NovelToon NovelToon
Di Antara Cahaya Yang Luruh

Di Antara Cahaya Yang Luruh

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni / Slice of Life
Popularitas:509
Nilai: 5
Nama Author: Irma syafitri Gultom

Dia adalah gadis yang selalu tenggelam dalam gemuruh pemikirannya sendiri, di penuhi kecemasan, dan terombang-ambing dalam sebuah fantasinya sendiri.

Sehingga suatu teriknya hari itu, dari sebuah kesalahpahaman kecil itu, sesosok itu seakan dengan berani menyatakan jika dirinya adalah sebuah matahari untuk dirinya.

Walaupun itu menggiurkan bagi dirinya yang terus berada dalam bayang, tapi semua terasa begitu cepat, dan sangat cepat.

Sampai dia begitu enggan untuk keluar dari bayangan dirinya sendiri menerima matahari miliknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma syafitri Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Indah Bewarna, Begitu Sepi Di Dalam.

.

.

Dia memarkirkan sepedanya pada parkiran itu, lalu berjalan masuk pada mini market yang cukup ramai pagi ini.

Hari ini dia tidak di suruh datang ke tempat itu, jadi dia memutuskan untuk keluar dari rumah dan bersepeda di pagi hari.

Menikmati pemandangan pagi, dengan anak-anak sekolah yang pergi mengenakan batik mereka khas dari sekolah mereka masing-masing. Beberapa orang juga pergi bekerja yang terlihat terburu-buru namun masih saja terkena macetnya jalanan Jumat pagi ini.

Hari yang indah bukan?

Setelah beberapa menit dirinya berdiri di antrean itu, akhirnya giliran dirinya datang juga.

“selamat pagi kak, ada yang bisa di bantu?” sambut sang kasir dengan rama dan sopan.

“itu... mbak.... bisa cek saldo ATM kan?” tanya sang gadis itu sedikit ragu, kepada karyawan wanita itu.

Ini baru pertama kali untuk dirinya melakukan hal-hal seperti ini.

Dan baru pertama kali pula dia memiliki kartu ATM miliknya sendiri.

Miliknya....

Miliknya sendiri....

“tentu saja mbak...” karyawan wanita itu pun membalas dengan rama. Mendengar jawaban itu, perlahan Revadner merogoh saku celana trainingnya, mengambil kartu hitam keemasan yang dia dapatkan dari Flauza tempo hari lalu.

“I-ini mbak.... bisa...-bisa tolong chekkan isi saldo ini mbak...” tangannya dengan ragu memberikan benda hitam itu kepada karyawan mini market yang terlihat terkejut akan apa yang dia sendiri liat.

“Baiklah kak... silakan, masukan kode pinnya.”

Dia menekan beberapa tombol nomor itu, lalu iris hitamnya terfokus pada layar kecil yang ada di depannya.

.

.

Sisa saldo Anda saat ini adalah

Rp. 130.000.000,00.

.

.

Huh...?

Dia berkedip beberapa kali tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

“S-seratus tiga puluh juta!!!!”

Dia dapat merasakan pandangan sedikit menusuk dari orang-orang di sekitarnya, bahkan di antara mereka juga dia dapat mendengar dengan jelas suara bisik-berbisik yang tidak menyenangkan.

Sebanyak itu?

Apa benar sebanyak itu?

“M-mbak..... b-benaran i-isi s-saldonya s-segitu...?” dia menatap takut dan penuh ketidak percayanya akan apa yang baru dia lihat.

Dia tahu jika ini adalah nominal yang ‘kecil’ untuk seorang sekelas pria itu.

Namun dia hanya mengira jika gajinya hanya sekitar tiga atau lima juta saja.

Hanya sesuai pendapatan normal untuk wilayah ini. Tidak kuran ataupun sampai berlebihan begini.

Dan kamu mendapatkan hal yang jauh dari kata normal. Akui saja....~

Kamu merasa puas dengan angka-angka yang tertera di sana bukan?

