Setelah bangun dari kematian, dan menyaksikan keluarganya di bunuh satu persatu untuk yang terakhir kalinya, kini Naninna hidup kembali dan bereankarnasi menjadi dirinya lagi. Memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin. memastikan bahwa apa yang telah di alaminya saat ini hanyalah ilusi, namun ia merasakan sakit saat jari lentiknya mencubit pelan wajah mulusnya. Seketika ia tersadar bahwa hal ini bukanlah ilusi, melainkan kenyataan yang harus ia terima. Tidak mengerti mengapa Tuhan masih baik dan mau memberinya satu kesempatan, Ninna menyadari bahwa ia tidak akan menyia-nyiakannya lagi.
Sembari memantapkan diri dan tekad, Naninna berusaha untuk bangkit kembali dan memulainya dari awal. Dimana musuh bebuyutannya terus saja berulah hingga membuat seluruh keluarganya terbunuh di masa lalu.
Naninna... tidak akan pernah melupakannya.
Kekejaman yang telah mereka lakukan pada keluarga dan orang-orang terdekatnya, ia akan membalasnya satu-persatu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeeSecret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Pelayan Baru
Kini mereka telah sampai rumah.
Sebelum Naninna masuk, Raken sempat ingin mampir sebentar takut jika terjadi sesuatu dengan sahabatnya. Namun Naninna bersikeras menolak dengan alasan bahwa telah merepotkan pria itu. Apalagi setelah pulang dari Amerika dengan keadaan mendadak dan pakaian yang sudah terlihat lusuh, Naninna menjadi tidak enak dan berfikir bahwa Raken harus segera pulang. Mengistirahatkan tubuhnya sejenak lalu bisa datang kapan saja untuk menemui dirinya kapanpun dia mau.
Dirinya juga sudah ada pelayan yang sangat bisa ia andalkan. Yumiella bukanlah sembarang pelayan biasa. Meskipun seorang wanita, namun kemampuan bela diri dan juga dalam mengorek informasi sangatlah mahir dan fasih. Menguasai beberapa bahasa, seperti Jepang, Eropa hingga bahasa asia lainnya, Yumiella benar-benar mampu menguasai semua itu.
Namun tak sedikit dari mereka yang tengah membicarakan dirinya dan juga Yumiella. Merasa panas akan kicauan burung yang tidak bermutu, Naninna tiba-tiba menghentikan langkahnya, membuat Yumiella yang berjalan tepat di belakangnya spontan ikut berhenti.
"Berani-beraninya kalian membicarakanku dan juga pelayanku tepat di hadapanku? Dimana sikap sopan santun kalian? Aku disini sebagai majikan Tuan rumah, pemilik sah dan rumah ini juga milikku, jadi hentikan ucapan kalian sebelum ku robek mulut terompet kalian satu-satu persatu!"
Yumiella di buat terkejut.
Bukan karena sikap kurang ajar mereka, tapi sikap Nona-nya yang baru saja ia lihat setelah pulang dari perusahaan tersebut. Jelas kentara sekali kemarahan menyelimuti air wajahnya. Apalagi yang di lakukan oleh mereka yang statusnya hanyalah seorang pelayan biasa, dengan beraninya membicarakan Nonanya si pemilik rumah besar ini.
"Yang sedang kalian bicarakan itu pelayanku, kalian menjelek-jelekkannya karena tidak terima jika diriku memecat temanmu itu kan? Lagipula... atas hak apa kalian protes? Jika diriku mau, malam ini juga kalian bisa aku usir dari rumah ini dan tidak akan bisa menemukan tempat tinggal yang layak."
"A-ampun Nona! Ampuuun! Maafkan kami, maafkan kami! Kami tidak bermaksud menyinggung Nona, kami mengaku salah. Kami mengaku salah! Kami mohon jangan usir kami dari sini..."
Mereka bertiga bersujud hingga hampir tengkurap berharap majikannya mau memafkan kesalahan yang mereka buat. Untungnya, Naninna masih punya hati, jadi ia hanya bisa pergi berlalu begitu saja meninggalkan pelayan rendahan disana.
Namun hendak ingin menaiki lift, Amalia datang dengan balutan baju terusan berwarna cream transparan, hingga menampilkan kulit aslinya yang sebening embun.
Naninna ingin muntah ketika mengatakannya.
