Pasangan rumah tangga Kisman dan Mawar kehilangan anak satu-satunya karena sakit. Mereka tidak bisa menerima kenyataan pahit dan menginginkan putri mereka kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Para Penjaga Malam
Selepas kepergian Mawar otomatis warung angkringan Kisman tutup untuk sementara. Karena menu yang dijual di tempat makan itu semuanya adalah masakan istri Kisman tercinta.
Kisman tidak akan gegabah menggantinya dengan produk lain yang cita rasa dan kualitasnya berbeda. Ia tetap menjaga mutu jualannya.
Walau pun begitu Kisman tidak bisa secara serta merta langsung kembali berjualan. Banyak yang ia pertimbangkan dan menjadi beban pikiran.
Dan tidak bisa dipungkiri. Meski keputusan Mawar pergi minggat dari rumah diwarnai dengan amarah. Di dasar hati nurani yang paling dalam Kisman masih lah mencintai satu-satunya wanita yang sangat ia pedulikan. Yaitu istrinya Mawar.
Kisman berharap Mawar akan secepatnya kembali lagi ke rumah bersamanya dan juga Seroja. Saat ini ia masih belum berniat untuk mencari dan menyusul kemana Mawar pergi.
Di sisi lain Kisman juga makin dibuat pusing dengan ulah anaknya. Kesabaran Kisman sebagai seorang bapak benar-benar sedang diuji.
Di kampung sedang ada kasus yang sangat menghebohkan. Sebuah kasus yang lagi-lagi adalah pencurian.
Tapi kali ini kenapa bisa sangat ramai. Karena yang hilang bukanlah benda berharga atau pun uang.
Tapi yang hilang sudah lebih dari dua hari dan tidak ditemukan jejaknya adalah seorang bayi yang bahkan masih belum sempat diberi nama.
Orang-orang desa mengaitkan peristiwa ini pasti ada hubungannya dengan sosok gaib. Kalau tidak kuyang pasti yang sejenisnya.
Kecil kemungkinannya kalau pelakunya adalah bagian dari sindikat perdagangan bayi dan manusia yang sampai beroperasi masuk ke kampung mereka. Mereka biasanya beraksi di kota-kota besar yang sibuk.
Kisman sendiri meyakini ini pasti karena ulah Seroja. Meskipun anaknya ketika ditanya tidak pernah mau mengaku.
Semenjak Mawar pergi selera makan Seroja menjadi lebih tidak terkendali. Ia lebih suka memakan yang masih hidup. Ia sekarang menolak ketika diberi makan daging sembelihan.
“Kamu hati-hati”,
“Sekarang di desa sudah di gerakan ronda malam”,
“Lebih baik kalau mau mencuri binatang ternak saja”,
“Jangan anak orang yang masih bayi kamu makan hidup-hidup”,
“Kalau kamu tertangkap kamu bisa diamuk masa”,
“Kalau kamu tertangkap bapak tidak bisa berbuat apa-apa”,
“Mengerti?”,
Seroja menjawabnya dengan manggut-manggut.
Kisman memberikan peringatan kepada Seroja. Warga desa kini tengah siaga penuh setelah adanya kejadian bayi hilang yang tidak dapat ditemukan.
Di kampung ini masih ada bayi-bayi yang merah. Dan Seroja sangat lah menyukainya.
*
Pada suatu malam ada empat orang yang sedang menjalankan tugas ronda jaga malam. Waktu itu mereka tengah berkeliling kampung.
Ketika mereka berempat melewati rumah Kisman dan gerobak angkringannya yang sudah beberapa hari tidak menyala.
“Kenapa ya Kisman tidak berjualan lagi?”,
“Padahal makanannya enak-enak”,
“Kalau istriku sedang tidak masak aku sering beli untuk dimakan di rumah”,
“Iya, padahal hampir setiap malam selalu ramai”,
“Dengar-dengar istrinya Kisman pulang kampung karena ada acara, jadi untuk sementara angkringannya tutup”,
“Oh begitu?”,
“Tapi yang aku dengar istrinya Kisman pergi minggat karena ada laki-laki lain”,
“Hush, tidak mungkin lah. Istrinya Kisman perempuan baik-baik”,
“Mawar namanya. Sewaktu Kisman di penjara banyak laki-laki kampung yang menggoda. Tapi Mawar tetap setia menunggu sampai Kisman pulang”,
“Tapi kasihan juga ya mereka. Dulu katanya mereka dibilang mandul tidak bisa punya anak. Setelah punya anak, anaknya malah meninggal waktu pandemi demam berdarah”,
“Tapi bukannya sering ada anak kecil di rumahnya?”,
“Itu keponakannya yang sering menginap”,
Tiba-tiba saja di tengah obrolan dengan topik membicarakan keluarga Kisman. Salah satu dari empat orang itu berlari tunggang langgang tanpa pamit kepada yang lain.
“Heh… kenapa lari?”,
“Mau kemana?’,
Tiga orang lainnya bingung kenapa salah satu teman ronda mereka kabur.
Dan tiba-tiba,
“Setan”,
Salah satu orang lagi juga tiba-tiba berlari tanpa memberi aba-aba. Hanya saja ia meneriakkan kata setan.
Tinggal menyisakan dua orang lagi yang masih berada di sekitaran rumah Kisman.
Mereka yang mulai sadar ada yang tidak beres saling pandang.
Bersama-sama keduanya menoleh ke arah belakang. Dimana mereka baru beberapa saat yang lalu melewati kediaman Kisman dan warung angkringannya yang masih tutup.
Ketika mereka menoleh ke arah belakang, mereka berdua pun jadi ikut berlari untuk menyusul kedua teman sebelumnya yang sudah terlebih dahulu pergi.
Sambil kompak berteriak;
“Pocong”,
Mereka semua melihat ada sosok pocong gosong tinggi besar yang berdiri di atas gerobak angkringan yang sepi.