Tak kunjung memiliki keturunan, Amira terpaksa harus merelakan Suaminya menikah lagi dengan perempuan pilihan Ibu Mertuanya.
Pernikahan Amira dan Dirga yang pada awalnya berjalan harmonis dan bahagia, hancur setelah kehadiran orang ketiga dalam rumah tangga mereka.
"Meski pun aku ingin mempertahankan rumah tangga kita, tapi tidak ada perempuan di Dunia ini yang rela berbagi Suami, karena pada kenyàtaan nya Surga yang aku miliki telah terenggut oleh perempuan lain"
Mohon dukungannya untuk karya receh saya, terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 ( Surga Yang Terenggut )
Amira melewati hari pertamanya bekerja dengan bahagia. Setidaknya dengan bekerja bisa mengurangi beban pikiran yang tengah dirinya rasakan.
"Amira, sebaiknya aku antar kamu pulang ya," ucap Rendra ketika melihat Amira yang sedang bersiap untuk pulang.
"Tidak perlu Rendra, terimakasih. Aku kan bawa motor, apalagi jarak dari sini ke rumah juga tidak terlalu jauh," ucap Amira.
Rendra merasa cemas dengan keselamatan Amira. Dia takut Amira sampai kenapa-napa jika mengendarai sepeda motor.
"Sebaiknya mulai besok aku antar jemput kamu ya. Bahaya kalau kamu bawa motor sendiri," ujar Rendra.
Amira tersenyum mendengar perkataan Rendra. Dia selalu merasa terharu dengan kebaikan sahabat karibnya tersebut.
"Aku sudah biasa mengendarai motor, kalau naik mobil aku malas kena macet. Kamu tidak lupa kan kalau dulu aku sering membawa kamu ngebut saat kita berangkat sekolah supaya tidak kesiangan, jadi kamu tidak perlu khawatir."
"Tapi Amira_" ucapan Rendra terhenti karena Amira memotongnya.
"Pokoknya gak ada tapi-tapian. Kalau begitu aku pulang duluan ya. Sebaiknya kamu juga cepetan pulang supaya bisa segera beristirahat," ucap Amira, kemudian mengucapkan salam sebelum ke luar dari dalam ruang kerjanya.
Rendra hanya bisa menatap nanar kepergian Amira. Dia ingin selalu berada di dekat Amira supaya bisa melindungi perempuan yang sangat dicintainya tersebut, tapi semua itu tidak mungkin dia lakukan, apalagi saat ini ada tembok penghalang yang membatasi dirinya dengan Amira.
"Amira, dimana pun kamu berada, semoga Tuhan selalu melindungi kamu," gumam Rendra.
......................
Sebenarnya Amira merasa enggan untuk pulang ke rumahnya, apalagi minggu ini jatah Dirga menemani Regina, tapi bagaimanapun juga dia tidak bisa menghindari semua itu.
Pada saat Amira tiba di rumah, dia bernapas lega karena suasana di rumah terlihat sepi.
"Syukurlah, sepertinya Mama dan yang lainnya sudah pulang," gumam Amira.
Amira sebenarnya ingin sekali bertemu dengan Dirga, tapi dia tidak mungkin melakukannya, apalagi saat ini Dirga pasti sedang berada di dalam kamar Istri keduanya.
Sabar Amira, sekarang Mas Dirga tidak akan bisa selalu ada untuk kamu, batin Amira dengan menghela napas panjang.
Saat ini Dirga memang berada di dalam kamar Regina, tapi dia sedang berdebat dengan Istri keduanya tersebut tentang masalah perabotan rumah, karena semua isi rumah dipilih oleh Amira, jadi Regina kembali melayangkan protes terhadap Dirga.
"Mas, kamu sebenarnya menganggap aku apa sih? Kenapa kamu tidak meminta pendapat dari ku? Kenapa yang kamu tanya hanya pendapat Mbak Amira saja? Kamu memang tidak bisa adil," gerutu Regina.
"Regina, hanya karena masalah sepele seperti ini saja kamu sudah protes, padahal selama ini aku selalu berusaha adil terhadap kamu dan Amira," ujar Dirga yang merasa kesal, apalagi dia sangat capek karena baru pulang kerja.
"Hanya adil untuk Mbak Amira kan? Lalu aku bagaimana? Jangan lupa Mas, Istri kamu bukan hanya Mbak Amira saja, tapi aku juga Istri kamu," Ujar Regina dengan nada tinggi, lalu meninggalkan Dirga sendirian.
Dirga beberapa kali menghembuskan napasnya secara kasar. Memiliki dua Istri ternyata sangat rumit. Menyatukan dua kepala saja masih sulit, apalagi sekarang dia harus menyatukan banyak kepala.
Jika sudah seperti ini, Dirga benar-benar membutuhkan Amira untuk menenangkan pergolakan hatinya.