Dalam hati Naninna bertanya-bertanya, di masa lalu ataupun sekarang ketika dirinya di hidupkan kembali, gaya berpakaian Amalia ini sungguh tidak ada perubahan sama sekali. Naninna dulu tidak benar-benar menyadarinya, enggan mempedulikan wanita itu karena tidak terlalu penting dalam kehidupannya. Namun siapa sangka jika ketidak peduliannya akan berakibat fatal dan membuatnya di khianati oleh suaminya sendiri? Ternyata Amalia sengaja berpakaian seperti itu hanya untuk menarik perhatian Matthew agar bisa memiliki pria itu. Matthew juga tidak kalah bedanya. Pria itu hanyalah berpura-pura mencintainya lalu di saat dirinya lengah, pria itu mulai mengeruk semua kekayaan keluarganya satu-persatu.
Bahkan kekayaan milik Keluarga sahabatnya pun, mampu pria itu rebut dengan cara yang kotor.
Naninna sampai akhir hayatnya tidak tahu siapa dalang di balik kesuksesan suaminya itu atas peperangan yang mereka lakukan terhadap keluarganya, yang pasti orang itu mempunyai kekuatan dalam mengeruk harta orang lain.
Karena tidak ingin berlama-lama dan saling melontarkan kalimat pedas dengan Amalia, Naninna berencana mengabaikan tanpa menghentikan langkah kakinya. Amalia yang merasa di abaikan lantas memanggil Naninna sedikit tergesa. Ia melihat ke arah Yumiella. Amalia tersenyum tipis.
"Kakak... Kau bahkan sudah membawa pelayan baru di rumah ini, apakah pengabdian Dara dan Naya di rumah ini tidak ada berartinya bagimu sehingga kau langsung memilihnya untuk di jadikan pelayan baru?"
Naninna muak. Ia terlalu malas untuk berpura-pura di hadapan wanita rubah ini.
Jika di abaikan pasti wanita itu akan semakin merecokinya dengan berbagai perkataan dan kalimat sok bijak. Tapi jika di landenin, dia akan lebih tidak tahu diri dan semakin membuat wanita itu besar kepala, lalu Naninna di buat emosi lalu di salahkan. Disini posisi Naninna sedikit.... sulit? Ia bahkan hampir tidak menemukan celah ketika Amalia semakin menatap dirinya.
"Maaf Nona, tapi saat ini kondisi Nona saya sedang tidak stabil. Akibat kecelakaan beberapa hari yang lalu, menimbulkan beberapa memar di tubuhnya. Saya harap Nona tidak menghalangi istirahat Nona saya."
Amalia diam dengan tatapan masih terpaku pada Naninna. Seolah wanita itu tengah memikirkan sesuatu yang hanya dia saja yang tahu. Bibirnya menyunggingkan senyuman lemah namun terkesan lembut.
"Hm... maafkan diriku jika tanpa sengaja menghalangimu, Kakak. Dan... jika kau memerlukan bantuan, kau bisa saja memanggilku kapan pun kau mau. Aku akan siap menyiapkannya untukmu."
"Oh... dengan kata lain kau ingin jadi pelayanku juga, begitu Amalia?"
Naninna tersenyum jenaka namun terdapat nada meremehkan dan menghina di balik ucapannya. Senyumannya semakin melebar ketika Amalia tidak pandai menyembunyikan kemarahannya. Buku kukunya mengepal sesaat.
Ia balas tersenyum ramah. "Kakak kau... bercandamu benar-benar berlebihan. Terkadang kau tidak bisa menjaga ucapanmu dan hampir saja membuat semua orang tersinggung. Tapi diriku akan memakluminya."
"Jadi kau sadar diri begitu? Wajar saja sih, kau kan hanya menumpang disini, jadi dengan perkataanku barusan, kau benar-benar tidak akan tersinggung kan Amalia? Kakakmu ini... terkadang suka lupa saat ada seseorang dari kaum rendahan yang pernah menumpang tidur di rumah ini, jadi... Kakak harap kau bisa memakluminya, oke?"
Nonanya ini...
Bahkan dalam keadaan kurang sehat pun, kebiasaan buruk dalam mengatakan sesuatu yang tidak mengenakkan hati, masih bisa dia gunakan untuk mengalahkam musuhnya kan???
Yumiella hanya bisa tertawa dalam hati. Tidak mungkin kan dirinya tertawa di depan orangnya langsung? Itu namanya tidak sopan. Lagipula wanita bernama Amalia itu sungguh kurang aja sekali, benar-benar tidak punya sopan santun. Padahal posisi dia hidup menumpang dengan alasan bahwa dia sepupu dari suami Nonanya. Namun hal itu malah wanita itu salah gunakan dan mulai memanfaatkan pemilik sah rumah ini.
