NovelToon NovelToon
Bahu Bakoh

Bahu Bakoh

Status: tamat
Genre:Tamat / Romansa
Popularitas:3.4M
Nilai: 5
Nama Author: Dfe

Sebuah cerita perjuangan hidup seorang ayah yang tinggal berdua dengan putrinya. Meski datang berbagai cobaan, selalu kekurangan, dan keadaan ekonomi yang jauh dari kata cukup, tapi keduanya saling menguatkan.

Mereka berusaha bangkit dari keadaan yang tidak baik-baik saja. Ejekan dan gunjingan kerap kali mereka dapatkan.

Apakah mereka bisa bertahan dengan semua ujian? Atau menyerah adalah kata terakhir yang akan diucapkan?
Temukan jawabannya di sini.

❤️ POKOKNYA JANGAN PLAGIAT GAESS, DOSA! MEMBAJAK KARYA ORANG LAIN ITU KRIMINAL LHO! SESUATU YANG DICIPTAKAN SENDIRI DAN DISUKAI ORANG MESKI BEBERAPA BIJI KEDELAI YANG MEMFAVORITKAN, ITU JAUH LEBIH BAIK DARI PADA KARYA JUTAAN FOLLOWER TAPI HASIL JIPLAKAN!❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31. Pentas Seni

"Ayu, main ke rumah ku yuk!" Dinda menghampiri Ayu yang sedang bermain dengan pecahan genteng sendirian.

Ayu terdiam sesaat. "Nanti mamahmu marah Din, aku takut sama mamahmu.." Ucap Ayu terus terang.

"Mamah sekarang baik Yu, ini aja yang nyuruh undang kamu ke rumahku itu mamah. Katanya kita dibolehin latihan nyanyi buat pentas besok pake alat karaoke mamah lho Yu.. Ayo Yu..!!" Dinda menarik tangan Ayu agar mau ikut dengannya.

"Kamu aja yang latihan Din, aku udah hafal kok." Ayu masih tak beranjak. Membayangkan Vera dengan sorot mata tajam dan wajah judes yang sering mendominasi, tak ayal menjadi pertimbangan Ayu ketika Dinda terus memaksanya bermain di rumahnya.

"Udah ayoo.. Ayu mah gitu... Giliran mamah udah jadi baik, Ayu malah enggak mau main sama aku," Terdengar sedih. Dan nyatanya perkataan Dinda mampu menggoyahkan pendirian Ayu sebelumnya yang ngotot tak mau ikut dengan temannya itu.

"Maaah... Mamaaah.. Ini Ayu main mah!"

Vera tadinya sibuk dengan ponselnya, sedetik kemudian beranjak dari sofa empuk yang diduduki. Sorot mata itu masih belum berubah, Ayu bisa merasakan jika keputusannya salah karena mau berkunjung ke rumah Dinda.

"Oiya. Hmm mau apa ya?" Tanya Vera melihat Ayu dengan tatapan tak suka. Sama seperti biasanya.

"Kan mamah tadi yang nyuruh Dinda ngajak Ayu main ke sini, gimana sih mah?! Yu.. Kamu di sini dulu ya, aku mau ambil mic di kamarku dulu." Dinda berlari menuju kamarnya.

Vera menatap Ayu lekat. Meski disuruh pun Ayu tak berminat duduk di jejeran sofa empuk di sana, apalagi dia malah disuguhi muka tak bersahabat seperti itu. Anak kecil pun tahu mana yang tulus dan mana yang modus.

"Kamu ke sini udah mandi dulu kan? Seenggaknya cuci kaki atau tangan gitu? Jangan duduk. Berdiri aja, nunggu Dinda ambil mic nya. Dan ya... Enggak usah pinjem mic nya Dinda. Mahal! Kalau rusak aku yakin kamu enggak bisa ganti." Mendengar Vera berkata demikian, Ayu hanya bisa diam. Memang anak kecil seperti Ayu mau jawab apa jika mendapat lawan seorang Vera?

Dinda yang datang dengan membawa mic dan ponsel di tangannya kembali berlari mendekati Ayu.

