan yang masih menyentuh wajah Arai. Dia masih bergeming dengan pandangan kosong ke depan.

Kami akhirnya kembali melanjutkan perjalanan. Setelah melewati insiden kecelakaan, macet di beberapa titik, dan menyeberang lewat kapal, akhirnya kami tiba di sebuah resort yang menjadi tujuan kami. Terdapat rumah-rumah panggung yang masih memakai ornamen kayu juga pemandangan pantai pasir putih yang sangat memanjakan mata.

Aku langsung berlari riang karena terpukau dengan pemandangan alami yang menyejukkan mata. Karena tempat itu sangat berangin, membuat dressku beberapa kali tersingkap ke atas. Aku pun sibuk menahan bawahan dress untuk menghindari terpaan angin.

Tiba-tiba, kak Evan muncul tepat di belakang dan melingkarkan tangannya di pinggangku. Ternyata dia melilitkan jaketnya tepat di bawah pinggangku hingga terjulur ke paha.

"Pakai jaketku biar dress kamu gak terbang-terbang!" Usai melilitkan jaketnya, lelaki itu melenggang mendahuluiku.

Aku memandang ke depan sembari menggunakan punggung tanganku untuk menghalau cahaya matahari. Di saat yang sama tiba-tiba sebuah kardus kosong segi empat masuk tepat ke kepalaku hingga aku tak bisa melihat apa pun.

"Pakai ini biar kamu ndak kepanasan!" Suara Arai terdengar beriringan dipasangnya kardus yang entah dari mana diambilnya.

Aku lantas membuka kardus bekas yang yang sempat menutupi kepalaku bak helm. "Dasar Arai!" ketusku kesal.

Arai memotret aku dan kak Evan di beberapa spot tempat yang indah. Kami bertiga juga mengabadikan foto bersama di mana berdiri di antara dua lelaki ini.

"Di sini ada tempat memancing yang bagus. Mau ke sana?" tanya kak Evan padaku.

"Mau! Mau!" sahut Arai cepat. Padahal akulah yang ditanya.

Mereka berdua malah berjalan lebih dulu meninggalkanku ke tempat yang dimaksud. Menjengkelkan!

Kami menaiki kapal mancing yang disewa kak Evan bersama seorang pemandu yang akan memilih lokasi strategis. Aku duduk di ujung kapal, sambil menyaksikan keseruan dua orang itu yang sedang bertanding untuk siapa lebih dulu mendapatkan ikan. Ternyata, kak Evan lebih dulu mendapatkan ikan kakap berukuran sedang.

"Udah, mundur aja Lo kalah dari gua!" Kak Evan meledek Arai yang belum mendapatkan ikan.

"Arai Al-Ghifari tak pernah mengenal kata mundur! Kapan aku harus mundur, bukan karena aku menyerah tapi karena aku lagi ngepel lantai!" cetusnya sambil menggulung tali pancingan.

Ternyata Arai mendapat ikan yang lebih besar. Kami pun menyantap hasil pancingan kami yang telah dimasak dengan berbagai menu tambahan dari rumah makan yang kami kunjungi.

"Gurita, adikmu datang!" Arai menunjukkan sepiring cumi bakar berukuran jumbo padaku.

Aku mendengkus, sebaliknya kak Evan malah tertawa. Pelayan memberikan sepiring ikan kakap besar yang telah di bakar padaku. Baru saja hendak mencicipinya, Arai langsung menarik piring itu dariku.

"Biar kukeluarkan tulang-tulangnya lebih dulu!" pintanya.

Aku memerhatikan cara Arai membelah ikan. "Kamu kayak mau bedah ikan aja!"

"Ya, aku kan pengen jadi dokter ahli bedah!"

"Beneran?" Aku melebarkan mata.

"Ya, makanya aku berencana mau ngambil beasiswa spesialis lagi habis ini. Kamu sendiri mau jadi dokter apa?" tanya Arai padaku.

"Aku ... aku pengen jadi dokter anak," jawabku sambil tersenyum lebar.

