Mohon dukungan 😁😁
Like,komen dan vote ya cinta 👌👌👌
Aku Mawar Paramitha tidak percaya dengan ada nya Tuhan,Lalu mengapa aku diminta untuk percaya pada CINTA???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma mossely, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24.Sesuai kesepakatan
Aroma segar dari daun Teh yang baru di seduh memenuhi ruangan pribadi yang di tempati oleh Arthur dan Mawar.
Setelah drama singkat mengenai perkenalan pertama Arthur dan Nenek Mawar,kedua nya sepakat untuk pergi minum teh.Lebih tepat nya Arthur memaksa karna kesal melihat Mawar yang acuh terhadap dirinya.
Saat ini pun rasa kesal itu belum tuntas akibat Boy yang masih mengikuti mereka hingga ke 'Kedai Teh'.
"Tampak nya hubungan mu dengan tangan kanan Tuan Ganesa itu cukup dekat."
Arthur mengawali pembicaraan diantara mereka,setelah lima belas menit saling diam.
Hmm
Mawar hanya bergumam menanggapi pertanyaan dari Arthur.
"Kau bahkan tidak mengabari jika Nenek dan Paman mu dirawat di Rumah Sakit,tetapi kau mengabari tangan kanan Tuan Ganesa.Orang yang tidak mengetahuinya pasti akan berfikir jika kalian memiliki hubungan yang cukup dekat."
Entah karna kesal atau memang Arthur adalah tipe pria yang memiliki mood berubah-ubah.Tetapi saat ini nada bicara nya persis seperti seorang suami, yang cemburu ketika mendapati istri nya lebih memilih terbuka kepada pria lain dari pada dirinya selaku sang suami.
Kening Mawar berkerut tajam ketika mendengar perkataan Arthur yang terlalu memojokkan nya.
"Kau terlihat seperti suami yang sedang cemburu,Tuan Muda."
Tak.
Entah mengapa Arthur sangat tidak menyukai ketengangan Mawar.
"Cemburu?!!!" kata nya dengan nada tinggi. " Kau terlalu memandang tinggi diri mu,Nona!"
Lanjutnya lagi dengan tatapan yang dipenuhi rasa jijik terhadap Mawar.
"Aku hanya tidak ingin kau mempermalukan keluarga Wijaya,bagaimanapun semua orang di Ibu Kota Matahari mengetahui jika kau adalah istri ku,King Arthur."
Arthur sama sekali tidak menyembunyikan keangkuhan nya.
Ha ha ha
Mawar tertawa hambar melihat sifat angkuh yang tersemat kuat di dalam diri Arthur.
"Selain sombong dan penuh keangkuhan,ternyata Anda juga sangat pelupa ya."
Mawar menaikkan kedua kaki nya keatas meja teh,sementara tubuh nya bersender dengan riang ke kursi empuk.
Liar dan penuh dengan pemberontakan.
"Aku tidak perlu repot-repot untuk memberitahukan keadaan Nenek dan Paman ku kepada mu,karna kau bukan siapa-siapa pun bagi kami.Ada atau tidak ada nya pernikahan kontrak ini,hasilnya akan tetap sama."
"Jadi kau dapat yakin jika kami tidak akan pernah terkait apapun dengan mu.Bawa kekasih mu pulang maka kerja sama kita berakhir."
Jika Arthur berfikir bahwa Mawar adalah sasaran empuk,maka dia di takdirkan untuk kecewa.
Karna sejati nya Mawar adalah perwujudan Kesombongan dan Keangkuhan,di balut dengan sifat liarnya.
Atau mungkin dapat di sebut jika Arthur bertemu dengan lawan nya.
"Aku rasa tidak ada yang perlu kita bahas lagi, jadi aku akan pergi dulu.Tagihan atas nama mu,karna bagaimana pun kau adalah Tuan Muda yang banyak uang."
Tanpa menunggu jawaban dari Arthur, Mawar segera bergegas pergi.Namun sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu ,Mawar kembali menoleh kearah Arthur yang saat ini menatap nya dengan penuh kebencian.
Mata Elang nya seakan siap menembus jantung Mawar kapan saja.
Harga dirinya mungkin tersinggung.
Entahlah.
Namun satu hal yang pasti Mawar sama sekali tidak peduli.