"Ayu ayo latihan! Ini.. Kita lihat hapeku aja pas nyanyi, jadi kan enak ada musiknya. Nanti musiknya kedengeran nyampe luar lho Yu. Soalnya hapeku nyambung ke speaker itu." Dinda antusias menjelaskan.

"Din.. Aku pulang aja ya, bapakku bentar lagi pulang.."

"Oowh mau pulang? Iya iya pulang aja sana enggak apa-apa. Tapi, nanti bilang sama bapakmu kalau kamu abis main di sini ya! Bilang tante Vera yang baik ini udah nawarin kamu latihan karaoke, tapi kamunya yang enggak mau. Ya kan? Kamu sendiri yang enggak mau."

Dinda bingung dengan mamahnya. Tadi dia yang menyuruhnya mengundang Ayu ke rumah tapi, sekarang mamahnya sendiri yang terkesan mengusir Ayu.

"Mamah.. Kok gitu sih, Dinda kesel lah sama mamah!" Dinda menghentakkan kakinya keras membanting mic yang ada di tangan saat Ayu sudah meninggalkan rumahnya.

Vera cuek saja melihat kelakuan Dinda. Yang dia pedulikan adalah jika nanti Teguh bisa kembali kepadanya, merangkai kisah mereka lagi seperti dahulu yang sempat terhalang oleh perjodohan konyol yang direncanakan orang tuanya dan juga jangan lupakan Nur, meski terkesan alim dan baik sebagai teman, ternyata Nur lah yang membuat Teguh benar-benar tak meliriknya bahkan hingga sekarang ini setelah Nur tak ada lagi di dunia. Setidaknya itulah yang Vera pikirkan.

____

"Pak.. Nanti bisa dateng kan di acara pentas seni di sekolah?" Ayu sangat berharap kedatangan Teguh.

"Yu.. Kalau mbah kung aja yang dateng enggak apa-apa kan? Bapak minta mbah uti ke sekolah Ayu tapi, katanya mbah uti lagi enggak enak badan. Bapak hari ini banyak kiriman barang Yu.." Teguh melihat kekecewaan yang sangat ketara di wajah putrinya.

"Bapak minta maaf ya Yu... Kalau bapak ambil libur lagi kok ya enggak enak sama yang lain, sama bosnya juga.. Maaf ya nduk.."

Teguh tahu, alasan apapun yang dia berikan sekarang tak mengubah sedikitpun suasana hati Ayu yang terlanjur sedih dan kecewa karena dia memang tak bisa hadir di pentas seni nanti di sekolah. Apalagi Teguh juga menyaksikan sendiri bagaimana gigihnya Ayu saat menghafalkan bait demi bait lagu yang akan dia bawakan nanti.

"Iya pak. Enggak apa-apa. Bapak kerjanya hati-hati ya.." Ayu mengambil tas dan menggendongnya di punggung.

Teguh menghela nafas berat saat menyaksikan punggung putrinya menjauh menuju ruang kelasnya. Ayu pasti sangat berharap dia bisa datang ke pentas seni itu. Tak ingin berlama-lama termenung, Teguh segera mengayuh kembali sepedanya menuju tempat kerja.

____

Pentas seni di sekolah Ayu dilakukan dengan tujuan untuk mengasah bakat anak didik di sekolah. Melatih keberanian serta percaya diri tampil di depan umum. Juga sebagai sarana hiburan melepas penat setelah mereka menjalani ujian kenaikan kelas beberapa waktu yang lalu. Wali murid biasanya diundang guna menyaksikan anak-anak mereka tampil di atas panggung. Akan menjadi kebanggaan tersendiri jika anak terpilih mewakili kelasnya dalam pertunjukan pentas tersebut. Sayangnya, Teguh tak bisa menghadiri acara itu karena tanggungan pekerjaan.

