Selamat datang di novel ku
menerima kritik dan saran
feedback & folback bisa folow instagram juga ;@namjoneya_0594
Pernikahan biasanya didasari oleh cinta namun tidak dengan Hira dan Axell/Gus Mahen. Keduanya menikah karena sebuah insiden naas menimpa calon istri Axell dan Hira berada diTKP.
Hira sebagai pengantin penganti namun setelah menikah kehidupannya penuh dengan teror, hingga membuat nya sempat mengalami gangguan kecemasan. Hingga suatu tragedi membuat nya tak bisa sadar dalam waktu lama , Sedangkan Axell tanpa sadar menyayangi istri dengan berlindung dibalik kata “Aku akan bertanggung jawab menjadi seorang suami”.
Keduanya tetap harus mencari tau siapa pelaku peneror dan pembunuhan misterius.
Dan akankah mereka menemukan pelakunya? Akan kah cinta mereka menjadi kekuatan untuk melawan segala lika-liku kehidupan atau justru malah salah satu dari mereka berhasil dibunuh lagi? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tini Timmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
“Gak papa, lagi gak mood aja!” Singkat nya.
Axell paham ini bukan karena gak mood pasti ada sesuatu hal yang terjadi hingga Hira tak mau disentuh. Axell meraup udara sebanyak-banyaknya lalu membuang nya perlahan, ia harus sabar pokoknya tidak boleh meninggikan suara karena nanti nya akan memperkeruh keadaan.
“Ya sudah kalau begitu mari kita pulang, kita obrolin dirumah dan kamu harus cerita apa yang telah terjadi. Jangan mencoba menyembunyikan sesuatu dari ku! Aku tidak suka!”
“Kalau tidak suka ya sudah, simpel kan.” Jawabnya sambil melangkahkan kaki meninggalkan Axell.
“Gak bisa gitu dong Hir!” Protes nya seraya menyusul Hira yang entah mengapa berjalan begitu cepat sampai ia kewalahan untuk mengimbangi nya.
Axell terus berusaha mengajak Hira ngobrol sambil melangkah kan kaki secepat mungkin agar sang empu tak kehilangan jejak istrinya.
Sekuat tenaga Axell mencoba meraih tangan Hira dan tanpa sengaja ia memeluknya dengan erat. Kedua mata itu beradu entah apa yang disampaikan antara, rasa cinta, benci dan harapan.
Hira terus memberontak , bahkan ia terus saja memukul dada Axell hingga kemeja yang ia kenakan menjadi kusut serta dasi yang terlepas dari leher nya.
“Duhh Hira, jangan ganas-ganas ey, aku mau kamu bunuh sampai dasi nya dililit dileher ku!”
setelah itu Hira diam namun air matanya luruh begitu saja membasahi pipinya hingga sang empu lemas ia terduduk di tepi rumput depan rumah.
Axell dengan sigap meraih tubuh istrinya dan membawanya ke dalam dekapan, Hira menangis ia tak tahu kenapa menjadi cengeng padahal tadi sok kuat, sekuat baca banget.
“Udah tenang dulu, ayo istigfar. Kamu gak boleh marah-marah nanti kondisi mu menurun!” Sambil mengusap punggung Hira dengan manja.
Hira masih diam tak membalas pelukan hangat Axell , bahkan kini wajah nya tertunduk sendu.
“Cerita Hir, kalau kamu gak bilang aku gak bakal tau titik kesalahan ku dimana. Ayo ngomong, aku juga gak bakal gigit kamu kok.”
Hira masih diam tak bergeming bahkan ia tak mengeluarkan sepatah kata, lalu Axel melepaskan pelukan dan memegangi kedua bahu istrinya sambil diusap lembut.
“Ya sudah kalau kamu gak mau cerita, gak papa tapi harus janji gak boleh sedih lagi. Sekarang kita bersih-bersih lalu shalat.”
Titah Axell . Hira mengiyakan ajakan Axell keduanya masuk kedalam rumah .
Ruang tamu terlihat sangat sepi mungkin Aira dan Umma sedang berada dikamar, hingga keduanya menerobos masuk hingga ke lantai 3 .
Rumah yang biasa dijuluki rumah ndalem namun rumah itu berdiri sedikit jauh dari pondok pesantren. Dan terlihat seperti bangunan rumah lainnya, berlantai 3 bergaya minimalis serta sedikit sentuhan kearab-araban . Namun desainnya tetap terlihat mewah dan memukau.
Rumah yang memiliki 2 pintu keluar yang satu keluar ke jalan raya, dan yang satunya langsung tertuju ke pondok. Terhitung hunian mewah, nyaman dan menenangkan.
