Bagaimana jadinya jika seorang dokter cantik yang selalu ceria dan petakilan bertemu dengan seorang tentara yang memiliki sifat dingin dan juga galak? akankah mereka bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14 Dua Manusia Menyebalkan
Cinta dan Reynold sama-sama diam, Cinta tahu jika Reynold tidak akan mau menceritakan masalah pribadinya. "Kapten, aku pergi dulu," ucap Cinta.
"Dulu, ibuku bekerja di rumah Patricia," seru Kapten Reynold.
Cinta yang sudah berdiri dan hendak pergi langsung menghentikan langkahnya, lalu dia menatap ke arah Reynold. "Ibuku seorang pembantu di rumah Patricia dan ibu bekerja sudah sejak Patricia dilahirkan," seru Kapten Reynold.
Merasa Reynold mulai sedikit terbuka, dia pun kembali duduk di samping Reynold. Reynold menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan.
"Ibu sudah lama bekerja di rumah Patricia, hingga kedua orang tua Patricia pun sangat menyayangi ibu. Sejak kecil dia memang sudah dimanja oleh kedua orang tuanya, dia adalah anak tunggal. Dulu aku sering ke rumahnya untuk menjemput ibu, hingga membuat aku jatuh cinta kepada Patricia tapi dia sama sekali tidak pernah melihat aku," cerita Kapten Reynold.
"Terus, bagaimana ceritanya Kapten bisa menjalin hubungan dan sampai mau menikah segala?" tanya Cinta semakin penasaran.
"Dulu Papanya Patricia sakit keras, dan beliau meminta untuk Patricia menikah denganku. Papanya ingin Patricia mendapatkan pria yang sayang sama dia dengan tulus bukan karena dia anak orang kaya dan beliau mempercayakannya kepadaku. Aku tahu dia menerima aku dan menyetujui menikah denganku karena terpaksa saja, tapi tetap saja aku merasa sangat bahagia karena jujur itu yang aku mau selama ini," jelas Kapten Reynold dengan tatapan menerawang.
"Kapten sangat mencintai Patricia ya?" tanya Cinta.
"Sejak kecil aku sudah menyukai dia, bahkan pertama kali aku dapat gaji, aku selalu menabung karena aku selalu berkhayal jika suatu saat nanti aku akan menikah dengan Patricia. Bisa dibilang aku adalah pria kejam, karena merasa bahagia saat Papa Patricia sakit keras dan meminta dia untuk menikah denganku. Tapi dua bulan menjelang pernikahan, Papanya Patricia meninggal dan bulan lalu dia juga memutuskan untuk membatalkan pernikahan kita," sahut Kapten Reynold dengan raut wajah yang sedih.
Cinta bisa merasakan rasa sakit yang Reynold rasakan. Sejak kecil sudah mengagumi seseorang dan berharap menikah dengan seseorang itu, jelas tidak akan mudah untuk melupakannya. Tapi, Reynold sangat beruntung karena sudah diperlihatkan siapa Patricia sebenarnya.
"Kapten tahu tidak, Allah itu sangat menyayangi Kapten dan ibu Kapten maka dari itu sebelum terlambat, Allah sudah memperlihatkan siapa Patricia sebenarnya. Jika Kapten jadi menikah dengan dia, justru Kapten akan merasakan hal yang lebih menyakitkan lagi," ucap Cinta dengan senyumannya.
Reynold menatap Cinta, untuk sesaat keduanya saling tatap satu sama lain hingga Cinta pun tersadar dan memalingkan wajahnya karena malu. "Ehmm, Kapten aku harus kembali kasihan teman-teman belum makan," ucap Cinta sembari bangun dari duduknya.
"Silakan, kalau ada apa-apa kamu bisa menemuiku," ucap Kapten Reynold.
"Siap, Kapten!" sahut Cinta dengan sikap sempurna dan memberi hormat kepada Reynold.
Reynold pun terkekeh, baru kali ini Cinta melihat senyum Reynold walaupun cuma sedikit. "Masya Allah, tampan sekali," batin Cinta.
Cinta pun dengan cepat berlari meninggalkan Reynold, entah kenapa jantung Cinta tidak aman jika terlalu lama dekat dengan Reynold.
Malam pun tiba....
