Kehidupan Weni semakin memburuk semenjak dia menikah dengan Aldi Wijaya. Weni mengira dia akan bahagia dengan pernikahan nya dengan Aldi, tetapi semua nya salah.
Hingga Weni memutuskan untuk pergi karena sudah lelah dengan semua nya.
"Maaf aku menyerah, dan aku akan pergi sesuai keinginan kamu"
Weni Widjadja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hnislstiwti., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan
Hari ini, Hana, Vio, Dise , Amar , Diki dan Zidan di buat bingung oleh Ayah dan Bunda Weni.
Ayah meminta mereka untuk bersiap dengan rapi, dan menyiapkan semua keperluan mereka yang penting.
"Ayah, sebenarnya kitan akan kemana? Kenapa harus rapih begini? Seperti mau ke pernikahan saja?" tanya Hana dengan bertubi.
"Memang kita akan ke pernikahan, setelah kalian tahu siapa yang akan menikah , Ayah mohon rahasiakanlah jangan sampai ada yang tahu selain kalian" jawab Ayah dengan tegas dan sorot mata yang tajam.
Gluk.
"Baik Ayah" jawab mereka serempak.
Lalu mereka semua berangkat ke kantor KUA. Ayah membawa mobil dengan Bunda, Hana , Vio dan Dise.
Sedangkan Zidan, bersama Amar dan Diki serta koper mereka.
"Sebenarnya kita akan kemana sih? Masa ia harus membawa koper segala?" tanya Zidan dengan bingung.
"Entahlah, aku pun tak tau. Kita turuti saja kata Ayah" jawab Amar
Lalu mereka diam dengan pikiran nya masing-masing.
Setelah melakukan perjalan hampir 1 jam, akhir nya mereka sampai juga di depan kantor tersebut.
"Ayo masuk, semua nya sudah menunggu kita" ajak Ayah dengan mata nya kesana kemari.
Setelah di rasa aman, mereka langsung saja masuk ke dalam.
Hana dan yang lainnya terperangah kaget saat tahu siapa yang akan menikah.
"Mbakk" pekik Hana, Dise dan Vio
Weni hanya tersenyum melihat wajah kaget mereka.
Setelah itu, Ayah dan Bunda Weni langsung saja menghampiri kedua Orangtua Anggara.
"Bisa kita mulai, Tuan?" tanya penghulu tersebut.
Anggara menganggukan kepala nya dan duduk disana berhadapan dengan Ayah Cokro.
Acara ijab qabul pun terlaksanakan dengan sangat sakral dan khidmat, meskipun hanya sederhana tetapi Weni merasa sangat gugup dan terharu.
"Tanggung jawab Ayah sekarang sudah berpindah pada suami mu, belajar lah untuk mencintai nya dengan setulus hati-mu, Nak" ucap Ayah Cokro dengan lembut.
"Dan kau Anggara, aku titipkan Putri kesayangan ku padamu, jaga dan lindungilah dia serta berilah dia kebahagian yang sesungguh nya" ucap Ayah kembali.
Weni memeluk sang Bunda dan menitikan air mata nya.
"Sesuai janji kalian, tutuplah mulut kalian pada siapapun tentang ini semua nya" tegas Ayah Cokro
"Baik Ayah" jawab mereka dengan tegas.
"Yun, aku titipkan Putri ku pada kalian ya. Tolong sayangi dia" ucap Bunda pada Mom Yunita.
"Tanpa di minta dan di suruh pun kami akan melakukan nya, Mbak" jawab Mom Yunita lembut.
"Tuann, seperti nya mereka sudah bertindak dan akan kesini" lapor Rega dengan serius.
"Kalau begitu kalian segera pergi, bawa Weni bersama kalian" ucap Ayah dengan tegas.
"Ayo kita pergi dari sini sama-sama Ayah, Bunda" ajak Weni dengan tegas.
"Nanti kami akan menyusul, pergilah. Hana dan kalian, pergi bersama Rega dan jagalah Weni" ucap Ayah tegas.
Lalu Weni di paksa keluar lewat pintu belakang oleh Anggara.
"Angga" panggil Weni lirih
"Aku mohon, pergilah bersama Rega dan sahabat-sahabat mu. Aku dan Daddy sebisa mungkin akan menjaga Ayah dan Bunda. Berjanji lah padaku satu hal" pinta Angga
"Apa?" tanya Weni
"Apapun yang terjadi , ikhlas kan. Dan jangan kemana-mana, Mommy akan bersama mu" jawab Anggara tegas.