"Y-ya, aku tidak akan marah, karena Kakak hanya bercanda saja, disini aku juga menyadari posisiku, jadi seterusnya aku tidak akan ikut campur lagi."
"Baguslah kalau begitu. Yumiella ayo kita pergi."
"Tapi Kakak..."
Langkah mereka berdua berhenti.
Ada apa lagi ini??
Naninna tidak dapat menyembunyikan kemarahan di wajahnya, jadi hanya ada kerutan samar di antara kedua alisnya.
Naninna mendengarkan tanpa menoleh ke belakang.
Amalia tersenyum. "Apakah kau, meminta izin pada suamimu? Meskipun kau yang memberikan secara tulus seluruh hak aset rumah ini, tapi tetap pemilih sahnya adalah suamimu kan?"
Menjurus kemana lagi perkataan si jalang licik ini?
"Kau juga telah memecat dua pelayan sebelumnya yang sudah lama bekerja untukmu, tanpa sepengetahuan Matt, sekarang pun kau mengambil pelayan baru lagi yang entah darimana asalnya, tanpa sepertujuan Matt, apakah kau benar-benar menghormatinya sebagai suamimu?"
Yumiella tidak dapat mencari celah untuk mereka berdua.
Nonanya juga hanya diam saja saat wanita itu itu kembali mengomporinya atas semua tindakannya. Yumiella juga sadar diri akan posisinya sebagai pelayan yang baru datang, ia juga tidak akan bertindak gegabah sebelum Nonanya memerintahkannya untuk berbicara, jadi... Yumiella hanya bisa mundur sedikit menjauhi aroma permusuhan dari dua wanita tersebut. Selanjutnya, dirinya akan meminta saran dari Naninna apa yang harus dirinya lakukan ketika bertemu dengan Amalia.
"Akhir-akhir ini juga kau tampak berbeda dari biasanya. Aku tidak tahu apa penyebab awal dari perubahanmu, tapi Kakak... perubahan juga ada batasnya kan? Selama ini kau selalu membenciku dan melayangkan tatapan seolah aku adalah hama di rumah ini. Kematian orang tuaku..."
Telapak tangannya mengepal erat.
Amalia mulai mengalami anstringen. Apakah selama ini Naninna melupakan kejadian dimana orang tuanya meninggal akibat ulah keluarganya? Memilih mengabaikannya hanya karena dari kasta terendah, maka dari itu Naninna tidak memperdulikan nyawa orang lain? Kenapa orang yang mempunyai status tertinggi selalu bersikap seperti itu?
Sombong..
Tidak berattitude..
Tidak berperasaan...
Dan bertindak layaknya binatang..
Amalia benar-benar membenci keluarga wanita itu hingga ingin membunuhnya sampai mati.
Amalia menatap sedih sosok angkuh di depannya. Air matanya luruh saat itu juga.
"Kematian orang tuaku... apakah tidak cukup bagi keluargamu untuk memperlakukan diriku layaknya sampah? Diriku juga tidak bermaksud untuk tinggal di rumah ini, tapi suamimulah yang memaksaku untuk tetap di sisinya. Kau tidak seharusnya memperlakukan korbanmu seperti itu!"
Hah... Berisik sekali.
Naninna hanya menghela nafas berat. Dirinya ini benar-benar lelah dan perlu banyak istirahat. Tapi wanita dengan mulut terompet ini, apakah dirinya harus meluruskan permasalahan? Agar dia tahu dan sadar diri akan kesalahannya sakarang, akan berdampak buruk baginya.
"Oh... jadi kau menyalahkan keluargaku atas kematian kedua orang tuamu itu? Mengapa kau begitu bodoh sehingga tidak mengetahui kebenarannya? Hanya karena kecelakaan itu keluargaku ikut terlibat, bukan berarti mereka penyebabnya. Kau hanya bisa menangis, mengeluh dan menyalahkan keluargaku, lalu melihat di satu sisi saja. Mengapa kau tidak mencari tahu sendiri kebenarannya? Apakah benar keluargaku lah penyebab kematian orang tuamu."
Naninna mulai goyah.
Hampir saja dirinya melewati batas dan menunjukkan sisi buruknya. Hal itu tidak akan terjadi.
"Dan perkataanmu itu, baru saja kau menghina keluargaku tanpa ada bukti yang jelas, kau juga bisa di kenakan pasal tentang pencemaran nama baik. Apakah kau tidak berfikir secara logika? Dimana otakmu itu? Berfikirlah dewasa dan bersikaplah layaknya tamu di rumah ini."