Kampung Asoka merupakan kampung yang belum tersentuh dengan yang namanya listrik. Setiap malam, mereka menggunakan lampu tempel untuk menerangi rumah mereka. Sedangkan di luar rumah, mereka akan membuat obor di sepanjang jalan untuk memudahkan Bapak-bapak Tentara berjaga-jaga di malam hari.
"Gila, aku serasa hidup di zaman manusia purba," seru Hugo.
"Justru aku kasihan tahu sama warga di sini, mereka sama sekali tidak tersentuh teknologi. Kita harus lapor kepada pemerintah supaya kampung ini dipasangi listrik, kasihan 'kan warga yang mempunyai bayi dan anak kecil," sahut Cinta.
"Air bersih pun terbatas di sini, untuk semuanya kita harus hemat menggunakan air, jika mau mandi sebaiknya pakai secukupnya karena kasihan warga di sini mereka juga butuh air," ucap Lucy.
"Kamu saja yang hemat, aku gak bisa ya jika harus mandi dengan air sedikit," ketus Patricia.
"Kamu selalu saja banyak protes, kita tinggal di kampung yang serba kekurangan kalau kita gak bisa menghemat air, kasihan warga yang membutuhkan air juga. Air di sini itu adanya 3 jam sekali, jadi sebisa mungkin airnya dibagi-bagi jangan samakan di sini dengan di kota, yang penting 'kan kita mandi," sahut Cinta dengan kesalnya.
"Terserah, yang penting aku gak mau diatur-atur." Patricia bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam kamarnya.
Malam itu mereka memang sedang berkumpul di ruang tengah sembari mengobrol ringan.
"Kalau dia laki, sudah aku gibeng," kesal Hugo.
"Sebelum kamu menyentuh Patricia, kamu lawan dulu aku," sahut Roy.
"Sorry, kamu banci bukan pria jadi aku gak mau lawan banci," sindir Hugo.
Roy bangkit dari duduknya hendak menyerang Hugo, tapi Benny menahannya. "Sudah malam, jangan buat kegaduhan," seru Dr.Benny.
"Dok, aku tidak terima dia sebut aku banci. Selama ini aku tidak punya masalah denganmu, apa alasan kamu menyebutku dengan sebutan banci?" bentak Roy menatap tajam ke arah Hugo.
"Kamu memacari wanita, sedangkan kamu sudah menikah dan sebentar lagi bakalan punya anak. Di mana otak kamu? makanya aku sebut kamu banci karena kamu tidak punya hati bisanya menyakiti hati wanita kalau berani ayo sparing sama aku," geram Hugo.
Roy tertawa mengejek. "Kenapa kamu membela wanita yang tidak kamu kenal? kalau kamu mau menjadi Bapak anak itu, nikahin saja dia dan aku dengan senang hati akan menceraikannya dan segera menikah dengan Patricia," sahut Roy.
"An**ng, brengsek kamu!" Hugo ingin memukul Roy tapi Cinta dan Lucy menahannya.
"Hugo, kenapa sih kamu sampai terpancing sama orang-orang kaya dia, sudahlah gak usah ladenin dia," sentak Lucy.
"Sudah malam, lebih baik sekarang kita semua istirahat karena besok kita sudah mulai beraktivitas kembali," seru Cinta.
Akhirnya, semuanya pun memutuskan untuk istirahat.
***
Keesokan harinya....
Tara pagi-pagi sekali sudah datang ke balai desa, dia memberitahukan jika pengungsian sedang kewalahan. Pemberontak sudah mulai menyerang lagi, bahkan salah satu Tentara ada yang terluka. Cinta dan yang lainya segera membawa tas medis mereka dan segera pergi ke pengungsian yang lokasinya lumayan jauh dari kampung Asoka.
"Kamu dan teman-teman kamu harus hati-hati di pengungsian karena di sana termasuk zona merah, pemberontak sering banget menyerang wilayah itu padahal itu adalah termasuk perbatasan," ucap Kapten Reynold di sela-sela perjalanannya menggunakan motor.
"Baik, kami akan selalu hati-hati," sahut Cinta.
Mereka ke pengungsian diangkut oleh motor para Tentara karena jalanan menuju pengungsian hanya bisa dilewati oleh motor.