"Hentikan, Alexa!." Alan mengepalkan tangannya dan menutup matanya sebelum dirinya tenggelam dalam tatapan mata Alexa yang intens nan memabukkan.
"Kenapa? Apa kau semakin sulit mengendalikan perasaan mu?." Tanya Alexa, bergerak lebih dekat dengan Alan dan terbentuk seringaian di wajah cantik gadis itu.
Alan Delvanio dia adalah seorang mafia kejam dan tak memiliki hati. Namun, tiba di suatu hari. Terdapat seorang gadis yang tertarik padanya. Semua orang takut padanya, kecuali gadis itu.
Seperti apa kisah mereka? Dan mengapa gadis itu tidak takut pada sang mafia? Lalu apa yang mafia itu lakukan pada gadis yang tidak patuh pada nya itu? Akan kah sang mafia bertindak kejam pada nya? Ikuti kisah nya mereka hanya di sini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
Alan langsung mendorong agar Alexa menjauh tanpa memperdulikan bagaimana dirinya sendiri dan untungnya peluru hanya menyerempet lengannya.
Melihat apa yang baru saja terjadi, Alexa terbelalak kaget. "Alan!." Teriaknya.
Kemudian Alexa menoleh kearah si penembak yang seperti masih memperhatikan Alan hingga penembak itu tidak sadar ketika Alexa melemparkan batu kearah nya dan mengenai dahinya, membuat si penembak itu tak sadarkan diri.
Sementara itu, anak buah Alan langsung menghampiri bos mereka setelah mendengar suara tembakan dan teriakan Alexa. Tak hanya itu, beberapa warga juga ikut terkejut dan berteriak, mereka berlarian keluar taman menjauh untuk menyelamatkan nyawa mereka sendiri.
Alexa bergegas mendekati Alan. Pria itu langsung menggenggam lengan Alexa dan menarik gadis itu agar berdiri dibelakangnya. Sebelum akhir menembaki beberapa pria asing yang hendak menyerang mereka.
Lagi dan lagi, Alan berhasil melindungi Alexa dan gadis itu merasa cemas ketika memperhatikan lengan Alan yang terluka, darah terlihat keluar dari kulit lengannya.
Tak hanya Alan, bahkan anak buahnya juga ikut menembaki beberapa pria asing itu. Alan menggenggam tangan Alexa dan membawanya untuk berlindung di belakang pilar yang lain, sementara tangan sebelah Alan masih sibuk menembak.
"Bawa dia ke tempat aman, aku akan segera datang." Perintah Alan pada salah satu anak buahnya saat mereka berdiri dibelakang pilar.
Alexa mengernyitkan dahinya. 'apa? Tidak! Aku ingin tetap di sini bersamanya, aku khawatir dia baru saja tertembak.'Gumam Alexa dalam batinnya.
"Alan, kau juga harus ikut bersama kami. Kau terluka." Pinta Alexa, terlihat mengkhawatirkannya.
"Aku baik-baik saja, Alexa." Kata Alan mencoba menyakinkannya.
"Kalau begitu aku tidak akan pergi." Kata Alexa dengan tegas dan mengerucutkan bibirnya sebal.
"Alexa, ini bukan waktunya berdebat." Kata Alan mencoba membuatnya mengerti. Ada banyak penembak yang tidak lain adalah musuhnya dan Alexa justru membuat suasana mereka seperti ini.
"Itu yang coba ingin aku katakan, Alan. Kau ikut dengan kami. Lenganmu terluka parah, kau perlu perawatan." Alexa menunjuk kearah lengan Alan yang berdarah, matanya di penuhi dengan perhatian yang tulus padanya.
"Oke, ayo kita pergi." Alan akhirnya menyetujui permintaan Alexa, meski sebenarnya ia merasa enggan karena ia tahu jika Alexa tidak akan pernah mau mendengarkan nya. Dia adalah gadis yang keras kepala.
"Mana pistol mu, aku akan melindungi mu." Alexa mengulurkan tangannya didepan, membuat Alan terkejut mendengar permintaan gadis itu.
"Apa kau gila?." Tanya Alan tak percaya.
"Ayolah! Aku pandai menembak." Kata Alexa menyakinkan.
"Tapi kau bukan pengawal ku, bukan tugas untuk melindungiku. Sekarang diam saja." Bentak Alan padanya.
Namun Alan lupa, seberapa keras kepalanya Alexa. Gadis itu tanpa berpikir panjang lagi langsung mengambil pistol Alan dan menembak seorang pria jahat yang hendak menembak kearah mereka setelah pria jahat itu mengambil posisi di belakang pilar.
Alexa membuat Alan terkesan dengan keahliannya. Alan hanya menatapnya dengan takjub. Gadis itu sangat berbeda dengan yang lainnya dan Alan semakin menyukainya, gadis itu pemberani, sikapnya riang dan cara dia menghadapi masalah. Alexa terlihat sangat sempurna dimata Alan, seolah-olah Alexa memang diciptakan hanya untuknya.