Dan itu adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah yang tengah kamu dapat pada tempat yang kau sebut rumah itu.

Mereka tidak akan melihatmu dengan pandangan-pandangan itu.

Mereka tidak akan menganggap remeh kepadamu lagi...~

Ya.... dia tidak akan berbohong tentang uang yang dia dapatkan.

Dan mungkin....

Mungkin itu benar uang akan menyelesaikan sebagai masalah hidup dan keluarganya. Tapi dia tidak akan bisa menyangkal jika mereka juga akan menaruh kecurigaan luar biasa, cepat atau lambat....

Mereka akan mempertanyakan semua ini kepadamu.

“Itu...mbak.... b-bisakah untuk melakukan penarikan uang?” tanyanya lagi.

“tentu saja kak.... silakan masukan nominal uang yang akan kakak ambil...”

Dia kembali terdiam sejenak untuk berpikir di tengah tatapan tajam orang-orang ke arahnya itu. kembali memencet tombol-tombol itu sampai bertuliskan anggak dua juta rupiah dan menekan tombol ‘Oke’ sebagai bentuk akhir dari kegiatannya.

Tak lama semua transaksi di sana selesai.

Mengambil uang yang dia perlukan, dan memasukkan kembali ATM hitam keemasan itu pada saku celananya.

Saat dia keluar dari mini market tersebut, dia kembali melihat ke sekitarnya sebelum terfokus kepada sepeda miliknya yang masih terparkir sempurna di pada tempat yang dia letakan.

Sekarang dia memiliki uangnya sendiri.

Dan uang yang dia miliki bukanlah jumlah kecil, itu malah memiliki jumlah yang fantastis untuk pekerjaannya yang hanya duduk diam di samping pria kaya dan menjadi ‘hiburan’ pria itu.

Seharusnya kamu berbahagia, memiliki kesempatan seperti ini!

Dekat dengan orang yang jelas-jelas sepenting itu, memberikan bayaran cuma-cuma kepadamu yang tidak melakukan apa pun~

Sampai kapan kamu berpura-pura untuk menolak hal sebagus ini hmm.....~

Dia menaikkan cagak sepedanya, dan menaiki sepeda itu, mengayuh cukup kuat meninggalkan area parkiran mini market itu berjalan pelan pada pinggir jalan raya di pagi menjelang siang itu.

Pria itu hanya belum ‘melakukan apa pun’ dan dia cepat atau lambat pria itu akan ‘melakukan apa pun’ kepadanya dan menuntut dirinya untuk menerima semuanya.

Revander mendunmel kesal pada dirinya sendiri.

Dari pada terus memikirkan harga dirimu itu~

Bukankah lebih baik untuk menikmatinya saja~

Apa yang harus ku nikmati?

Uang banyak itu, berubah menjadi seorang yang hidup glamor membeli tas, baju, dan sepatu mahal untuk di pamerkan pada sosial media?

Revander mendengus kesal.

Membelokkan sepedanya itu ke arah kiri dimana sebuah jalan yang lebih kecil kini dia telusuri.

Tidak....

Tapi dengan uang itu setidaknya kamu bisa membeli beberapa makanan yang selalu kamu inginkan itu. Lalu ‘membantu’ orang-orang yang kamu sebut orang tua di rumah itu. maka mereka tidak akan ribut dan saling berteriak satu sama lain lagi di situ.

Lalu kamu tidak akan sakit kepala ataupun pusing saat mendengar mereka-mereka itu.

Ya...

Ya...!

Dengan perlahan dia menghentikan kayuhannya pada sepeda itu, sebelum akhirnya kedua kakinya kini tercecah pada tanah.

Dia berada di salah satu tepat padang ilalang tinggi yang tengah berbunga mekar. Menampilkan pemandangan hijau dan putih tertiup oleh angin sepoi-sepoi di hari itu.