Yumiella merinding.
Pertikaian antara keduanya, meskipun dirinya tidak tahu seluk beluknya yang pasti Nonanya saat ini tengah marah karena wanita itu telah memprovokasinya. Yumiella sempat melihat ke belakang dimana Amalia hanya diam mematung dengan kepala menunduk dalam. Tubuhnya gemetar, hingga terdengar suara tangisan lirih yang begitu menyayat hati.
#####
Naninna menyandarkan kepalanya dan menutup kedua matanya.
Keadaan mendadak hening.
Baru saja beberapa menit dirinya berbicara, nafasnya seolah terkuras habis hanya karena meladeni Amalia.
Naninna membuka matanya, sorot layunya memandang dinding-dinding langit kamarnya. Saat ini dirinya berada di kamar yang hanya di khususkan untuknya seorang. Untuk sementara waktu ia akan berpisah ranjang dengan Matthew dan tidak ingin bertemu pandang dengan wajah yang sangat ia benci.
Kamar ini... benar-benar di desain khusus untuknya kan?
Bernuansakan biru sejernih laut. Ada beberapa lukisan lumba-lumba di setiap dindingnya. Ayahnya yang melukis sendiri lumba-lumba itu. Dimasa lalu, kamar ini bahkan di jadikan tempat dimana suaminya bercumbu dan bermain cinta dengan si jalang Amalia. Tidak hanya sampai di situ, kamar yang selalu menjadi tanda bukti cinta antara dirinya dan Matthew, suaminya itu membawa masuk Amalia dan menjalin hubungan sex tepat di depan matanya.
Hati istri mana yang tidak hancur melihat perselingkuhan suaminya sendiri dengan wanita lain?
"Miella... untuk saat ini aku akan tidur disini. Aku juga sudah menyiapkan kasur khusus untukmu agar kau tidak repot untuk pergi ke kamarmu. Tidurlah denganku disini, dan jangan pernah sesekali mengizinkan mereka masuk sebelum diriku memerintahkanmu, mengerti?"
Yumiella mengangguk mengerti.
Meskipun tidak tahu alasan mengapa Nonanya menyuruhnya untuk tidur di satu kamar yang sama, padahal dia mempunyai seorang suami, tetapi dirinya tidak se-kepo itu untuk mengetahui urusan rumah tangga majikannya. Yumiella harus sadar diri agar Nonanya tidak menelantarkan dirinya seperti pelayan sebelumnya.
"Sebelum itu..." Yumiella menghampiri Naninna. Ia memijit pelan kaki sang Nona karena tahu wanita itu tengah menahan sakit pada bagian kaki kanannya. Yumiella menyibak sedikit dress putih itu, terdapat memar biru disana. Yumiella berkata khawatir. "Jika saya tidak menyadarinya dari awal, sampai kapanpun saya tidak akan tahu kondisi Nona dan membiarkan luka memar ini semakin parah hingga persendian Nona terkilir untuk waktu yang lama."
Naninna terkesiap.
Baru kali ini ada seorang pelayan yang mau bersikap dan memberinya perhatian setelah Chloe.
Bicara tentang Chloe, dia adalah pelayan yang telah lama bekerja di rumahnya sejak masih kecil. Dia juga seumuran dengan dirinya, hanya saja Naninna dua tahun lebih muda darinya.
"Saya akan mengambil air hangat dan handuk sebentar. Apakah Nona menginginkan sesuatu untuk dimakan? Saya juga bisa masak."
Naninna menggeleng lemah, "Tidak perlu, Miella. Untuk malam ini kau hanya aku izinkan mengompres kakiku dulu, untuk selanjutnya akan kita bicarakan besok pagi. Kau juga butuh istirahat."
Yumiella mengangguk. Hingga tubuhny menghilang setelah pintu putih itu tertutup rapat.
Di dapur, Yumiella bertemu dengan pelayan lainnya.
Hanya saja pelayan ini sedikit berbeda mungkin karena pakaiannya yang beda dari yang lain.
Dia... senior kah??
Memilih mengabaikan daripada harus terlibat dengan seseorang yang lebih lihai dari dirinya, Yumiella segera beranjak pergi ketika air yang ia butuhkan telah mendidih dan lekas pergi menemui sang Nona. Namun sebuah suara tanpa nada menghentikan langkahnya.
"Kau... Pelayan baru itu kan?"
Yumiella berkata dalam hati.