Penikahan yang seharusnya berjalan bahagia dan penuh dengan keharmonisan untuk sepasang suami istri yang baru saja menjalankan pernikahan, tapi berbeda dengan Evan dan dewi. Pernikahan yang baru saja seumur jagung terancam kandas karena adanya kesalah pahaman antara mereka, akankah pernikahan mereka bertahan atau apakah akan berakhir bahagia. Jika penasaran baca kelanjutannya di novel ini ya, jangan lupa tinggalkan komen dan like nya… salam hangat…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Evan.
Hari ini tepat di mana kepindahan dewi dan keluarganya, mereka akan berpindah ke kota karena perpindahan tugas kerja Deri. Dewi menatap rumah kediaman Evan dengan tatapan mata sedihnya, tampak Evan keluar dari rumah dengan membawa kotak segi empat kecil di tangan kanannya.
“Kak Evan…!!?” Teriak dewi menghampiri Evan yang berjalan ke arahnya.
“Kenapa kamu tidak beritahu aku jika kamu akan pindah..!!?” Seru Evan terdengar kecewa.
“Kak Evan terlalu sibuk dengan teman teman kakak, jadi aku malas bilang.” Ucap dewi memainkan kaosnya, dia takut melihat kemarahan Evan.
“Ish… kamu bisakan bilang langsung waktu berdua sama aku.”
“Hehe… lupa kak.. maaf ya..” dewi merasa tidak enak sediri dengan Evan yang masih tampak marah.
“Tapi kakak tidak perlu kawatir, saat aku tidak ada di sini kakak masih punya teman teman kakak. Kakak bisa main main sama mereka.” Dewi memberanikan diri menatap Evan.
Dengan kesal Evan segera memeluk dewi yang terlihat pendek dan gemuk, dia memeluk erat adik kecilnya. Sedangkan dini dan Deri yang melihat kesedihan kakak dan adik tersebut karena mereka akan berpisah, menjadi ikut terbawa suasana.
Deri melangkah mendekati ke dua anak tersebut, dengan perlahan Deri mengelus punggung Evan yang bergetar.
“Jika kamu kangen dengan adik kamu, kamu bisa datang ke kediaman om Deri di sana.” Ucap Deri membuat Evan menatapnya.
“Benarkah om…?” Tanya Evan dengan binar mata ceria, Deri mengangukan kepalanya mantap.
“Tuh kak, nanti kakak kalau liburan sekolah bisa main main ke rumah dewi di kota. Kita nanti jalan jalan bareng, dan bisa main main bareng lagi kayak disini.” Seperti biasa dewi memegang ujung kaos milik Evan, dengan senang Evan tersenyum menatap dewi.
Emi mengingatkan untuk mereka segera berangkat, karena perjalanan yang jauh dan akan memakan waktu lebih dari lima jam perjalanan. Dengan segera dewi berpamitan me Evan, dengan terpaksa Evan melepas kepergian dewi. Tapi sebelum dewi pergi, Evan memberikan sebuah kotak kecil ke adik kecilnya tersebut.
“Buat kamu, buka jika udah sampai kota ya…?” evan menyerahkan kotak kecil ke depan dewi, dengan antusias dewi menerima pemberian Evan.
“Terima kasih kak.” Jawab dewi sambil membolak-balik kotak tersebut, dia penasaran apa isi kotak tersebut.
“Ini buat kalian, jika kalian lapar makanlah waktu kalian berhenti di rest area.” Emi menyerahkan paper bag yang berisi makanan ke arah dini, sedangkan papa Eros yang sedang mengecek mobil yang akan Deri dan keluarganya kendarai.
“Semuanya sudah siap Deri, ingat jika kamu capek. Jangan paksakan diri, berhenti demi keselamatan kalian.” Pesan Eros ke adiknya Deri.
“Terima kasih banyak mas, terima kasih selama ini mas Eros sudah sering membantu keluargaku di saat masa masa terpuruk ku.” Dengan suara sedikit serak Deri mengucapkan rasa terima kasihnya ke kakak yang selalu membantunya selama ini.
“Apaan sih kamu Deri, sama kakak sendiri kamu nggak perlu sungkan. Ya sudah cepat berangkat, sudah hampir siang.” Eros menatap jam di pergelangan tangannya.
“Baiklah, saya pergi dulu mas. Jangan lupa kalian semua mampir ke kediaman ya, aku tunggu.” Deri memeluk tubuh kakaknya dengan erat, begitu juga Emi dan Dini.