Kamar Axell dan Hira juga tak kalah mewah dengan cat dominan warna putih serta furniture bercat Hitam glossy karena berbahan dari baja ringan.
Perlahan Hira memijak kan kaki dikamar namun saat melihat ranjang, ia seperti melihat ada sesuatu yang berubah dari tempat nya.
Kini hanya ada 1 ranjang king size dan kemana kah 2 ranjang yang kemarin?.
Ingin bertanya namun ia urungkan dan memilih pergi ke kamar mandi, sedangkan Axell hanya mengambil baju ganti karena ia mandi di kamar mandi sebelah.
Tak butuh waktu lama kedua nya selesai bersamaan, Hira yang keluar dari kamar mandi dan Axell yang masuk ke kamar. Sempat beradu tatapan hingga Hira lebih dulu menghindari nya.
Namun mereka tak lupa untuk menjalankan shalat berjamaah, dengan kusyuk Axell menjadi imam dan melafalkan beberapa ayat suci al Quran. Yang terdengar merdu nan menyejukan hati siapapun yang sedang gelisah. Bukan kah memang benar Al Quran adalah obat terbaik untuk segala rasa entah itu sakit ataupun hati yang gelisah.
Disujud terakhir Hira sempat menitih kan air mata nya, serasa beban di kedua bahunya nampak begitu berat. Hingga waktu nya salam dan Axell mempimpin doa.
Setelah selesai Axell berbalik badan dan Hira langsung mencium punggung tangan suaminya, namun tak sengaja bulir bening itu jatuh ke punggung tangan Axell. Sang empu merasa ada yang aneh langsung menangkup wajah Hira.
“Kenapa kamu menangis lagi? Apa kah aku telah menyakiti mu Hira?”
Hira hanya mengelengkan kepala dan menahan tangis nya agar tak keluar namun semakin ia tahan semakin hal itu menyiksa batinnya. Sebenarnya ia sangat penasaran apa benar semua perkataan Nayla, dan apakah Axell/suaminya sejahat itu?.
“Ayo cerita, sekarang aku mau maksa. Kamu tidak boleh menangis tanpa mengatakan apapun padaku. Ingat bulir bening ini sangat lah berharga dan kamu tahu kunci dalam rumah tangga adalah sebuah kejujuran dan kamu tahu setiap tetesan air mata mu aku yang akan bertanggung jawab kelak diakhirat.”
Axell menghapus air mata yang masih saja luruh membasahi pipi istrinya sampai dia sesegukan. Akhirnya Axell kemabli memeluk sang istri. Namun hatinya berkecamuk dan bertanya-tanya apa penyebab Hira menangis hingga selama ini.
“Udah ya nanti mata kamu sembab loh.”
Menganggukan kepala lalu ia menarik nafas perlahan hingga membuat nya tenang. Axell masih setia menunggu Hira tenang dan mengusap pipi nya dengan lembut.
Pria yang dikenal sangat ambisius dan kejam saat di kantor berbanding terbalik jika berada dirumah, terlebih dihadapan sang istri yang selalu berperilaku lembut.
“Sudah tenang sekarang? Perlahan aja kalau mau cerita, pokoknya kamu gak boleh pendam masalah sendiri jika itu mengenai aku maka katakan lah, aku tidak mau ada kesalahpahaman diantara kita. Aku juga gak mau kamu sedih sampai berlarut-larut, ingat bahu ini tempat untukmu bersandar dan akan selalu ada untuk mu,”
“Rumah? Aku bisa menjadi rumah tempatmu pulang. Walaupun aku masih banyak kurang nya, insya allah sebisa ku usahakan untuk menjadi tempat ternyaman,” lanjutnya.
“Terima kasih Mas, aku cuma mau bertanya soal ____” Ia tak bisa menahan kembali air matanya yang selalu luruh. Ia pun tak paham dengan diri sendiri apa yang sebenarnya terjadi? Jika memang benar Axell tak mencintai nya untuk apa dia memperlakukan Hira dengan sangat-sangat tak kekurangan dengan cinta.
“Soal apa?”
Hira mencoba menenangkan diri lalu kembali menyampaikan apa yang mengganjal di hatinya.
“Apa benar Mas ada rasa dengan ustadzah Nayla? Dan apa kamu memang memiliki rencana untuk berpoligami? Apa benar aku tidak se berguna itu Mas jadi istrimu sampai kamu ___” Belum selesai Hira berbicara, Axell sudah menaruh jari telunjuk nya di kedua bibir sang istri.