Viona gadis cantik yang sempurna dia memiliki sejuta kelebihan. Mempunyai IQ di atas rata-rata, pintar beladiri, dan karir yang memumpuni. Tapi siapa sangka dibalik itu semua viona mempunyai trauma masa lalu yang mengharuskan nya kehilangan separuh ingatan dan melupakan kekasih lamanya.
"siapa kamu?".
"Aku Lucius.. Apa kamu sungguh melupakanku Vi?".
Laki-laki itu berbicara dengan mata yang berkaca-kaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurmala sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak terima disebut penguntit
"Gean kamu apakan adikmu"ucap Garvin yang baru pulang menemui klien.
"Masa Abang ingin membongkar kepalaku Pi terus mau tahu isi didalam nya" rengek Viona.
"Gean apa benar yang di bilang adikmu".
"Habis aku gemas padanya, badan kecil tapi otak nya kemana-mana".
"Otakku tetap ada di dalam kepala ya bang".
"Sudah-sudah kalian memang nya tidak capek berdebat terus".
"Ya capek Pi" ucap kedua nya.
"Itu tahu papi saja yang mendengarnya pusing" dengan memijat kening.
"Mami kalian di mana?".
"Tadi ada di taman belakang" ucap Gean.
Tak lama Alice datang membawa minuman dan kue untuk suami nya lalu menaruh nya di meja.
"Papi sudah pulang" dengan telaten mengambil tas kerja dan jas sang suami.
"Ia, baru sampai sudah disuguhkan perdebatan mereka" liriknya pada putra putrinya.
"Kami tidak berdebat pi tapi membahas pekerjaan di kantor" ucap Viona.
"Ia awalnya tapi ujung-ujungnya tahu kan mi".
"Ya sudah biasa, itu sudah jadi kebiasaan mereka dari kecil mau bagaimana lagi mungkin sampai kakek nenek mereka seperti itu".
Baru saja Gean dan Viona akan membuka mulut karena tidak terima dengan perkataan sang ibu Alice sudah memotongnya.
"Apa kalian mau mengelak, mau membela diri, terus tidak terima dengan ucapan mami" dengan menatap tajam kedua nya.
Mereka berdua langsung bungkam karena tidak akan menang melawan sang penguasa di rumah ini.
"Mimpi apa aku punya mami galak begitu" bisik Viona pada sang kakak.
"Bisa ya papi mau sama mami" ucap kakak kepada sang adik.
"Sekali kalian mengumpat mami di belakang habis kalian ya".
"Tidak kok mi".
"Ya kan Abang".
"Iya dek".
"Oya sayang aku mau minta izin keluar bersama Vivi"..
"Sama aku, memang nya mami mau kemana?".
"Ke Mall atau ke salon mungkin".
"Mami mau merasakan seperti orang-orang keluar bersama anak gadisnya".
"Ya sudah keluar lah dan habiskan uang suami mu ini, suami kaya tapi istri dan anak tidak pernah sekalipun menghabiskan uang ku buat apa aku capek-capek bekerja" dengan gayanya yang sok.
"Cih gaya mu itu loh Pi seperti anak muda saja" ucap Gean.
"Sirik saja sama orang tua".
"Ya sudah siap-siap dulu Vi, mami tunggu".
"Iya mi aku mandi dulu".
Viona pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap.
"Aku juga ke kamar ya sayang lengket rasanya badan ku" ucap Garvin.
"Iya, aku sudah siapkan pakaian ganti mu di atas tempat tidur".
"Terima kasih istri ku".
"Sama-sama suamiku".
Garvin pergi meninggalkan sang istri di ruang tamu bersama anaknya.
"Mesra-mesraan tidak melihat tempat" ucap sang anak.
"Kok ada suara tapi tidak ada rupa apa hantu"
Hih sambil berjalan bergidik meninggalkan sang anak.
Leo yang berada disitu hanya jadi penyimak dan tersenyum melihat kelakuan keluarga konglomerat itu.
"Begitu lah keluarga ku Leo, ada saja tingkah absurd mereka".
Viona sudah siap dengan tampilannya dengan pakaian over size warna pink yang di masukkan ke dalam rok pendek warna putih dan sepatu kets warna putih lalu ia mengambil tas yang senada dengan rok nya.
Viona menuruni tangga menghampiri sang ibu.