"Dokter anak? Itu cocok buat kau, soalnya kau memang masih kelihatan kayak anak-anak!" celetuk Arai sambil terkekeh.

Aku mencebikkan bibir, lalu menoleh ke arah kak Evan. "Kalo kak Evan pengen jadi dokter apa?"

"Aku?" Kak Evan tampak tersentak saat aku bertanya. "Aku belum ngerencanain apa pun. Bakal aku lihat pas koas nanti, mana yang cocok buat aku," jawabnya sambil tersenyum.

Liburan kali ini sungguh menyenangkan. Pengalaman berharga menyelamatkan nyawa seseorang, mengunjungi wisata bahari, serta mengabadikan foto bersama dengan pacar dan juga sahabat. Kupastikan semua kenangan ini tak akan terkikis di memoriku.

Tak terasa, peralihan tahun akan segera terjadi dalam hitungan detik. Aku berdiri diam sembari menanti kembang api yang sebentar lagi mengudara. Kak Evan datang dari arah belakang, menyandarkan kepalaku di dadanya seraya melingkarkan tangannya di badanku. Kami bersama-sama menengadah ke atas langit, menyaksikan bagaimana bunga api dengan kilatan warna-warni itu mulai menunjukkan pesonanya di udara. Di saat itu juga, aku berdoa agar hubungan kami selalu terjaga. Semoga saja.

.

.

.

catatan author

Gays, ingat tragedi festival halowen di Itaewon gak? Tragedi ini hampir beriringan dengan tragedi Kanjuruhan, CMIIW ya...

Apa yang paling disorot masyarakat dunia dari tragedi itu? Yaitu warga biasa di sana semua turun langsung untuk melakukan CPR pada korban. Bahkan ada seorang perempuan biasa yg ngasih cpr ke 10 korban. Itu hebatnya di Korea selatan, masyarakat sipil pun terlatih untuk melakukan pertolongan pertama henti jantung. Jadi gak cuma berharap pada petugas medis. Oh, iya, tindakan CPR itu sulit ya, karena kalo salah penanganan atau salah posisi bisa bikin rusuk patah.

Ini alurnya memasuki 20 bab ke atas udah mulai nanjak, ya. Beberapa chapter ini emang manis-manis dulu. So, siapkan diri kalian! Jangan lupa like dan komeng

1
bunga cinta
aku setia di sini
Nany Setyarsi
arai,
AQ padamu 🤩😅
Nismawati
Luar biasa
Nany Setyarsi
apa arai juga cinta Ita dr awal
Nany Setyarsi
arai tuh tahu apa yg terjadi sebenarnya
Nany Setyarsi
jangan kebablasan ita
Nany Setyarsi
blom ketebak bakalan gmn ita
Nany Setyarsi
sambil menyelam minum air Evan 🤩
Nany Setyarsi
kalo LG kasmaran sudah pasti hilang kewarasan Ita 😅
Nany Setyarsi
wah ada apa dg arai dan evan
Nany Setyarsi
arai tuh asyik loh Ita,alah jadi penasaran sama arai
Nany Setyarsi
kalo a LBH baik pilih arai aja
Nany Setyarsi
semangat lah bacanya 🤩
ita wijayanti
aku kok merasa, mereka sudar cerai. sempat terlintas dokumen penting yg di simpan evan.. apakah dakumen perceraian?
Nany Setyarsi
AQ suka Thor 🤩
Nany Setyarsi
meleleh Adek bang 🤩😂
Rizkha Nelvida
seperti keluarga Cemara😁
Rizkha Nelvida
tumben jawaban Nadin waras😂
Nany Setyarsi
AQ ikuti karyamu terus Thor.
aotian yu adalah penulis favorit ku di NT,dan GK pernah bikin kecewa karyamu.
semangat ya Thor 🤩😍
AnisaFitry🌺
kessel juga punya ibu kyk gitu.jngan2 ita bkn anaknya lgi.😠
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!