Sebaiknya aku temui Amira, karena hanya dia yang bisa membuat aku merasa lebih tenang, ucap Dirga dalam hati.
......................
Amira yang sedang mempelajari beberapa dokumen, melihat ke arah pintu pada saat benda tersebut terbuka tanpa di ketuk terlebih dahulu.
Amira merasa heran ketika melihat Dirga masuk ke dalam kamar dengan wajah yang tertekuk lesu.
Setelah Dirga menutup pintu, Amira baru melayangkan pertanyaan kepada Suaminya tersebut.
"Mas kenapa? Apa Mas sakit?" tanya Amira, karena tidak biasanya Dirga berperilaku seperti itu, apalagi sampai lupa mengucap salam.
Pada saat Amira ingin beranjak dari atas sofa untuk menghampiri Dirga, Dirga langsung angkat suara untuk mencegahnya.
"Tetap duduk di situ sayang. Saat ini Mas membutuhkan waktu untuk menenangkan diri," ucap Dirga.
Dirga melangkahkan kakinya untuk menghampiri Amira. Kemudian dia merebahkan kepalanya dalam pangkuan Istri pertamanya tersebut.
Amira hanya bisa pasrah ketika kepala Dirga merebah di atas pahanya, lalu di tatapnya mata Dirga yang sedang terpejam.
Amira menghela napas panjang ketika melihat raut wajah Dirga yang tidak bisa berbohong tentang beratnya hidup yang kini sedang dilaluinya.
"Apa Mas tidur?" tanya Amira ketika melihat Dirga yang masih bertahan memejamkan mata.
Dirga menggelengkan kepalanya atas jawaban pertanyaan Amira
"Mas lelah, sayang." jawab Dirga, lalu merubah posisi telentang menjadi miring menghadap perut Amira.
Pada akhirnya jemari tangan Amira tidak tahan untuk membelai rambut sang Suami. Amira mengelus serta memijitnya dengan penuh kelembutan sehingga membuat Dirga merasa nyaman.
"Apa yang sedang Mas rasakan? Bagilah padaku. Siapa tau dengan begitu perasaan Mas akan menjadi lebih baik," ucap Amira dengan lembut.
Dirga tersenyum mendengar perkataan Amira. Matanya terbuka lalu mendongak demi bertemu tatap dengan Istri yang sangat dicintainya tersebut.
"Mas lelah karena dari dulu dipaksa harus menuruti semua keinginan Mama. Setelah melihat kesakitan di mata mu, Mas sadar jika Mas sudah terlalu menurut hingga mengabaikan perasaan kamu. Maafin Mas sayang, Seandainya Mas lebih tegas dan menolak menikahi Regina, mungkin semuanya tidak akan menjadi seperti ini, apalagi Regina selalu saja membuat Mas merasa kesal," sesal Dirga.
"Mas tidak boleh berbicara seperti itu, bagaimanapun juga sekarang Regina sudah menjadi Istri Mas. Dia pasti sedih jika mendengar perkataan Mas Dirga," ucap Amira yang akan terus berusaha ikhlas menerima takdir hidupnya.
Dirga duduk, lalu mengikis jarak sehingga membuat Amira gugup di buatnya.
"Hanya kamu satu-satunya perempuan yang Mas cintai," ucap Dirga.
Wajah keduanya kini bagai tak berjarak. Sangat dekat hingga hidung keduanya saling menempel, bahkan Amira sampai menelan saliva ketika mata Dirga menatap bibirnya.
"Mas, jangan seperti ini," Amira mencoba menyadarkan Suaminya supaya tidak melewati batas. Apalagi hari ini sudah masuk jatahnya Regina, dan Amira tidak mau mencurinya.
"Memangnya kenapa?" tanya Dirga dengan menarik pinggang Amira sehingga membuat tubuh keduanya saling berdekatan.
"Hari ini sudah masuk jatahnya Regina, dan aku tidak boleh mencurinya_"
Perkataan Amira terhenti karena Dirga langsung membungkamnya dengan ciuman.
Tok tok tok
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu sehingga membuat Dirga terlihat kesal, apalagi Dirga sudah bisa menebak jika sang pelaku adalah istri keduanya.
"Aku buka pintu dulu ya Mas," ucap Amira dengan bergegas melepaskan diri dari pelukan Dirga.
Pada saat Amira membuka pintu, ternyata yang mengetuk pintu kamarnya memang Regina.
"Regina, ada apa ya?" tanya Amira.
Terimakasih banyak kepada Teman-teman yang sudah berkenan membaca karya receh saya, terutama yang sudah bersedia menekan tombol like dan subscribe.
Mohon maaf ya kalau ceritanya harus panjang dulu. Semoga Teman-teman tidak memberikan penilaian yang buruk serta berkenan membaca sampai selesai. Sehat dan sukses selalu untuk semuanya, 🤲🙏
*
*
Bersambung