zayn malik seorang mahasiswa di salah satu universitas ternama di kota bandung . lelaki yg kerap di panggil malik itu harus menikahi seorang gadis SMA yg masih suka main-main dan sulit di atur.
kalau bukan karena permintaan terakhir Sang ayah , gadis yg bernama zahartunnissa tidak akan menerima perjodohan dengan seorang lelaki yg tidak ia sukai.
akan kah keduanya sama-sama bertahan atas pernikahan ini?
gimana cerita selanjutnya? yuk baca kisah nya di novel ku ini ya, selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Masrifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 1
"Saya terima nikah dan kawinnya zahratunnissa dengan mas kawin tersebut di bayar tunai"
" Bagaimana para saksi? "
"SAH! "
"SAH! "
Zahra mengangkat kedua tangannya, berdoa lalu mencium tangan suaminya dan malik mencium kening zahra . Tidak ada perasaan bahagia yang zahra rasakan di hari pernikahannya, sebab ia masih SMA.
SMA nya saja belum selesai tapi masa depannya sudah di tentukan dari sekarang. Zahra sudah menjadi istri zayn malik. Zahra harus mengabdi pada suaminya dengan baik, itu nasihat yg di berikan penghulu pada zahra sebelum akad di mulai tadi.
Adit yg duduk di kursi roda terlihat sangat bahagia bisa melihat putrinya menikah dan tahu yg akan menjadi imam bagi anaknya adalah malik, anak sahabatnya.
Adit mengidap penyakit kanker darah stadium akhir. Permintaannya pada zahra dua minggu yg lalu sangat sulit untuk di terima oleh zahra , tapi Zahra tidak bisa menolak,keinginan ayahnya yg sakit parah.
"Selamat ya , Adit. Akhirnya kamu punya menantu sekarang" Ucap Andin adik adit
"Makasih , Andin"
Teman dekat adit yg datang pun memberi selamat pada adit
" Selamat Adit"
"Selamat Adit. Sembuh ya, biar bisa liat cucu hehe"
" Duh zahra aja masih sekolah, nanti aja kalau cucu . Iya kan malik? "
Malik menoleh dengan tersenyum lalu mengangguk kepala
" Iya, om"
"Jangan panggil, om. Sekarang panggil ayah" Ucap Elsa ibu Zahra
"Iyah ayah, ibu".
Semua orang tertawa senang, kecuali zahra yg hanya duduk menekuk wajahnya dengan perasaan hampa. Tidak ada bahagia sama sekali yg di rasakan Zahra, Zahra justru ingin kabur dari sini, muak dengan semua orang yg menganggap Zahra bahagia menikah dengan lelaki yg tidak pernah Zahra kenal.
" Zahra" Panggil adit dengan lembut.
Zahra pun menengok.
" Ya, ayah".
"Coba panggil orang tua malik, mama sama papah"
Zahra pun menoleh kearah aisyah dan zafar orang tua malik.
Zahra tersenyum hambar
" Mama papah.. "
"Astaga.. Lucunya, aku punya anak gadis sekarang".
Aisyah mencubit gemas pipi Zahra. Lagi, Zahra tersenyum hambar.
Malik melihat Zahra, yg memperlihatkan jelas wajah terpaksanya karena pernikahan ini, terlihat sangat tertekan dengan senyuman palsu yg terus gadis itu tunjukan kepada orang-orang.
Selesai acara malik menghampiri zahra di kamar, Zahra yg masih mengenakan baju pengantin khas Sunda itu meremas tangannya sendiri ketika mendengar pintu terbuka dan suara langkah kaki mendekat. Gadis itu duduk di ranjang membelakangi pintu. Zahra takut, takut malik.
Malik berdiri di belakang tubuh Zahra.
"Gue tau lo engga suka dengan pernikahan ini, Zahra. Tenang aja, gue juga engga berani nyentuh lo, kalau lo engga kasih izin. Tapi, ini demi kebaikan ayah Adit " .
"Gimana buat kebaikan gue? Semua orang engga ada yang mikirin gue ! "
Zahra berbalik menatap malik dengan mata Berkaca-kaca dan dada yg terasa sesak.
" Gue punya pacar, kak! Gimana perasaan pacar gue, kalau tau gue udah nikah! Dia pasti hancur banget, kak! "
" Orang tua lo jauh lebih penting di bandingkan pacar lo zahra! "
"Dan jauh lebih penting di bandingkan diri gue sendiri, gitu kak, maksu lo! Gue harus ngubur kebahagiaan gue demi orang tua! Kalau kaya gitu , orang tua egois ga sih? ! "
Zahra memberikan pertanyaan dengan mengeluarkan air mata yg membasahi kedua pipinya. Malik bergeming, tak mampu menjawab, sebab malik juga awalnya tidak menginginkan pernikahan ini terjadi. Tapi, dia memikirkan kondisi Adit, lebih dari Zahra.
Adit sudah seperti ayah kedua bagi malik, sebab ada kenangan dimana malik terbawa arus sungai saat kecil dan Adit yg menyelamatkan hidupnya, walaupun Adit sempat terombang-ambing terbawa arus. Jadi malik pikir , sekarang ia harus menyelamatkan nyawa Adit. Mungkin dengan menikahi Zahra, adit akan sembuh. Pikir malik
"Zahra suatu saat lo bakalan ngerti, kalau pilihan orang tua pasti yang terbaik buat anaknya
"Lo ngerasa baik buat gue? " Tanya Zahra sambil menyeka air matanya.
" Jangan liat gue, tapi liat pilihan orang tua lo" Malik berbalik hendak pergi
"Lo harus nyembunyiin pernikahan ini, kak. Gue engga mau teman-teman gue tau, kalau gue udah nikah. Apalagi gue engga mau rival tau".