Ya....

Pada dasarnya dia ingin segera mendapat pekerjaan hanya untuk membantu keuangan ayah dan ibunya di rumah.

Hanya untuk air, dan listrik di rumah itu tetap berjalan.

Dan hanya untuk dapat membeli beberapa makanan yang selalu dia lihat tampak lezat itu.

Hanya itu saja....

Tidak lebih...

Maka seharusnya dia hanya perlu....

Menikmatinya saja kan?

.

.

.

Uang-uang yang kini menjadi ‘miliknya’ hasil dari pekerjaannya.....

Iya kan?

.

.

.

Hari ini Tobito menjemputnya sedikit lebih siang di bandingkan hari biasanya. Tentu saja dia sudah mengetahui hal itu dari Flauza yang mengatakan jika hari ini akan sedikit lebih ‘spesial’ di bandingkan yang lain.

Meskipun pria itu tidak menjelaskan apapun kepada dirinya seperti biasa.

Dan seperti biasa pula dia tidak ingin terlalu bertanya kepada pria itu.

Atau lebih tepatnya dia lebih memilih untuk tidak bertanya apa pun pada pria itu.

Karena dia tahu....

Kepada siapapun dia menuntut sebuah jawaban....

Dia sangat sulit untuk mendapatkannya.

Jadi dia memilih untuk tetap menyimpan semua dalam hati dan pikirannya saja.

“Tuan Tobito?” dia melirik ke sekitar jalan yang mereka lalui, ini bukan arah menuju arah gedung mewah itu.

Dia tahu jalan ini.

Ini adalah jalan menuju perumahan elit yang baru saja selesai di bangun beberapa bulan yang lalu.

Tobito tersenyum dengan tatapan yang masih fokus kepada jalanan. “Ya Nona Revander, Tuan Flauza menginginkan Anda untuk datang ke kediaman Tuan Flauza.”

Huh?

Kediaman Flauza?

Dia memiliki rumah di sekitar ini?

Sangat tidak bisa di percaya!

Dia mengira orang-orang seperti Flauza akan tinggal di apartemen mewah di tengah kota gedung-gedung tinggi sana.

Namun pria itu memilih tempat yang jauh dari ke bisingkan kota.

Well... untuk seorang yang ‘selalu menampilkan senyuman hangat dan selamat datang’ kamu tidak bisa menyangkal, jika pria itu adalah seseorang yang begitu dingin dan tak tercapai bukan?

Tentu saja dia bisa melihat itu.

Itu bukanlah hal yang sulit untuk di lihat dari pria itu.

Kini mobil mewah itu tengah melaju pada jalan sepi tengah sawah hijau menguning itu. dan jauh melewati pematang sawah itu terdapat pepohonan rimbun yang masih asri, dan begitu jarang dia temukan.

Tempat ini....

Dia tidak menyadari jika ada tempat seperti ini di wilayah yang tidak jauh dari kediamannya.

Bagaimana kamu mengetahuinya, ketika kamu begitu sibuk mengurung diri sendiri pada ‘kandang’ itu?

Hey!!!!

Dia benar-benar tidak tahu jika ada tempat seperti ini!

Ini...

Ini sangat indah!

Dia benar-benar menyukai tempat-tempat seperti ini.

Begitu sepi, sunyi dan asri.

Tanpa sadar dirinya tersenyum lebar.

Dan tanpa dia sadari pula jika manik biru milik pria pirang itu menatap semua gerak-geriknya.

Perlu sekitar tiga puluh menit mereka melakukan perjalanan, untuk sampai tujuan kali ini. Dengan mobil itu memasuki sebuah area perkomplekan yang dia sudah ketahui dan berjalan beberapa menit lagi, untuk menuju tujuan akhir.

