NovelToon NovelToon
Jevan Dan Para Perempuan

Jevan Dan Para Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Duniahiburan / Showbiz / Dikelilingi wanita cantik / Mengubah Takdir
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sitting Down Here

Sejak lahir, Jevan selalu di kelilingi oleh para perempuan. Ia tak pernah tahu dunia lain selain dunia yang di kenalkan oleh ibunya yang bekerja sebagai penari pertunjukan di sebuah kota yang terkenal dengan perjudian dan mendapat julukan The sin city.

Jevan terlihat sangat tampan sampai tak ada satupun perempuan yang mampu menolaknya, kecuali seorang gadis cuek yang berprofesi sebagai polisi. Jevan bertemu dengannya karena ia mengalami suatu hal yang tak lazim di hidupnya.

Peristiwa apakah yang telah di alami oleh Jevan? Ikuti ceritanya yuk!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 Penawaran yang Menyebalkan

Ponsel Jevan kembali berdering ketika ia sedang berbicara dengan mommy-nya sambil makan malam bersama di meja makan di apartemen mereka yang mungil.

"Jev, sebaiknya kamu angkat telepon itu dulu. Siapa tau itu penting"

"Nomornya tak kukenal, mommy. Itu yang membuatku malas untuk mengangkatnya"

"Angkat saja dulu, Jev. Kalau salah sambung baru deh kamu matikan teleponnya"

"Oke, mom"

Jevan lalu menuruti permintaan mommy-nya dengan mengangkat telepon.

"Halo... Siapa ini?"

"Ini Elizabeth Rider, guru kamu. Aku kan pernah memberitahu nomorku padamu"

"Sorry miss, sepertinya aku lupa menyimpannya" Jevan sebenarnya malas menyimpan nomer gurunya itu karena ia tahu gurunya punya maksud lain. Memang sudah hampir 2 tahun ini Jevan kembali bersekolah untuk menamatkan jenjang SMA-nya. Di perkirakan Jevan akan lulus paling cepat bersamaan dengan tahun kelulusan Jenny. Sekolah SMA di Amerika Serikat yang normal sebenarnya berlangsung selama 4 tahun mulai dari kelas 9 sampai dengan kelas 12.

"Jevan, bisakah kamu datang ke rumahku sekarang? Ada hal penting yang ingin aku bahas denganmu" Jevan melirik jam tangannya. Jam menunjukkan pukul 8 malam.

"Maaf miss, bisakah besok saja? Sekarang sudah malam. Aku rasa tak pantas jika aku mengunjungi miss di jam segini"

"Aku rasa aku tak punya waktu untuk besok karena aku juga baru selesai mengajar di sore hari"

"Sore hari jam berapa, miss? Jika masih jan 5 sore aku rasa aku bisa"

"Baiklah, kalau begitu jemput aku di sekolah jam 5 sore. Setelah itu kita ke apartemenku"

"Apa tak bisa di mall atau tempat terbuka lain, miss?"

"Kita akan melakukan pembicaraan penting, Jevan. Akan bahaya jika kita membicarakannya di tempat terbuka, nanti orang lain ada yang tahu"

"Maksud miss pembicaraan ini bersifat rahasia?"

"Exactly, tepat sekali. Kamu memang pintar, Jevan"

"Baiklah, kalau begitu aku akan datang"

"Bagus sekali, aku tunggu ya"

***

Beberapa hari kemudian, Jevan dan Rafe berada di sebuah hotel. Rafe memesan kamar hotel agar ia dan Jevan dapat berbagi hasil setelah melakukan pekerjaan merampok kasino yang mereka lakukan di waktu yang tidak tentu karena mereka memang tak pernah menjadwalkannya secara rutin.

"Bagaimana kabar Louisa, Jev?"

"Baik. Dia sudah keluar dari rumah sakit kemarin"

"Aku senang mendengarnya, Jev"

"Yeah, aku juga"

"Sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan denganmu, Jev"

"Aku juga, Rafe"

"Tumben. Tentang apa? Louisa?"

"Bukan Louisa, tapi orang lain"

"Wanita?"

"Iya. Tapi lebih baik kamu duluan yang bicara, Rafe"

"Baiklah, ini tentang Cherly"

"Ada apa dengannya? Bukannya kau telah berhasil menaklukannya?"

"Di tempat tidur iya, tapi hatinya belum"

"Maksudnya gimana, Rafe? Kamu sudah menyatakan perasaanmu padanya, kan?"

"Iya sudah, dan dia juga sudah bilang cinta padaku"

"Jadi apa masalahnya? Kalian kan juga sudah tinggal bersama"

"Masalahnya aku ingin menikahinya tapi dia tak mau"

"Oh ya? Kenapa dia tak mau?"

"Karena dia masih trauma dengan perceraian kedua orang tuanya. Setelah mereka bercerai, masing-masing menikah lagi dan mengabaikan Cherly. Ia di titipkan ke neneknya sampai ia dewasa. Dia bilang pernikahan itu kan hanya selembar kertas yang penting kan kita masih bisa terus bersama tanpa harus menikah"

"Kamu bilang ga Rafe kepada Cherly kenapa kamu mau menikahinya?"

