Clara terpaksa menerima perjanjian nikah kontrak dengan Gery Rochstein, bosnya sendiri, demi membantu menyelamatkan perusahaan sang CEOyang terancam bangkrut. Semua itu berada dalam ancaman Gery yang mengetahui rahasia Clara yang divonis sulit memiliki anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon takiyaratayee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17 - Bertemu Si Cowok M*sum
Pagi itu, Gery tampak sibuk dengan pekerjaannya. Beberapa berkas persetujuan untuk meluncurkan produk Pure harus segera ditandatangani oleh Gery. Karena keadaan perusahaan sedang tidak baik-baik saja, Gery perlu berkonsentrasi agar tidak salah jalan. Kala Gery serius membaca kontrak, seorang pria tampan berkaki panjang masuk tanpa mengetuk ke ruangan tersebut.
"Gery, aku mau pinjam mobilmu. Aku janjian sama seseorang," kata cowok tampan, yang usianya tampak lebih muda dari Gery. Cowok bertubuh jangkung itu masuk begitu saja tanpa permisi pada yang punya. Sontak Gery sedikit terkejut akan kehadiran cowok muda itu.
"Maaf, mobilnya tidak bisa lagi kamu pinjam-pinjam seenaknya,” kata Gery tegas. Cowok yang datang itu bernama Drew Rochstein. Seorang lelaki muda berusia 22 tahun, dia adalah adik bungsu Gery. Sebagai anak bungsu, Drew memiliki sikap yang manja dan selalu menggantungkan hidupnya kepada kedua kakak laki-lakinya. Di antara saudaranya, Drew adalah sosok yang ramah dan hangat. Tidak heran jika kehidupannya di masa muda sangat indah. Memiliki banyak teman, memiliki banyak gebetan wanita cantik. Drew seperti versi ramah ketimbang Gery dan Ralph.
"Astaga, Gery. Kamu pelit banget nggak ngebolehin aku pinjam mobilmu?"
"Drew, Dad sudah membelikanmu 3 buah mobil. Kenapa selalu meminjam mobilku?" kata Gery menggertak.
"Aku bosan, Gery. Masa iya aku pakai mobil itu-itu aja? Aku butuh penyegaran," kata pria bernama Drew itu pada Gery. Sambil duduk berbaring di atas sofa ruangan Gery, Drew asyik menatap langit-langit dan terus berceloteh.
"Mau kamu bawa ke mana mobilnya?"
"Rahasia. Pokoknya, aku harus pakai mobilmu malam ini. Nanti, kamu pakai mobilku deh!" kata Drew bersikeras. Gery menghela napas sambil sedikit mengusap kepalanya.
"Drew. Aku akan menjual mobil itu."
"Apa? Dijual? Bro, apa kamu sangat-sangat bangkrut, sampai-sampai harus menjual mobilmu itu?" tanya Drew cukup kaget dengan keputusan Gery.
"Memangnya kenapa? Aku menjualnya untuk membayar hutangku."
"Oh, tidak. Jangan dijual Gery. Aku punya beberapa puluh juta uang di ATM-ku. Mungkin itu bisa membantumu."
"Nggak, makasih. Apa kamu tidak tahu kalau biaya penalti yang harus kubayar bernilai miliaran? Uangmu nggak akan cukup."
Mendengar itu, Drew turut merasakan kefrustrasian kakak tertuanya. Namun, Drew sudah berjanji pada gebetan barunya akan membawa sebuah Rolls-Royce berwarna hitam itu.
"Biarkan aku meminjamnya sekali ini saja untuk yang terakhir kali sebelum dijual," ujar Drew kemudian.
"Kembalikan malam ini, tidak ada kata besok-besok," kata Gery akhirnya mengizinkan adiknya meminjam mobil tersebut. Sedangkan Drew tertawa mengejek kepada kakak tertuanya.
"Tenang aja, bakal aku kembalikan kok." kata Drew sambil beranjak dari berbaringnya. Drew pun memegang kunci mobil milik Gery dan pergi dari ruangan tersebut.
"Oh iya, Ger. Aku dengar, hubunganmu dengan Adel benar-benar ga bisa diperbaiki ya? Kalau kamu butuh pelampiasan, aku punya banyak kenalan cewek-cewek cantik," kata Drew menawarkan. Gery mengerutkan kening, dan kemudian menggeleng.
"Urusi urusanmu sendiri. Aku ga butuh kayak begitu," kata Gery dingin.
"Ya, ya, ya. Aku nggak akan ganggu kamu, bye." kata Drew kemudian. Gery menggeleng pelan ketika Drew pergi dari ruangannya. Kehadiran Drew selalu membuatnya tidak tenang karena sikap ceria itu. Padahal, Gery sangat menyukai ketenangan. Namun, sekelebat ingatan Gery menangkap bayangan wanita itu, karyawannya yang meminta ganti rugi pada Gery. Sejujurnya, Gery masih penasaran bagaimana bisa wanita itu sangat percaya diri menuduhnya sebagai pelaku pelecehan.