" Tenang aja" Jawaban itu yang di lontarkan malik sebelum akhirnya dia pergi dari kamar.
***
Malik dan Zahra mengantarkan orang tua mereka pulang , mereka hanya mengantarkan sampai teras depan tapi malik sempat membantu ayah Adit masuk ke dalam mobil
" Ayah titip Zahra ya. Tolong jaga baik-baik. Nasehati dia agar tidak keluyuran terus setelah pulang sekolah".
"Iyah ayah malik pasti jaga Zahra"
" Dia besok sekolah, malik. Suka susah di bangunin, kamu yang sabar ya kalau bangunin dia, " Ucap elsa
Elsa seraya terkekeh pelan . Zahra yg berada di samping malik hanya menekuk wajahnya. Dan
Malik tersenyum
" Iya ibu tenang aja"
"Malik kamu juga besok awas kesiangan kuliah! Teriak jafar dari mobil yg lain
" Iya, pah! "
"Ya udah , kami pulang dulu, ya"
" Assalamu'alaikum "
"Waalaikumsalam "
Sahut malik dan Zahra.
Kedua mobil itu pun pergi, malik melambaikan tangan kepada mereka sementara zahra masih terlihat kesal, menghentakan kakinya lalu masuk ke rumah .
Malik menatap kepergian Zahra sejenak lalu akhirnya ikut menyusul istrinya.
"Zahra, ada tugas sekolah engga? "
"Engga usah cerewet, kak. Engga suka gue! "
Sahut Zahra seraya berjalan menuju kamarnya dan malik berjalan menyusul Zahra di belakang
" Kalau ada, biar gue bantu"
" Udah sih, kak. Enggak usah ikut campur, gue bisa sendiri! "
Sahut Zahra seraya mengambil ponselnya di meja. Zahra duduk di ranjang sementara malik duduk di sofa.
"Zahra, lo udah tanggung jawab gue sekarang"
Zahra terlihat tidak peduli dengan ucapan malik barusan, dia sibuk main HP dan membalas pesan teman-teman nya.
"Kalau ada tugas yg engga ngerti, tanya gue"
" Apaansih, orang gue bisa ngerjain sendiri"sahut Zahra seraya menggoyang-goyangkan kakinya di atas kasur. Tampak acuh tak acuh menjawab ucapan malik.
" Ya tapi jangan salah jawab juga sampe raport lo nilainya banyak di bawah rata-rata!
Zahra yg sedang mengetik pesan seketika bergeming , dia langsung menghunus tatapan tak suka pada malik
" Lo liat rapot gue kak? "
"Ayah adi yang nunjukin ke gue, sehari sebelum nikah. " Malik tesenyum, berhasil membuat Zahra semakin kesal.
"Ish, nyebelin! "
Zahra menarik selimut dan menyelimuti seluruh tubuhnya seraya tidur membelakangi malik.
Malu sekali karena ayahnya membiarkan malik melihat hasil raportnya di sekolah, padahal menurut Zahra , itu privasi.
"Zahra , cuci muka sama cuci kaki dulu" Titah malik
" Zahra "
"ZAHRA!! "
Tidak ada jawaban, malik malah mendengar dengkuran gadis itu, ia pun menggelengkan kepala, Zahra malah tidur tanpa ke kamar mandi dulu.
Malik tidur di sofa dan membiarkan zahra tidur sendirian di ranjangnya yang empuk. Lelaki itu hanya memakai selimut tipis tanpa bantal.
Jam setengah empat pagi, malik mencoba membangunkan Zahra untuk melaksanakan shola ttahajud . Awalnya ia hanya memanggil Zahra untuk bangunbangun, tapi karena tidak ada respon, akhirnya malik menepuk pelan pundak Zahra.
"Zahra bangun, tahajud dulu.Sambil nungguin subuh''
" Zahra"
Malik terus menepuk pundak zahra tapi gadis itu malah mengeliat dan menarik selimut lebih tinggi lalu tidur kembali, malik menghela nafas.
" Ya sudah, kalau sekarang belum bisa, besok aja ya"
Malik akhirnya sholat tahajjud sendirian, tadarusan sambil menunggu waktu subuh.
Hal itu kosisten malik lakukan dari SMA sampai sekarang, tidak pernah bolong sehari pun.
Sayup-sayup bacaan quran yang di lantunkan malik terdengar diTelinga Zahra, Zahra bukannya bangun malah semakin nyenyak karena lantunan al-quran yg sangat merdu di telinganya.
Ketika adzan subuh berkumandang, malik kembali membangunkan Zahra , ia masih bisa memaklumi jika Zahra belum mau tahajud, tapi untuk sholat subuh tidak ada toleransi sebab ini wajib.
Malik yang gagal membangunkan Zahra akhirnya memakai cara yang lain. Dibawanya air segayung dari kamar mandi, ia memasukan tanganya lalu mencipratkan air di tangannya ke wajah Zahra. Zahra sontak mengerjap ketika air dingin mengenai wajahnya. Ia kemudian menghalangi wajahnya menggunakan tangan.
"Kak, apaan sih! " Keluhnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.
" Subuh dulu, zahra"!
"Gue sejam lagi mau mandi, mau sekolah, jangan ganggu gue!! Isssshh! "
"subuh, Zahra. Bukan mau gangguin lo! "
"Lo aja! " Zahra menarik selimut nya kembali
"Zahra jangan bilang lo ga pernah sholat subuh? "
Bukannya menjawab Zahra malah melanjutkan tidurnya kembali
" astaghfirullah Zahra!! "