"Mi aku sudah siap".
"Ayo kita berangkat".
Viona menyetir dengan santai menuju mall terdekat, setelah sampai dia dan Sang ibu berkeliling menuju toko pakaian.
Ximon dan Regan yang sedang bertemu klien di dalam cafe mall tak sengaja melihat Viona yang sedang berkeliling dengan menenteng banyak belanjaan dengan wanita paruh baya, namun masih terlihat elegan.
"Tuan, saya seperti melihat nona Viona" bisik nya.
"Dimana kau melihat nya".
"Di toko pakaian sana" dengan menunjuk ke arah toko tersebut.
"Kau selesaikan meeting dengan investor ini sekarang aku ada urusan".
"Sebelum nya maaf saya ada urusan mendesak jadi tidak bisa menyelesaikan meeting ini sampai tuntas, sebagai ganti nya asisten saya yang akan menyelesaikannya".
"Derita menjadi asisten selalu di tinggal tuan dengan seenaknya" batin Regan.
“Maaf tuan-tuan mari lanjutkan pembicaraan kita yang tadi".
Ximon mencari Viona ke arah toko yang di tunjukan asisten nya, saat dia sudah menemukannya dia berjalan mendekat dan berpura-pura ingin memilih baju di toko itu.
Brak..
“Viona tidak sengaja menabrak seorang pria di belakangnya".
"Maaf kan saya, saya tidak sengaja" ujarnya yang masih menunduk tanpa melihat orang yang di tabrak nya.
"Ok tidak apa lain kali lebih berhati-hati lah".
Viona merasa tak asing dengan suara pria di depannya, saat dia mendongak ternyata pria itu.
“Kamu.. sedang apa kau disini" dengan menyipitkan mata menuntut penjelasan.
"Kenapa kau melihatku dengan pandangan menyelidik seperti itu, memang nya apa yang salah jika seorang pria membeli pakaian dan lihat lah disini pakaian khusus pria".
Viona merasa malu dengan prasangka nya.
Dia memang masuk ke toko pakaian pria menemani sang ibu membelikan jas untuk ayah nya.
"Apa salah nya untuk bersiaga sebelum ada orang yang menguntit ku lagi".
"Aku bukan penguntit, aku hanya menyuruh anak buah ku untuk menjagamu" bela nya.
"Apa bedanya sama-sama melaporkan kegiatan ku setiap hari".
"Jelas beda mereka tidak melaporkan kegiatan mu, mereka hanya menjawab ketika aku bertanya tentang mu" elak nya.
Viona hanya memutar mata nya dengan malas.
Ternyata pria di hadapannya tipe orang yang sangat keras kepala, sudah ketahuan tapi masih mengelak.
Alice yang sudah mendapatkan jas untuk sang suami menghampiri Viona.
“Vivi, kamu bicara dengan siapa".
"Oh ini..
Baru Viona akan menjawab Ximon sudah memotong nya.
"Perkenalkan nama saya Ximon nyonya, saya teman dekat Vivi".
"Kamu punya teman dekat kenapa tidak pernah di bawa ke rumah" ucap Alice dengan senyum penuh arti.
Viona melotot kan mata pada Ximon tanda dia tidak terima pria itu mengakui dirinya teman dekat viona kepada sang ibu.
"Mi ini bukan seperti yang ada di pikiran mami".
"Memangnya kamu tahu yang ada di pikiran mami apa?".
"Tapi dari raut wajah mami sudah ketahuan".
"Kamu sudah seperti cenayang saja".
"Oya nak Ximon kamu sudah lama kenal dengan putri tante".
"Lumayan lama Tante, kami ada sedikit kesalahpahaman sebelumnya jadi Vivi seperti kurang nyaman bertemu saya".
"Saya mencoba menjelaskan tapi tidak pernah di berikan kesempatan" dengan wajah menyedihkan nya.
Alice yang melihatnya menjadi luluh.
"Kalau begitu selesaikan lah dulu masalah kalian, Tante titip anak Tante ya nak".
"Baik Tante sebelumnya terima kasih telah memberi saya kesempatan berbicara dengan Vivi".
"Iya, Tante lihat kamu orang yang baik jadi Tante izinkan".
"Vivi kalau sudah selesai dengan pembicaraan kalian hubungi mami".