Keluarga dewi masuk ke dalam mobil, dengan perlahan mobil Avanza new putih keluar dari kediaman Deri. Emi dan Eros serta Evan melambaikan tangan mereka, mengantarkan kepergian keluarga adiknya.
Setelah mobil Deri sudah tak tampak, Eros dan Emi serta Evan masuk ke dalam rumah. Melihat Evan yang berjalan seperti tidak semangat, dengan iseng Eros menggoda anak tampannya tersebut.
“Liburan tahun ini, kita akan ke kediaman om Deri. Bagaimana…?” Ucap Eros menepuk pundak Evan, dengan senang Evan menatap Eros dia memastikan apa ucapan Eros nyata atau hanya menyenangkan Evan yang sedang sedih di tinggal dewi.
Eros tersenyum dan mengangukan kepalanya, dengan senang Evan segera memeluk Eros dengan erat.
“Awas pa, jangan beri harpal ke Evan…” ucap Emi mengingatkan Eros.
“Harpal…? Apaan itu ma…?” Eros yang tak mengerti maksud Emi menatap istrinya dengan segala pertanyaan.
“Harapan palsu…” Emi berlalu dari depan Eros dan Evan.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun pun berganti tahun. Tak terasa perpisahan Evan dan dewi sudah lebih dari delapan tahun, janji Eros yang akan ke kediaman Deri urung sudah karena Evan yang sempat jatuh sakit karena terkena demam berdarah. Dan harus di rawat selama beberapa hari di rumah sakit, dengan rasa kecewanya Evan sudah tidak berharap lagi ke kota untuk bisa menemui dewi.
Waktupun berlalu begitu cepat, sampai pada akhirnya Evan beranjak dewasa dan lulus dari sekolah menengah atas. Dengan rasa gembira karena hari ini adalah kelulusannya, dengan baju putih yang penuh coretan tinta. Evan pulang ke rumahnya menjelang sore hari, dengan tatapan kesal Emi melihat Evan.
“Kenapa harus ada acara corak coret segala sih van, apa tidak lebih baik bajunya di sumbangkan untuk adik kelas kamu.” Gerutu Emi menatap Evan yang tersnyum melihat Emi.
“Ma… ini namanya budaya kelulusan.” Sahut Evan santai sambil menggambil roti donat yang ada di depan meja Emi.
“Budaya kog negatif, apa tidak sebaiknya melakukan hal positif gitu.”
Merasa jika obrolan Evan dan mama nya akan berujung pertengkaran, Evan memilih masuk ke dalam. Dia bergegas mandi dan akan membersihkan dirinya, setelah itu menemui ke dua orang tuanya.
Emi melihat kepergian Evan dengan kesal, sedangkan Eros melihat Evan yang manjauh menjadi terkikik geli. Sudah jadi kebiasaan ibu dan anak tersebut, berdebat hal hal kecil dan Eros yang akan menengahi mereka berdua.
Makan malam pun tiba, Eros, Emi dan Evan berkumpul di meja makan. Sudah jadi kebiasaan keluarga Eros, jika mereka harus makan bersama. Dengan telaten emi menyiapkan makanan untuk Eros dan Evan, melihat Emi yang sedang menyiapkan makanan untuk Eros. Evan sengaja berbicara dengan papanya, tapi sebelum memulai pembicaraan Evan menatap Emi yang mencuri curi pandang ke arahnya.
“Pa… mengenai kuliahku, aku ingin melanjutkan kuliah di kota xxx. Untuk masalah tempat tinggal, papa dan mama tidak usah kawatir. Di sana aku sudah menemukan rumah kontrakkan, aku akan tinggal bersama teman temanku pa.” Ucap Evan sambil melihat ke kedua orang tuanya.
“Apa kamu yakin…? Kamu tidak ingin tinggal di rumah om kamu Deri.” Eros memastikan melihat Evan yang menggelengkan kepalanya.
“Evan tidak ingin merepotkan om Deri, apalagi kami sudah lama tidak bertemu pa. Rasanya canggung, jadi Evan harap papa dan mama setuju ya dengan permintaan Evan.”
Terlihat Eros berfikir, dia menatap Emi untuk meminta pendapat. Emi menghendikkan bahunya, dengan helaan nafas Eros kembali menatap Evan yang masih menatapnya.
“Papa pikir pikir dulu van, papa tidak ingin kamu terbawa arus pergaulan yang tidak benar.” Eros kembali menerusakan makannya, sedangkan Evan kesal dengan ucapan Eros.