Sharon tidak mengerti mengapa takdir hidupnya begitu rumit. Kekasihnya berselingkuh dengan seseorang yang sudah merenggut segalanya dari dirinya dan ibunya. Lalu ia pun harus bertemu dengan laki-laki kejam dan melewatkan malam panas dengannya. Malam panas yang akhirnya makin meluluhlantakkan kehidupannya.
"Ambil ini! Anggap ini sebagai pengganti untuk malam tadi dan jangan muncul lagi di hadapanku."
"Aku tidak membutuhkan uangmu, berengsekkk!"
Namun bagaimana bila akhirnya Sharon mengandung anak dari laki-laki yang ternyata seorang Cassanova tersebut?
Haruskah ia memberitahukannya pada laki-laki kejam tersebut atau menyembunyikannya?
Temukan jawabannya hanya di BENIH SANG CASSANOVA 2.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Bab 18. 6 Tahun Kemudian
Langit sore tampak kelabu, seolah ikut menggambarkan suasana hati Leon yang sedang duduk termenung di balkon apartemennya. Angin sejuk bertiup pelan, namun tak sanggup menembus dinginnya kehampaan yang telah lama bersarang di dadanya.
Di dalam ruangan, Metha sibuk memilih-milih katalog dekorasi pernikahan sambil sesekali melirik ke arah Leon. Lelaki itu tampak tak bergeming, hanya menatap kosong ke arah langit yang semakin meredup. Bibir Metha mengulas senyum tipis.
“Sayang, kamu sudah lihat gaun yang kupilih? Kita harus segera meeting dengan wedding organizer minggu depan,” ujar Metha manja sambil berjalan menghampiri Leon.
Leon hanya melirik sekilas tanpa minat , kemudian kembali menatap ke depan. Tidak ada anggukan, tidak ada senyum. Ia bahkan tidak menjawab. Metha tak tampak kecewa. Ia sudah terbiasa dengan sikap dingin Leon sejak mereka bertunangan setahun lalu.
Bagi Metha, sikap Leon bukan masalah. Yang penting, pria itu kini menjadi miliknya.
---
Di tempat lain, sebuah rumah kecil yang sederhana namun hangat berdiri di pinggiran kota. Suara anak-anak tertawa terdengar dari taman kecil di halaman belakang. Seorang wanita muda tengah duduk di bangku taman, mengamati sepasang anak laki-laki dan perempuan yang sedang bermain kejar-kejaran. Sebenarnya bukan bermain, tapi anak perempuan itu kesal dengan saudaranya jadi ia mengejarnya.
“Pelan-pelan, Xaviera, Xaviero!” seru sang ibu lembut.
Sharon, wanita itu, tampak tenang namun sorot matanya menyiratkan kisah panjang yang penuh luka dan perjuangan. Enam tahun lalu, hidupnya berubah drastis. Setelah melahirkan secara mendadak di tengah kabar buruk tentang ibunya, namun kabar baiknya operasi ibunya berhasil sehingga kini sang ibu sudah benar-benar sehat seperti sedia kala. Bahkan semangat hidupnya menjadi berkali lipat setelah mengetahui kalau ia sudah memiliki sepasang cucu yang cantik dan tampan. Meskipun ia sedikit kecewa karena Sharon menyembunyikan semua kepahitan hidupnya. Namun, ia paham, itu terpaksa Sharon lakukan karena kondisinya yang memang tidak memungkinkan.
Kini, Sharon membesarkan kedua anak kembarnya—Xaviera dan Xaviero berdua dengan ibunya. Setelah ibunya dinyatakan sembuh, Sharon pun memboyong sang ibu ke Yogyakarta.
Xaviera dan Xaviero tumbuh menjadi anak-anak ceria, pintar, dan begitu mirip Leon. Setiap kali menatap wajah mereka, Sharon seperti melihat Leon dalam dua versi kecil.
Sharon sudah mengetahui tentang kecelakaan yang Leon alami. Beritanya viral sebab Leon sempat dinyatakan kritis bahkan sempat kehilangan nafas. Namun, bayangan seseorang dan dua orang anak kecil terus memanggilnya membuatnya akhirnya tersadar meskipun harus dengan kenyataan kalau ia kehilangan sebagian ingatannya.
Namun Sharon sebatas tahu mengenai kecelakaan yang Leon alami. Ia tak mau mengetahui lebih meskipun penasaran karena bagaimanapun Leon adalah ayah dari anak-anaknya. Ia terlalu sakit hati dengan penolakan Leon saat itu.
Mischa, sahabat setianya, menghampiri dengan nampan berisi dua gelas jus. Ia mengambil cuti kerja sebab dua hari lagi adalah hari ulang tahun si kembar. Sebagai seorang sahabat tentu ia ingin hadir di hari bahagia Xaviera dan Xaviero.
“Sha, jujur ya, aku kok familiar banget sama wajah Xaviera dan Xaviero. Apa dia anak orang terkenal? Kok kamu nggak mau cerita sih siapa ayah mereka padahal kita temen deket,” ujar Mischa sambil mencebik, lalu duduk di samping Sharon.