"Tidak perlu ber ramah tamah terhadap Nenek dan Paman ku,karna mereka sangat jelas mengetahui tentang pernikahan kontrak ini."
Bam
Pintu tertutup memisahkan Arthur dengan dunia luar.
SIALAN
Pyarrr
Brakkk
Dalam sekejab satu set Teh beserta meja nya terhempas akibat tendangan Arthur.
"Anak liar ini terlalu meremeh kan ku.Dia berulang kali melanggar batas toleransi ku."
Nafas nya memburu karna marah.
Kelan yang ingin masuk untuk memberitahukan informasi penting kepada Tuan Muda nya juga ikut ketakutan mendengar suara amukan dari Arthur.
'Nona Mawar benar-benar berbakat untuk merusak mood Tuan Muda'
Batin nya.Dia mengeluarkan sapu tangan guna mengelap keringat nya sendiri.
Setelah berperang sejenak dengan hati nuraninya,akhirnya Kelan memberanikan diri untuk mengetuk pintu.
Tok tok tok
Kelan sudah bersiap ketika Tuan Muda nya akan mengamuk kepada nya.
"Masuk."
Kelan semakin mengecilkan leher nya ketika mendengar nada dingin dari Arthur.
Namun informasi yang ada di tangan nya juga sangat penting.Jika dia menunda semakin lama maka di takutkan akan semakin buruk nantinya.
Ceklek
Kelan memejamkan mata nya begitu melihat posisi meja dan kursi yang terbalik,ditambah lagi pecahan kaca dimana-mana.
"Ada apa?"
Arthur menatap Kelan dengan tajam.Kekesalan nya sama sekali belum reda.
"Tuan Muda, baru saja Tuan Adnan menghubungi saya,Tuan Adnan berkata jika kerangka bangunan Villa yang sudah mulai rampung ,kini runtuh tidak bersisa bahkan pondasi nya juga hancur lebur dalam semalaman."
"Mereka sudah mencari tau penyebabnya,namun mereka tidak mendapat kan nya.Tuan Adnan sangat berharap jika Anda dapat pergi kelokasi sekarang."
Dalam satu tarikan nafas,Kelan menyampaikan informasi yang baru saja di terima nya dari Adnan.
Dia menatap takut-takut ke wajah tampan Arthur yang tampak mengerikan saat ini.
"Berengsek."
Kelan menutup matanya ketika mendengar umpatan itu keluar dari mulut Arthur.
"Hal seperti itu saja tidak becus.Atau mungkin memang semua keturunan Paramitha sangat mengecewakan seperti ini."
'Kau lebih mengecewakan karna terlalu mudah di kecewakan oleh keturunan Paramitha'
Namun Kelan hanya memiliki keberanian untuk mengatakan itu dengan lantang di dalam hatinya.
"Siapkan mobil,Kita akan kesana sekarang."
Arthur keluar terlebih dahulu, meninggalkan Kelan yang masih sibuk dengan pikiran nya.
"KELAANNN" tidak mendengar adanya jawaban dari Kelan,membuat Arthur kembali gila.
Dia berteriak dengan kuat hanya untuk memanggil Kelan.
"Baik Tuan Muda."
Kelan menepuk pelan keningnya ketika sadar sudah lalai terhadap perintah Tuan Muda nya.
Kedua orang itu segera meluncur ke lokasi pembangungan Villa tersebut.
♧♧♧♧♧♧
Ketika Arthur dan Kelan sibuk meninjau kehancuran proyek pembangunan Villa.
Mawar disisi lain tampak tenang dan bahagia.Di belakang nya Boy senantiasa mengikutinya.
"Kembalilah kepada Tuan Muda mu,katakan kepada nya untuk membeli saham dari Paramitha secara Anonim,dengan harga yang sangat murah."
Mawar berkata kepada Boy yang masih mengikuti nya.
"Baik,Big Boss. Apa ada lagi yang harus saya kerjakan?"
Boy bertanya dengan sopan.
"Tidak ada,ini untuk mu." Mawar melemparkan sebotol obat kepada Boy.
"Cukup satu butir setiap dua hari sekali,selama satu bulan.Usahakan berlatih sebelum sarapan pagi.Sangat membantu meringankan nafas mu, imbalan atas kerja keras mu."