"Nah.. Sekarang setelah menyaksikan pertunjukan luar biasa dari kelas Empat. Kita lanjut ke kelas.. Kelas tiga, ada Ananda Diah Ayu yang akan membawakan lagu berjudul Bunda. Beri tepuk tangan untuk ananda Diah Ayu..." Seorang guru yang merangkap mc, memberitahukan waktu untuk Ayu tampil sudah tiba.

Dentingan piano mengiringi lagu yang dibawakan Ayu. Banyak orang tua murid serta guru di sana merasakan atmosfer kesedihan saat Ayu membawakan lagu itu. Sesekali Ayu menggigit bibirnya menahan air mata agar tidak jatuh. Matanya juga menyisir deretan tempat duduk wali murid, berharap bapaknya ada di antara orang-orang di sana. Tapi.. Sosok yang dia cari tak muncul bahkan setelah lagu itu selesai. Tepukan bergemuruh. Suara Ayu mampu menghipnotis banyaknya penonton di sana.

"Eeemm... Bu guru, Ayu boleh membacakan puisi sebentar?" Ucap Ayu yang menyelesaikan nyanyiannya. Setelah sedikit berdiskusi, para guru mengabulkan keinginan Ayu untuk membawakan puisi.

"Silahkan nak. Dan sekali lagi.. Mari kita saksikan anak kita, kebanggaan kita semua.. Ananda Diah Ayu yang akan membacakan sebuah puisi." Tepukan itu kembali terdengar bergemuruh.

"Aku memanggilnya bapak..

Dia lah yang setiap pagi membangunkan ku,

Menyiapkan makan untuk ku,

Mengantar ku sampai ke sekolah,

Bekerja tanpa lelah setelahnya,

Peluh itu tak berarti baginya,

Masih ia berpikir menciptakan senyum di wajahku,

Tangannya kasar, keringat selalu menjadi tanda jika seharian ia bekerja keras,

Meski begitu, suaranya terdengar cemas saat menanyakan aku sudah makan atau belum,

Aku memanggilnya bapak..

Yang diam-diam di setiap malam bersujud menengadahkan tangan,

berdoa untuk kesehatan serta kebahagiaanku,

Selalu meminta maaf karena belum bisa membahagiakanku..

Pak.. Ayu sayang bapak.."

Tak terasa sejak awal dia membacakan puisi, air mata Ayu tak terbendung. Bukan lagu Bunda yang dia persiapan untuk acara ini, tapi puisi yang dia bacakan barusan yang merupakan hasil karyanya sendiri.

Lagu Bunda dipilih oleh bu guru dengan memasukkan nama setiap murid di kelasnya ke dalam toples dan mengambil satu kertas sebagai wakil dari kelasnya. Dan kebetulan nama Ayu yang terpilih untuk membawakan lagu itu.

1
Win Wins
kadang manusia dipaksa untuk menjadi lebih dewasa karena suatu kondis/Sob//Sob/
Win Wins
/Sob//Sob//Sob/
Fikri Alam
untung ada Ervin yg jadi penghalang air mata 😁
Fikri Alam
ahhh .. bukannya nangis cuma mata ini kebanyakan air makanya tumpah /Sob/
Gung Sri
bagus
wong jowo
jadi ingat bapak
Kaif Ĝazala
Luar biasa
Dfe: 🙏 terimakasih
total 1 replies
Nik momRiz&Ga
nyebelin nyuyok,,, 😁😁😁
Nik momRiz&Ga
thor km bener2 the best,,,
Nik momRiz&Ga
thor,,, cerita apa sih ini? knp bawang nya banyak bget,,, 😭
Nik momRiz&Ga
🥺🥺
Nik momRiz&Ga
😢🥺😢🥺,, ayu,,,
Irma Minul
Luar biasa
Diana Puji Astuti
sediihhh
Diana Puji Astuti
wkwkwk... othor
Diana Puji Astuti
wkwkwk...othor
Diana Puji Astuti
ceritanya bagus banget Thor...
Diana Puji Astuti
keren
Diana Puji Astuti: bagus banget ceritanya Thor..Dr awal mewek bacanya...mesem baca Komen othor..mewek lg...
total 1 replies
Dy
Luar biasa
Arista Putri
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!