Sebuah rumah mewah berlantai dua dengan gerbang tinggi sekitar tiga-empat meter bercat hitam, emas, dan cokelat. Juga halaman yang luas bertamanamkan beberapa pohon buah, dan tanaman hias yang berwarna-warni indah dan juga pastinya mahal.

Untuk seorang yang seperti Flauza, kediaman pria itu tampak begitu....

Biasa saja....

Besar dan mewah tentu saja... bukan seperti rumah-rumah untuk orang pada umumnya.

Namun, dia tidak menyangka pria seperti dia menyukai bunga-bunga warna-warni di sekitar halamannya.

Bukankan itu indah?

Bukankah kamu merasakan aman melihat tempat ini?

Ya....

Entah kenapa dia menyukai tempat ini.

Mobil itu berhenti terparkir pada halaman rumah berpintu kayu besar dan berukir indah itu.

“Kita sampai Nona.” Ucap Tobito sedikit menyadarkan sang gadis dari tatapan terkagum-kagumnya itu.

Pintu penumpang itu di buka oleh seorang pelayan lainya yang berdiri tegap di samping mobil. Ketika dia keluar dari mobil itu, seperti biasa mereka langsung membungkukkan tubuh dengan salah satu tangan didada mereka memberi hormat.

Uhh....

Bahkan di rumah juga mereka tetap seperti ini?

Itu berhasil membuat sang gadis itu sedikit merinding tanpa sebab. Namun dengan santai dia berjalan masuk pada kediaman Flauza Evangarndene itu.

Isi dalam rumah itu....

Tampak begitu lapang dan sepi.

Begitu minim akan perabotan rumah, bahkan hanya ada dua lukisan dinding besar yang mengantung, tangga yang menuju ke lantai atas dan sofa berbentuk L seperti pusat dari ruang utama bernuansa putih itu. Pencahayaan yang di dominasi dengan cahaya matahari yang masuk dari jendela berukuran besar dengan tirai putih pula.

Ruangan itu....

Benar-benar terasa sepi namun indah dan elegan karena minimnya perabotan yang terlihat.

“Tolong, Bisakah Anda untuk menunggu sejenak akan kedatangan Tuan? Saya akan memberi tahu kedatangan Anda di sini.” Revander mengangguk mendengar Tobito. “Silakan beristirahatlah untuk sejenak Nona, dan buatlah diri Anda senyaman mungkin disini.” Lanjutnya dengan tersenyum, seperti biasa sedikit membungkukkan badannya memberi hormat sebelum pergi meninggalinya.

Huh.....

Bahkan di rumah juga, dia harus di layani seformal ini.

Sungguh itu terlihat melelahkan dan merepotkan.

.

“Revander.” Mendengar namanya dari arah tangga dia menoleh, mendapati pria berambut kecokelatan itu turun dengan langkah elegan, menggunakan baju kaos hitam turtel neck berlengan panjang, dan melekat ketat pada tubuh kekar pria itu.

Dia tersenyum lebar.

Dengan mempercepat langkah kakinya menuruni anak tangga itu, berjalan ke arah sofa yang di dudukinya.

Segera bersipuh pada lutut tepat di hadapannya.

“Selamat datang Revander.” Gumamnya begitu ceria saat melihat sang gadis yang menatapnya kebingungan. “Bagaimana perjalananmu? Apakah kamu menyukainya?” tanya Flauza dengan lembut seperti biasa, kini mantap sang gadis begitu bahagia.

Seperti....

Seseorang yang begitu mendapatkan sesuatu yang dia dambakan.

“Semuanya baik Flauza, bahkan aku menikmati pemandangan pada sepanjang perjalanan.” Sang gadis tersenyum tipis, iris hitam bak malamnya itu terfokus pada mata cokelat indah milik pria di hadapannya itu.

Begitu manis, dan begitu hangat pula.

Harus kamu akui Revander.... kamu begitu menikmatinya~

Uhh....