Sharon menelan ludah lalu tersenyum getir. Sebenarnya ia sudah lama ingin cerita, tapi saat mengetahui kalau Mischa bekerja di perusahaan Leon, ia khawatir Mischa membocorkan rahasia tentang dirinya. Apalagi setelah tahu, kini Mischa cukup dekat dengan asisten pribadi Leon. Meskipun ia tak pernah mendengar kalau Leon mencari dirinya, bagaimana kalau akhirnya Leon mengetahui tentang Xaviera dan Xaviero? Bagaimana kalau ia tiba-tiba ingin mengambil anak-anaknya? Ia jelas takut. Berhadapan dengan orang berkuasa, orang kecil seperti dirinya jelas tak lebih seperti seekor semut yang bisa dengan mudah diinjak-injak.
“Maaf, Cha, untuk sementara ini aku gak bisa mengatakannya padamu. Namun, suatu hari nanti, kamu pasti akan tahu dengan sendirinya."
Mischa berdecak kesal, namun apa boleh buat. Ia tak bisa memaksa Sharon untuk bercerita.
"Ya udah deh. Tapi serius, muka si kembar benar-benar familiar. Mirip ...." Tiba-tiba Mischa teringat dengan Leon–CEO tempatnya bekerja.
"Mirip dengan ....
"Awh ... Mami ...." Tiba-tiba terdengar suara teriakan Xaviera. Sharon pun reflek berdiri. Ia terkejut saat melihat Xaviera tersungkur dan Xaviero mencoba membantunya berdiri.
"Xaviera," panggil Sharon cemas. Ia pun segera menghampiri Xaviera yang sudah mencebik. Bibirnya bergetar, Sharon yakin sebentar lagi putrinya itu akan menangis kencang.
"Mami, liat, Xaviero nakal. Dia ambil boneka kitten Xaviera terus dilempar. Tuh, kitten kotor kan jadinya. Huaaa ...." Xaviera melengking kencang membuat dahi Mischa sampai berkerut.
"Xaviero, nggak boleh nakal! Kamu suka banget buat adikmu menangis," tegur Sharon.
Dengan wajah datarnya, Xaviero pun menjawab. "Aku cuma mau pinjem aja kok. Xaviera aja pelit."
"Pinjem? Kamu kan udah punya mainan robot, buat apa main boneka juga?"
"Tadi aku liat ini di boneka Xaviera jadi aku mau ambil eh Xaviera malah teriak-teriak." Xaviero menyerahkan sesuatu pada sang ibu. Sharon pun menerimanya dan dagunya seketika berkerut. Ia pun menoleh pada Mischa yang juga sudah menatap padanya penuh tanya.
"Ini ... penyadap suara, kan?"
...***...
Di sebuah butik ternama, Metha berdiri di depan cermin dengan gaun berwarna gading. Ia membelai rambutnya sambil tersenyum puas.
Namun dari belakang, Leon hanya duduk diam. Tatapannya kosong. Jiwanya terasa hampa. Seolah ada sesuatu yang hilang—sesuatu yang sangat penting—namun ia tak tahu apa.
Saat malam hari tiba, ketika Leon sudah pulang ke penthouse miliknya, Leon berdiri di balkon. Angin malam berhembus, membawa suara-suara samar yang entah dari mana.
Tiba-tiba, kepalanya berdenyut. Sakit yang amat sangat menyerangnya. Ia memegangi pelipis, berusaha tetap berdiri.
Dan kemudian ...
Bayangan seorang wanita. Tersenyum padanya. Memanggil namanya. “Leon ....”
Leon terhuyung, matanya membelalak. Wajah itu begitu familiar, tetapi ia tidak tahu siapa namanya.
...***...
Enam tahun sudah berlalu, selama enam tahun pula pencairan terhadap Sharon dihentikan. Itu atas perintah Meylania. Saat mengetahui Leon mencari seorang wanita yang pernah ditidurinya di masa lalu, Meylania pun memerintahkan Eric untuk berhenti melakukan pencarian. Hal ini berawal dari Eric yang mencoba membangun ingatan Leon saat baru sadarkan diri. Namun reaksi tak terduga yang Leon alami. Tubuhnya tiba-tiba kejang sehingga Meylania pun meminta penjelasan tentang siapa Sharon. Setelah mengetahuinya, Meylania ingin Eric menutup rapat tentang Sharon dengan alasan ingin menjaga kesehatan Leon. Melihat reaksi tak biasa pada Leon setiap kali Eric menyebutkan nama Sharon akhirnya Eric pun menuruti perintah Meylania.
...***...
Mau ceritanya pendek atau panjang? Awal rencana sih mau pendek aja. 40 bab kelar. Cuma liat sikon deh. Klo banyak kontra, terpaksa buru-buru kelar. 😁
Semoga ini jd awal yg baik bagi Leon bisa ketemu sm ank2nya jg sharon
semoga di mudahkan dan dilancarkan ya..
padahal ceritanya bagus lho