Setelah melihat wajah Drew dan tingkah lakunya, terbesit di pikiran Gery bahwa adiknya ini terlalu ramah pada wanita. Gery juga berpikir bagaimana jika Clara sebenarnya bertemu dengan adiknya karena wajah mereka memang sangat mirip satu sama lain. Bahkan, banyak yang mengatakan jika anak dari Phillip Rochstein ini cocok untuk disebut sebagai kembar 3. Tentu saja karena muka dan postur tubuh mereka sangat mirip satu sama lain.
"Drew, tunggu sebentar.” Gery berseru mencegah Drew pergi. Cowok berpunggung lebar itu berhenti dan menoleh. “Ada apa?”
“Aku Cuma ingin tahu, apa kamu pergi ke sebuah apartemen sekitar seminggu yang lalu?" tanya Gery menginterogasi. Drew memasang wajah agak bingung, ia mencoba mengingat-ingat apakah pergi ke sebuah apartemen seminggu yang lalu.
"Apartemen? Mm, aku lupa. Sepertinya, iya. Kenapa?"
"Apa kamu bertemu seseorang?" tanya Gery lebih dalam. Drew malah nyengir mendengar pertanyaan konyol kakaknya.
"Gery, kenapa kamu jadi tertarik dengan kehidupan pribadiku? Tenang aja, aku nggak macam-macam kok di apartemen dengan kenalanku," kata Drew terkekeh. Karena selama ini, hubungan Drew dan Gery hanya sebatas kakak beradik yang saling menjaga hubungan baik tanpa mengetahui urusan pribadi masing-masing.
"Jangan besar kepala dulu. Ada seorang wanita mengakui bahwa dia pernah kulecehkan. Dan dia menyebut apartemen. Aku tanya ini cuma memastikan apakah itu kamu?" kata Gery mencoba menggali informasi tentang siapa yang sebenarnya melecehkan karyawannya tersebut.
Seketika mendengar itu, Drew menyunggingkan bibirnya. Dia tersenyum kecil setelah mendapatkan ingatan tentang kejadian itu. Kejadian di mana dia mengincar seorang wanita yang sedang bingung memilih merk pembalut sampai setengah jam di supermarket.
"Haha, sepertinya aku tahu apa yang kamu maksud. Tapi, kenapa dia bisa menghubungimu? Kenapa dia nggak menghubungi aku langsung?" tanya Drew agak bingung. Gery mengangkat bahu pertanda tidak tahu.
"Dasar bod*h!” Gery mengumpat dan melempar barang ke arah Drew. Drew terkejut mengapa kakaknya mendadak naik pitam.
Ternyata benar dugaan Gery, bahwa Clara bertemu dengan salah satu adiknya. Sebagai orang yang tidak mengenal Rochstein bersaudara, mereka akan susah membedakan mana yang tertua dan mana adik-adiknya. Apalagi Clara telah bertemu dengan Drew.
"Hei b*d*h! Bagaimana bisa kamu salah kasih kartu nama? Kamu tahu, gadis itu berteriak-teriak di kantor dan mengataiku pelaku pelecehan! Dan dia sengaja mencariku untuk minta ganti rugi, sesuai dengan yang kamu janjikan padanya. Dia mengaku punya kartu namaku. Dan gara-gara ini, imbasnya, banyak rumor muncul karena aku melecehkan wanita itu! Ternyata itu kelakuanmu?" ujar Gery marah sambil mencengkeram kerah baju adiknya. Sedangkan Drew malah tertawa kecil mendengar ucapan Gery.
"Gadis itu bilang gitu ke kamu? Sangat menarik," kata Drew singkat. Ingatannya saat gadis itu memukul-mukulnya yang juga membuat orang-orang di sekitar heboh mendadak terbesit di benak Drew.
"Kamu membuat kesalahan besar di situasi yang genting seperti ini," kata Gery kemudian.
Penjelasan Gery membuat Drew syok. Dia tidak menyangka jika wanita itu sangat berani melabrak seorang Gery Rochstein. Sontak Drew membuka dompetnya, ia tampak mencari kartu nama kakaknya itu di sela-sela dompetnya. Dan benar, satu-satunya kartu nama Gery tidak ada di dompetnya.
"Si*alan. Ternyata aku salah kasih kartu namaku," kata Drew menggumam kesal.
“Dasar bod*h! Gara-gara kelakuanmu, aku yang kena getahnya. Apa benar kamu melakukan pelecehan ke wanita itu?”
“Tunggu dulu penjelasanku, Gery. Aku nggak melakukannya. Sekarang, bolehkah aku tahu di mana wanita itu berada?”
“Nggak boleh. Wanita itu akan kupecat. Dia sudah mempermalukanku!”