Alan tersenyum padanya dengan penuh kemenangan. "Sekarang, ayo pergi." Ajak Alan, memberikan anggukan kecil.
Mereka berlarian kecil berjalan menuju mobil, sementara itu dua orang anak buah Alan melindungi mereka dari belakang. Dua anak buah itu juga tetap menembaki para penjahat. Tak satu pun dari mereka yang melindungi diri mereka sendiri, mereka saling melindungi karena lebih memperdulikan satu sama lain daripada diri mereka sendiri.
Dan akhirnya mereka berhasil mendekati mobil. Alan membukakan pintu untuk Alexa dan ia pun segera masuk dan duduk didalam. Kedua alis Alexa terangkat, tak percaya ketika Alan kembali menutup pintu mobil dan menguncinya dari dalam.
Alexa mengetuk-ngetuk pintu dan berteriak pada Alan yang berdiri diluar.
"Pembohong!." Teriak Alexa, penuh amarah.
Alan memberikan isyarat pada sopirnya yang telah terlatih untuk membawa Alexa kerumah persembunyian.
"Aku tau, Alexa. Kau bisa menembaki para penjahat itu. Tapi, aku tidak bisa mempertaruhkan nyawamu karena aku. Jika sesuatu terjadi padamu karena aku, aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri." Kata Alan pada dirinya sendiri, saat memperhatikan mobil yang membawa Alexa melaju pergi. Alan terus memperhatikan sampai mobil itu benar-benar hilang dari pandangannya.
Setelah memastikan Alexa aman bersama sopir terlatih dan seorang untuk menjaga Alexa, Alan merogoh saku celananya dan meraih ponselnya. Alan menelpon Justine dan meminta orang kepercayaannya itu untuk datang ke taman ini dengan mengajak lebih banyak anak buah, karena seperti musuh masih ada banyak yang bersembunyi.
***
Alexa berjalan kesana kemari di sebuah ruangan didalam rumah tersembunyi milik Alan. Dia terlihat gelisah, khawatir dan marah pada Alan.
"Dia berbohong padaku, beraninya dia? Apa yang dia pikirkan, apa dia pikir aku tidak bisa melindungi diriku sendiri? Aku tidak lemah!." Kata Alexa pada dirinya sendiri, melipat kedua tangannya didepan dada.
Gadis itu terlihat kesal pada Alan karena mengirim ke tempat ini tanpa nya, dengan cara berbohong.
Namun, setelah beberapa waktu. Alan tiba dan begitu Alexa mengetahui kedatangan pria itu, Alexa langsung bergegas menghampiri dan memeluknya.
Alexa melingkar kan tangannya di leher pria itu, dan berdiri diatas sepatu yang Alan kenakan. Alexa sangat lega dan bersyukur melihat Alan datang dengan selamat.
Melihat tingkah Alexa, Alan pun tersenyum dan sebelah tangannya menarik pinggang Alexa agar lebih menempel dengannya. Selama beberapa detik, mereka berdua melupakan dunia disekitar mereka. Keduanya saling berpelukan dan bahkan senyum kebahagiaan terlihat jelas diwajah mereka.
"Syukurlah, kau selamat." Bisik Alexa setelah melepas pelukan mereka, dan tanpa ragu berjinjit guna menciumi wajah Alan. Alexa merasa kagum dengan kepedulian Alan padanya.
"Alexa, aku baik-baik saja." Kata Alan, membuat Alexa tersadar dengan apa yang baru saja ia lakukan.
Alexa langsung melayang tatapan tajamnya dan meninju wajah tampan Alan, cukup keras. Membuat anak buah Alan yang juga ada di ruangan itu langsung mengangkat senjata mereka.
"Beraninya kau, Tuan Alan Delano?." Alexa menggeram marah padanya. Sementara itu Alan memberikan isyarat pada anak buahnya untuk menurunkan senjata mereka. "Kau pikir aku lemah? Aku tidak bisa melawan? Apa kau pikir aku tidak bisa melindungi diriku sendiri? Kenapa kau mengirimku ketempat ini, Hah?!." Alexa menuntut begitu banyak penjelasan dan ia juga berani menarik kerah baju Alan.
Namun, anehnya. Bukannya marah, Alan justru menangkup wajah Alexa. "Kau gadis paling berani dan terkuat yang pernah aku temui. Aku juga tau kalau kau bisa berjuang untuk dirimu sendiri. Aku mengirimmu ke tempat ini, bukan karena kau tidak bisa melindungi dirimu sendiri. Aku meminta sopir membawa mu ke sini karena kau berada dalam bahaya itu karena aku. Aku akan selalu melakukan ini untuk melindungimu." Kata Alan, menatap lekat kedalam mata Alexa, seakan membungkam gadis itu depan hipnotis dari tatapannya.
Alexa perlahan melepaskan cengkramanya dari kerah baju Alan dan tenggelam didalam tatapan tajamnya yang dipenuhi dengan cinta yang sangat besar.