Mata Boy langsung berbinar ketika mendapatkan botol itu,apalagi ketika mendengar jika khasiat obat ini untuk meringankan nafas nya.
Tentu saja ini sangat berguna baginya.Apalagi sudah lama sejak dia mundur dari Arena,Boy sudah terlalu lama menantikan hal ini.
Dan hari ini,Sang Big Boss memberikan kesempatan itu kepada nya.
"Big Boss terimakasih."
Boy nyaris memeluk Mawar jika saja dia tidak melihat tatapan tajam Mawar.
He he he
Boy menggaruk belakang kepala nya dengan malu-malu.
"Saya sangat gembira Big Boss."
Katanya dengan canggung.Namun dalam hati dia sudah melonjak kegirangan.
"Aku harus memamerkan nya kepada Tuan Muda."
Mawar tidak ingin berlama-lama menghabiskan waktu dengan pria konyol ini.
Langkah nya ringan ketika dia meninggalkan Kedai Teh.
Dia memutuskan untuk pulang ke kediaman Wijaya.
Sudah satu malam tidak kembali,sejujurnya Mawar bisa saja tidak kembali.Namun pakaian miliknya masih ada di sana.Lagi pula kediaman Wijaya sempurna untuknya bersembunyi.
Dengan mengehentikan sebuah taxi,Mawar kembali ke kediaman Wijaya.
Karna tidak ada kemacatan yang berarti, Mawar sampai hanya dalam waktu dua puluh menit.
Setelah menyelesaikan pembayaran,dia segera melangkah masuk kedalam rumah mewah ini.
Mawar yang berjalan terlampau santai,tidak memperhatikan sosok wanita muda yang sudah mengamatinya sejak tadi.
Mawar sibuk bermain dengan ponselnya,dan akan naik ke lantai tiga ,dimana kamar Arthur berada ketika sebuah suara penuh kesinisan terdengar dari belakang nya.
"Bertingkah seolah-olah ini adalah rumah mu sendiri.Kau bahkan tidak menyapa yang lebih tua disini."
Meski tidak kuat,namun suara itu di penuhi dengan nada teguran.
Mawar menghentikan langkah nya dan membalikkan tubuhnya kearah sumber suara tadi.
Di sofa mahal yang empuk,Mawar melihat ada dua wanita cantik yang berbeda usia tengah menatapnya dengan penuh tatapan merendahkan.
"Jelek,hitam dan juga kampungan.Apa yang dilihat Kak Arthur dari wanita seperti mu?"
Kali ini wanita muda yang terlihat cantik dan manis itu, yang berbicara.
"Anda membicarakan Saya,Nona?"
Tanya Mawar sembari menunjuk ke arah wajah nya sendiri.
Melihat sikap Mawar yang sama sekali tidak merasa bersalah,wanita paruh baya yang masih tampak cantik itu mengerut tidak suka.
"Apa kau tidak melihat ku disini? Bukankah sebagai menantu di kelurga ini,kau harus menyapa senior seperti ku?"
Mawar yakin,bahkan jika dia berlaku sopan sekalipun akan tetap salah di mata keduanya.Karna sejatinya tujuan mereka adalah untuk mempersulit dirinya.
Mawar tidak berbicara sama sekali.Dia berdiri diam, dengan setengah bersender ke pegangan tangga.Kedua tangan nya bersedekap di dada.
"Inikah sikap yang seharusnya di bawa oleh seorang wanita yang menyandang status 'Nyonya Muda Wijaya' ?"
Tampak nya wanita paruh baya ini tidak tahan lagi menghadapi sikap Mawar,yang sama sekali tidak mencerminkan keanggunan wanita terhormat,seperti kebanyakan wanita kelas atas di Ibu Kota.
"Ibu, dia hanya anak liar yang kebetulan dilirik oleh Kak Arthur.Mana mungkin dia mengerti tatakrama yang Ibu maksud."
Wanita muda itu juga kembali bersuara.Dia melangkah mendekati Mawar dan menilai penampilan Mawar dengan sangat tidak sopan.
"Melihat dada mu yang besar dan bulat ini,kau pasti menghabiskan banyak uang kan? Tapi sayang nya ini saja tidak cukup untuk menggoda Kak Arthur."
Bukan saja tidak sopan,kata-kata yang keluar dari mulut manis nya sangat tidak menyenangkan untuk di dengar.