"Aku yakin kau wanita yang sangat kuat" ucap Anggara memeluk Weni dengan erat.
"Angga ayo" panggil Daddy.
Lalu Angga memberikan kode pada Rega agar cepat-cepat pergi.
"Sayang, ayo bersama Mom" ucap Mom Yunita.
Weni memeluk mertua nya dengan isak tangis, entah kenapa dia merasa sangat khawatir.
"Tenanglah, semua nya akan baik-baik saja" ucap Mom Yunita kembali.
"Mom, entah kenapa aku sangat khawatir dan tak enak perasaan" balas Weni terisak.
"Ayo kita segera pergi, Nyonya" ajak Rega
Mom Yunita menganggukan kepala nya dan pergi dari sana bersama Weni.
Sedangkan yang lainnya sudah sejak tadi pergi.
Weni terus saja memeluk tubuh Mom Yunita dengan erat.
"Rega, kenapa kau tidak bersama dengan Angga?" tanya Weni bingung.
"Saya akan menjaga kalian, Tuan muda akan bersama Tuan besar, Nona" jawab Rega sopan.
"Rega, pergilah. Aku dan Mom tidak akan kenapa-napa. Jagalah Angga dan Daddy" ucap Weni dengan cepat.
"Nona tidak perlu khawatir, mereka akan di jaga oleh anak buah ku" balas Rega.
"Bagaimana dengan Ayah dan Bunda, apa mereka bisa menjaga diri. Siapa sebenar nya yang ibgun mencelekai Ayah dan Bunda ku, Mom?" tanya Weni dengan lirih.
"Nanti kau juga akan tahu, Sayang. Berdo'a lah agar mereka selamat" jawab Mom Yunita lembut.
"Apa Mommy tahu motif mereka apa?" tanya Weni kembali.
"Harta, dia ingin harta Ayah mu" jawab Mom Yunita datar.
"Dia adalah Paman tiri mu, karena syirik jadi mereka menginginkan semua harta Ayah mu" ucap nya kembali.
"Entah kenapa perasaanku tidak enak, tapi aku mohon jagalah mereka Ya Allah" batin Weni dengan lirih.
"Ayo kita keluar, sayang" ajak Mom Yunita.
Weni seperti enggan tetapi dia juga tidak bisa membahayakan diri nya.
Disana sudah ada Hana dan yang lainnya.
"Mbak, dimana Ayah dan Bunda?" tanya Hana panik.
"Mereka akan pergi ke Rumah" jawab Weni lirih.
Hana lalu memeluk tubuh Weni, seketika Weni langsung saja menangis di pelukan Hana.
"Apa ini ada hubungan nya dengan orang yang kemarin mengawasi acara pembukaan Restoran ya" celetuk Zidan
"Ayo masuk dulu" ajak Mom Yunita.
Weni dan yang lainnya langsung duduk di ruang tamu.
Lalu Zidan menceritakan soal yang mobil kemarin.
***
Sedangkan di perjalan, Ayah dan Bunda Weni terlihat biasa saja seperti tidak sedang di ikuti.
"Mas, jika memang kita tidak akan selamat hari ini, aku tidak apa. Asal Weni selamat dan bahagia" ucap Bunda dengan tersenyum.
"Kita akan selamat sama-sama dan pergi pun akan bersama. Biarlah Surya akan jadi urusan Weni dan Angga" balas Ayah Cokro.
"Ternyata mereka mendapatkan informasi tersebut dari menantu nya, sayang" ucap Ayah Cokro kembali.
"Aku sudah bisa menebak nya, karena memang menantu dan Ayah nya pasti tahu semua nya tentang kita dan Weni" balas Bunda dengan tatapan tajam nya.
Mobil terus melaju hingga akhir nya sampai juga di halaman Rumah mereka, Ayah dan Bunda langsung saja masuk dengan bersikap santai.
Tetapi dari arah samping dan belakang, sudah banyak orang yang mengepung mereka.
Lalu mereka di seret masuk ke dalam Rumah mereka dengan paksa.
"Apa kabar Abang Cokro?" tanya Surya dengan tersenyum miring.
"Kabar ku baik-baik saja" jawab Ayah dengan santai.
"Ck, sekarang kau dan Istri mu tidak akan selamat maka dengan itu cepat serahkan semua nya padaku" ucap Surya dengan tertawa bahagia.
.
.
.
yg gak baik itu bram sama Weni dan keluarga nya
kalo orang jahat pasti saling mendukung sesama penjahat