"Memang ayah kamu gak ada kemana?" tanya Dira yang masih merasa janggal dengan apa yang dimaksud anak itu.
Divan berpikir. Sepertinya ia mencoba merangkai kata. "Kabul. Cali mama balu," jawab Divan. Kata itu ia dapatkan dari Melvi.
****
Bia gadis yatim piatu yang haus akan cinta. Dia menyerahkan segalanya untuk Dira, pria yang dia cintai sepenuh hati. Dari mulai cintanya sampai kehormatannya. Tapi Dira yang merupakan calon artis meminta putus demi karir, meninggalkannya sendirian dalam keadaan mengandung.
Demi si kecil yang ada di perutnya Bia bertahan. Memulai hidup baru dan berjuang sendirian. Semua membaik berjalannya waktu. Ia dan si kecil Divan menjalani hari demi hari dengan ceria. Bia tak peduli lagi dengan Dira yang wara wiri di televisi dengan pacar barunya.
Tapi rupanya takdir tak tinggal diam dan mempertemukan mereka kembali dalam kerumitan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elara-murako, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan Hari Ini
"Bi, mau aku bantu pel bagian sini?" tawar Jared. Bia menggeleng. Ia tidak suka melakukan pekerjaan dengan pria. "Kalau aku bantu ambilkan air pel yang bersih bagaimana?" tawarnya lagi.
Bia mengusap keringat di keningnya. Lalu ia tatap Jared dengan kesal. "Kau lebih baik bantu Melvi mengangkat bahan-bahan roti ke gudang. Pekerjaan dia lebih sulit," saran Bia.
Jared menggeleng. "Dia sama sekali tidak telihat kesulitan, malah kau yang keringatan," tolak Jared.
Kali ini Bia sudah tidak bisa memaklumi sikap Jared. Sejak kemarin ia selalu menawarkan Bia bantuan tetapi menolak membantu Melvi. "Aku benar-benar merasa tidak enak pada Melvi," sindir Bia.
Jared menengok Melvi yang masih kesulitan menarik terigu ke dalam gudang. Jared kembali melihat ke arah Bia. "Ia masih bisa sendiri," kilah Jared terdengar enteng.
Bia tersenyum sinis, "Itu yang aku benci dari pria. Tidak punya kepedulian dan rasa tanggung jawab," umpat Bia. Ia mengasongkan dengan kasar lap pelnya. "Jika kau memaksa ingin mengepel, silakan saja. Aku mau membantu Melvi."
Bia berjalan melewati Jared dan sengaja menyenggol kasar bahu pria itu. Melvi nampak bingung dengan sikap Bia. Saat Bia membantunya mengangkat karung terigu, Melvi putuskan untuk bertanya.
"Kenapa kau selalu galak begitu pada pria? Jika masalahnya karena ayah Divan, menurutku tidak semua pria begitu," nasehat Melvi.
Bia menggeleng. "Divan tidak punya ayah. Dia anakku, anakku sendiri," tekan Bia.
Melvi memutar bola matanya. "Well, kau memang punya kemampuan membelah diri seperti amoeba," celetuknya. Bia tidak menimpali.
Melvi sebenarnya selalu penasaran dengan ayah Divan. Ia pernah diam-diam memeriksa akte kelahiran Divan. Hasilnya nol, hanya ada nama Drabia Azura Louis di sana sebagai ibunya.
Bahkan tidak ada satu pun orang yang Melvi kenal juga mengenal Bia sebelum hamil. Ia tidak tahu darimana Bia dulu berasal meski tahu masih di Emertown. Hanya saja kota ini luas, bukan sekecil kuku semut.
"Sepertinya ayah Divan itu sangat tampan," batin Melvi. Bukan sembarangan Melvi berpikir begitu. Ada banyak fakta membuktikannya.
Jejak peninggalan pria itu di wajah Divan menjadi bukti pertama. Kedua, jika pria itu jelek, pasti Bia tidak menyesal kehilangannya. Justru ia akan lebih tergoda dengan paras Jared.
"Memang kau belum pernah bertemu dengannya lagi? Sekali pun?" Melvi memberanikan diri untuk bertanya.
Bia mendengus. "Kalau pun bertemu, aku akan langsung menghindar. Melihat wajahnya hanua membuatku ingin menghilangkannya. Aku punya anak, lebih baik aku mengurus anakku dengan baik. Daripada masuk penjara dan mengotori tanganku sendiri dengan cairan tubuhnya yang kotor!"
Melvi cekikikan. Tak ia sangka respon Bia akan mengerikan seperti itu. "Sudah keluar sana, tunggui mesin kasir."
Bia keluar dari gudang. Di depan pintu, Jared menunggunya. "Aku minta maaf, Bi. Aku akan berubah. Jadi jangan marah," ucap Jared tulus.
Bia berkacak pinggang. "Kalau begitu tolong Melvi, bukannya diam di sini dan meminta maaf padaku. Kau terlalu lambat," omel Bia.
Saat itu karena berniat berpaling dari Jared, Bia dikagetkan dengan seseorang yang masuk ke dalam pintu toko. Wanita itu tersentak kaget. Tanpa sadar ia berlindung di belakang punggung Jared untuk menyembunyikan diri.
"Kenapa, Bi?" tanya Jared bingung.
Bia terlihat panik hingga membuat Jared khawatir. "Aku akan memaafkanmu, asal jangan biarkan pria itu melihatku," pinta Bia.
Jared mengangguk. Ia bergeser ke samping agar bisa mengambil nampan untuk menutupi wajah Bia.
🌿🌿🌿
Besok pagi aku up 2 lagi ya? Sampai sini gimana? Sudah cukup kesal?