"Iya, aku bilang. Pertama, ini adalah caraku menghargai pasanganku. Yang kedua, aku ingin membentuk keluarga, yang artinya aku ingin punya anak. Jadi aku ingin segalanya resmi. Kalau punya anak supaya dia bisa punya Birth Certificate. Aku udah pikirkan semuanya, Jev. Walau pernikahan itu hanya demi selembar kertas, tapi kertas itu kan berharga"

"Iya, aku ngerti. Dan kamu juga udah berkorban dengan pindah ke sini demi Cherly. Aku tau ini akan kedengaran tidak enak untuk di tanyakan, tapi kalau dia masih juga ga mau nikah sama kamu gimana? Sampai kapan kamu mau nunggu dia?"

"Entahlah, aku belum tau jawabannya. Tapi aku juga manusia biasa, tak mungkin menunggu selama itu. Satu tahun mungkin bisa jadi batasku, Jev"

"Satu tahun lama juga loh. Kamu yakin, Rafe?"

"Ga yakin sih, tapi aku akan coba. Well, cukup sudah soal aku. Sekarang giliranmu. Apa yang kamu mau bicarakan, Jev?"

"Umm... Kamu kan tau aku lagi sekolah, Rafe... "

"Iya... Terus? Wait a minute... Jangan bilang kalau kamu mau berhenti sekolah, Jev!"

"No, bukan itu. Tapi... Well, ada seorang guru perempuan yang bisa menjanjikan aku lulus lebih cepat dari yang seharusnya"

"Oh ya? Bagaimana? Apakah kamu harus ikut tes dulu?"

"Kalau seperti itu aku juga mau, Rafe"

"Jev, jujurlah padaku. Apakah kamu telah merayunya agar ia bisa meluluskan kamu lebih cepat?"

"Justru sebaliknya, Rafe. Dia yang merayuku. Beberapa hari yang lalu dia memintaku untuk menjemputnya dari sekolah tempat ia mengajar ke apartemennya. Setelah sampai di apartemennya dia malah melucuti seluruh pakaiannya di hadapanku"

"Oh no, jangan bilang kalau kamu menuruti permintaannya"

"Well... "

"Jangan bilang padaku kalau kau cuma manusia biasa yang punya hasrat dan blablabla... Alasan lain yang aku tak mau dengar, Jev! Kok kamu bisa sebodoh itu sih?" Rafe kemudian memukul kepala bagian belakang Jevan karena kesal.

"Awww! Sakit, Rafe!"

"Biarin! Kau pantas mendapatkannya, anak bandel! Kalau dia klien kamu sih itu wajar, at least dia bayar kamu. Ini seolah-olah dia hanya mau gratisan dari kamu!"

"Rafe, bukan begitu... "

"Oke, aku atur nafasku dulu sebentar karena terus terang saja aku kesal sama kamu"

"Rafe... "

"Kalau kamu mau tempuh cara itu, setidaknya minta bukti dulu sama dia kalau dia memang bisa bantu kamu untuk lulus lebih cepat. Karena, maaf saja Jev, kalau yang menjanjikan adalah kepala sekolah kamu, itu masih masuk akal. Tapi dia kan hanya seorang guru. Memangnya dia punya wewenang untuk itu?"

"Dia sih bilangnya kenal dekat sama orang dalam yang bisa bantu dia"

"Aku curiga jangan-jangan dia juga merayu si orang dalam ini"

"Kalau itu aku tak tahu, Rafe"

"Jev, please jangan terlalu naif. Aku tau kamu masih muda tapi jangan mau di bodohi dan di manfaatkan seperti ini"

"Iya Rafe, aku mengerti maksudmu"

"Maaf kalau tadi aku memukulmu. Aku sayang kamu, Jev. Kamu sudah seperti adikku sendiri jadi aku ingin kamu jadi orang yang lebih baik, demi masa depanmu juga"

"Kamu juga sudah seperti kakakku sendiri, Rafe. Makanya aku hanya membicarakan ini denganmu karena aku tau kamu bisa aku percaya. Aku bahkan terlalu malu untuk cerita ke mommy aku"

"Ya, jangan cerita ke mommy kamu, Jev. Takutnya dia malah jadi sedih karna tau anaknya hanya di manfaatkan oleh oknum guru yang tidak bertanggung jawab"

"Aku janji akan cari tau tentang ini sebelum menyetujui tawarannya"

"Jadi kamu memang belum menjawab tawarannya tapi sudah mau tidur dengannya?"

"Sayangnya sih iya, Rafe"

"Jangan lakukan itu lagi. Oke? Kalau perlu kamu pindah dan cari sekolah lain lagi"

"Baiklah"

"Sekarang ayo peluk kakakmu yang tampan ini"

"Peluk aja kan ga minta yang lain lagi?"

"Emangnya kamu kira aku cowok apaan, hah?"

Bukannya berpelukan mereka malah bercanda sambil saling meninju pelan bahu masing-masing. Mereka baru berhenti ketika ponsel Jevan berdering.

"Siapa yang telepon? Guru itu lagi?"

"Bukan. Tapi seharusnya ini telepon untukmu, Rafe"

"Maksud kamu apa, Jev?"

Jevan lalu menunjukkan ponselnya kepada Rafe agar Rafe tahu identitas si penelepon.

1
Ryan Hidayat
who???
Out on Corner: jawabannya ada di bab yang aku post hari ini ya 🙏
total 1 replies
anggita
klo lagi gugup... kadang juga bisa gagap😁
Out on Corner: /Grin/
total 1 replies
anggita
like👍+☝☝iklan.
anggita
🔥❤Louisa.. 😘Jevan... Jennie😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!