Suami terbangsat adalah suami yang berusaha menjadi pahlawan untuk perempuan lain namun menjadi penjahat untuk istrinya sendiri. Berusaha menjadi teman terbaik untuk perempuan lain, dan menjadi musuh untuk istrinya sendiri.
Selama dua tahun menikah, Amora Juliansany tidak pernah mendapatkan perhatian sedikitpun dari sang suami yang selalu bersikap dingin. Menjadi pengganti mempelai wanita yang merupakan adiknya sendiri, membuat hidup Amora berada dalam kekangan pernikahan.
Apalagi setelah adiknya yang telah ia gantikan sadar dari komanya. Kedekatan sang suami dan adiknya hari demi hari membuat Amora tersiksa. Mertuanya juga ingin agar Amora mengembalikan suaminya pada adiknya, dan menegaskan jika dia hanya seorang pengganti.
Setelah tekanan demi tekanan yang Amora alami, wanita itu mulai tak sanggup. Tubuhnya mulai sakit-sakitan karena tekanan batin yang bertubi-tubi. Amora menyerah dan memilih pergi meninggalkan kesakitan yang tiada akhir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya ingin melihatmu sebagai kenangan.
"Turun!" tidak mau repot-repot Megan memberi perintah pada Amora begitu mobil sampai di gerbang rumah mereka.
Sekali lagi hanya senyum simpul yang bisa Amora tampilkan. Tidak ingin membuat Megan kesal, wanita itu segera turun setelah Megan mengatakannya.
Megan sendiri tidak memperdulikannya, dia segera meminta sopir untuk kembali kekediaman orang tuanya. Megan akan mengantarkan kekasihnya pulang, karena ia tak akan tenang jika Sunny belum pulang.
"Kamu tidak menginap malam ini?" tanya Sunny heran.
Megan tertegun lama dengan pertanyaan Sunny, memang seharusnya mereka menghabiskan malam bersama karena dulu selalu seperti itu. Mereka menghabiskan waktu berduaan dengan saling bertukar cerita hingga kantuk datang, tapi malam itu Megan tiba-tiba lupa kalau biasanya mereka melakukan hal itu.
Tak ada jawaban karena laki-laki itu pun tak mengerti dengan perubahan sikapnya. Sunny berdecak. Tampak merajuk karena sikap Megan. Meskipun begitu Megan tak bisa pergi begitu saja. Dia menunggu hingga Sunny tertidur setelah mengobrol lama, sesekali bermesraan dan membopong perempuan itu ke kamar saat dilihatnya kekasihnya telah terlelap. Waktu hampir menunjukkan jam 02.00 dini hari saat dia keluar dari rumah mertuanya, menuju mobil dan melaju pulang kembali ke rumah.
Megan hampir naik ke lantai 2 menuju kamar utama, saat dia menemukan pelayan melintas. Laki-laki itu spontan bertanya dan menghentikan langkah pelayan yang belum tertidur pada jam sekian.
"Saya mau memastikan apa Nyonya sudah tidur atau belum Tuan."
"Dimana istriku sekarang?" pelayan itu menoleh ke kanan dan ke kiri, seingatnya tadi Amora menuju ruang keluarga di lantai satu.
"Tadi sepertinya Nyonya menyeduh teh dan ke ruang keluarga, Tuan." balas pelayan itu lagi.
Megan mengangguk mengerti, pelayan itu bertugas kembali ke paviliun belakang saat laki-laki itu melangkah menuju ruang keluarga. Megan menghela nafas panjang saat menemukan Amora sedang terduduk dan tampaknya tertidur saat duduk di sofa. Segelas teh berada di atas meja yang sepertinya belum tersentuh.
Lelaki itu berjongkok di hadapan Amora dan menatap lama wanita yang tampak begitu kelelahan, ia bangkit dan hampir meraup tubuh mungil istrinya saat tiba-tiba wanita itu terbangun.
"Eh, Megan sudah pulang?" ujarnya dengan suara parau. Sepasang mata wanita itu mengerjab beberapa kali sebelum ia buru-buru bangkit dari atas sofa. Amora tersenyum menyambut kedatangan Megan meskipun dia tampak kacau karena kelelahan dan kantuk berat.
"Kenapa tidur di sini?" Megan bertanya dengan suara tercekat.
Rasa bersalah tiba-tiba menguasai dirinya. Bahwa saat dia menghabiskan malam dan bermesraan dengan perempuan lain. Amora menunggunya sampai hampir pagi.
"Sudah kubilang jangan menunggu ku!"
Amora menunduk.
"Ayo tidur!" Amora mengangguk pelan.
"Iya." ujar wanita itu lemah, dengan mata yang dipaksakan untuk tak menutup.
Megan tertegun sebelum mencoba untuk membantu istrinya, berniat membopong perempuan itu ke kamar mereka karena Amora tampak hampir tak kuat untuk sekedar berjalan. Amora melangkah mundur saat melihat gelagat suaminya.
"Jangan Megan, takut kebiasaan. Aku masih bisa jalan sendiri."
Amora mulai berjalan keluar dari ruang keluarga, sedikit terhuyung di bawah tatapan Megan, pikiran lelaki itu tak menentu.
Megan merasa konyol dengan dirinya sendiri, dia hampir membopong perempuan yang satu ke perempuan yang lain pada satu malam yang sama dan dia merasa sebagai laki-laki yang tak tahu diri. Seharusnya dia tak perlu merasa demikian, karena pernikahannya dengan Amora hanya sebuah keterpaksaan. Tapi secuil hati Megan mulai merasa bersalah. Saat laki-laki itu naik ke kamar utama, Amora Sudah terlelap perempuan itu tertidur dalam hitungan detik karena begitu penat.
Megan berdiri di sana untuk beberapa saat, melihat wanita yang biasanya dipenuhi binar keceriaan tampak begitu letih hari ini dan hal itu mengganggu perasaannya.
"Sial!"
kalau bisa up nya tiap hari ka...
sebelumnya makasih byk ka...