“Aku senang mendengarkannya. Aku benar-benar senang mendengarkan dirimu menikmati semua ini.” Jawabnya kini meletakan dagunya itu pada pangkuan paha sang gadis dengan lembut.

Dia tidak mengerti....

Kenapa sosok pria seperti di hadapannya ini menunjukkan sifat anehnya kepada dirinya dan tidak peduli dengan orang-orang yang menatapnya dengan aneh. Dengan pelan dia menyentuh salah satu pipi pria itu dan mengelusnya pelan. “Terima kasih telah menjemputku ke sini Flauza.” Ucap Revander dengan pelan, namun tetap bergema di karenakan begitu hampanya ruangan ini. “Bagaimana dengan dirimu sendiri? Apakah semuanya baik-baik saja?” Dan jujur dirinya tidak tahu apa yang tengah merasukinya.

Menanyakan kondisi pria di hadapannya itu, seakan berusaha membuat sebuah percakapan normal di antara mereka berdua.

Hembusan angin masuk dengan kencang melalui jendela-jendela besar itu, meniupi tirai putih, serta kedua surai rambut mereka berdua.

Ini....

Ini begitu menenangkan bukan?

Harus kamu akui Revander.... kamu begitu menikmatinya~

Benarkah?

Benarkah dia menikmati ini semua?

Tapi....

Ini masih terasa.....

Begitu meragukan. Jika dia benar-benar menikmati ini, kenapa detak jantungnya masih begitu cepat dan tidak beraturan?

Kenapa pula masih ada rasa pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab?

Dan kenapa pula rasa takut yang kuat dalam ujung hatinya yang begitu kuat?

Kenapa?

“Aku merindukanmu Rev. Sangat merindukanmu.” Bisik Flauza pula kini menutup matanya seakan menikmati sentuhan pada pipinya itu, dengan senyuman di bibir pria itu yang tak pernah hilang pula. “aku sungguh merindukanmu.” Gumamya lagi.

Memangnya sudah berapa lama dia tidak bertemu dengan pria ini?

Seingatnya hanya baru satu hari.

Dan itu pun, karena pria itu tidak memintanya untuk datang.

“Apakah kamu ingin menghabiskan waktu denganku Flauza?” tanya sang gadis pelan.

Oh.... lihatlah dengan pandai mulutnya sendiri bergerak mengatakan hal yang tidak, atau apa pun yang bukan kehendaknya. Bahkan dia yakin jika perkataan itu tidak terperoses oleh otaknya sendiri.

Hanya meluncur bebas tanpa ada rasa bersalah.

Sial...

Sial...

Harus kamu akui Revander.... kamu begitu menikmatinya~

Dasar otak dan mulut yang tidak bisa di ajak kerja sama!

Apa yang telah kalian lakukan HAH! Dasar peenghiat!

“Bolehkah?” kini sang pria bertanya menatap kepadanya dengan berbinar.

.

.

.

Lihatlah dia tersenyum bahagia kepadamu~

Dengarlah dia berbicara lembut juga kepadamu~

Harus kamu akui.... kamu begitu menikmatinya~

Benarkan begitu Revander....~

.

.

.

Sang gadis menghela nafas panjang mendengar pemikiran-pemikiran absurd yang ada di kepalanya itu. Begitu pasrah kepada masa depan yang ada, dirinya hanya bisa berjalan pelan menghadapinya dengan berharap itu tidak akan menyakitinya kembali.

Seperti yang sudah dia rasakan selama ini.

Maka....

Maka..... cobalah?

“Tentu saja Flauza, jika kamu mau aku bisa menemanimu, atau pergi suatu tempat yang kamu inginkan?”

.

1
saijou
Bahasa yang digunakan enak banget dibaca, sampe lupa waktu.
Er and Re: terima ksih banget telah mampir dan baca cerita punya ku kaka <3
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Bagus banget!!! Aku suka banget ceritanya 🥰
Er and Re: makasih ya kak telah menyukai cerita buatan aku <3
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!