Antara Cinta Dan Cita-cita

"Papa, Agung memberi hormat pada papa"

Kemudian Agung membungkukkan badannya kearah tuan Dedi.

"hahaha... bagus aku punya anak dua laki-laki sekarang dan kau harus menjaga Roy, karena walaupun dia lebih tua darimu, dia ini orangnya bengal dan susah diatur"

Roy hanya menggaruk kepalanya mendengar ucapan ayahnya sedangkan Agung hanya tersenyum.

mereka berbincang dengan suasana gembira dan Agung harus mengakui bahwasanya Dia sangat tersentuh dengan keramahtamahan yang ditunjukkan oleh Tuan Dedi padanya.

ketika mereka sedang asyik berbicara, seorang asisten rumah tangga datang mengatakan bahwa makanan telah dihidangkan di ruang makan.

"ayo kita makan dulu baru kita lanjutkan ngobrolnya"

Tuan Dedi mengajak Agung dan Dila untuk makan bersama sekaligus merayakan angkat saudara antara Roy dan Agung.

setelah makan mereka terus berbincang namun Agung yang berniat untuk mengobati penyakit tuan Dedi menyampaikan niatnya.

"pah, bagaimana kalau aku coba lagi untuk melihat penyakit papa"

alangkah senangnya hati Tuan Dedi tentunya dia juga berharap Agung bersedia untuk mengobati penyakitnya namun karena sebelumnya Agung menolak dengan halus maka Tuan Dedi tidak berani untuk memaksanya.

"hahaha... bagus terima kasih anakku, oh ya , apa yang harus dipersiapkan?"

"tidak ada pa, sediakan aja ruangan untuk papa karena saya akan mengurut papa"

"Oke ayo kita ke kamar tamu saja"

dengan sangat bersemangat Tuan Dedi mengajak Agung ke kamar tamu, sampeyan di kamar tamu kembali Agung menggelengkan kepalanya.

bagaimana tidak ruang tamu di rumah tuan Dedi jauh lebih besar dari rumahnya dan terlihat sangat megah dan mewah.

"papa berbaring dan buka bajunya"

setelah Tuan Dedi berbaring, Agung mengambil minyak urut yang memang sudah disiapkan oleh Agung, dengan resep dari buku warisan almarhum ayahnya.

hampir 1 jam Agung melakukan urut tradisional berdasarkan teknik yang terdapat di buku pengobatan warisan almarhum ayahnya.

Agung terlihat mandi keringat, Agung merasa sangat lelah karena ketika dia melakukan mengurut Tuan Dedi dia harus mengeluarkan tenaga internalnya.

karena ini adalah yang pertama bagi Agung untuk melakukan urut tradisional berdasarkan teknik warisan almarhum ayahnya maka dia belum bisa mengontrol tenaga internalnya sehingga dia merasakan sangat keletihan, l sehingga seluruh tubuhnya basah kuyup oleh keringat.

"Oke pak untuk hari ini cukup sampai di sini dulu lain kali kita lihat perkembangan kalau memang papa ada perubahan akan saya teruskan pengobatannya dan besok saya akan kirimkan ramuan obat untuk memulihkan kesehatan papa"

Tuan Dedi meneteskan air mata melihat kondisi Agung yang sangat memprihatinkan dia tentunya tahu dan bisa merasakan bagaimana letihnya Agung ketika mengobatinya.

setelah dia memakai bajunya dia langsung memeluk Agung sambil berkata.

"terima kasih anakku mungkin Tuhan masih menyayangiku sehingga dia mengirimkan kepadaku"

Agung hanya terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa merasakan pelukan tulus dari Tuan Dedi.

setelah beristirahat kurang lebih setengah jam akhirnya Agung mohon pamit pada Tuan Dedi dan Roy, karena dia harus bersiap untuk mengontrol usaha gerobak jamunya nanti malam

sebelum Agung pergi tiba-tiba Tuan Dedi memanggil Agung.

"nak Agung ini nggak boleh ditolak kau adalah anakku dan aku harus memberikan sesuatu padamu, jadi terimalah dua pemberianku ini kalau kau masih menganggap aku ayahmu kamu tidak boleh menolaknya"

Tuan Dedi menyerahkan sebuah kunci rumah dan sebuah kunci mobil.

"kunci rumah ini adalah ruko tempat kamu Buka lapak gerobak jamu di bypass, rukonys ada empat pintu dan semuanya sekarang jadi milikmu dan mobil yang akan papa berikan untukmu, maaf karena acaranya mendadak jadi papa belum sempat belikan mobil terbaru untukmu.

 jadi untuk sementara kamu boleh pakai mobil Ferrari yang di sebelah sana yang di samping mobilnya Roy"

Dila dan Agung bengong mendengar pemberian dari tuan Dedi pada Agung.

"tapi ini terlalu mahal pa "

ucap Agung mencoba menolak pemberian dari tuan Dedi.

"kalau kamu tidak menerimanya berarti kau tidak menganggap aku ini papamu, kau telah menganggap aku papamu bahkan kau bersedia untuk mengobatiku, dan aku tidak ingin orang mengatakan aku pelit tidak memberi apa-apa pada anakku dan tentunya Roy tidak akan keberatan kan ?"

"nggak papa, malah Roy senang ntar kalau Agung terus naik motor bututnya bisa-bisa Roy yang diejek sama kawan-kawan, masa adiknya bos Roy, naik motor butut"

"bos apaan? bosok ?" sahut Tuan Dedi yang tidak senang mendengar Roy menyebut dirinya bos.

"kau punya SIM kan? kalau nggak punya biar besok kita urus"

"punya pa , dulu waktu masih kuliah aku sempat jadi sopir panggilan" jawab Agung.

"baguslah kalau begitu bawa aja sekalian mobilnya, motornya tinggalkan saja di sini" ucap tuan Dedi

"sudah buang aja motornya itu Gung, sudah butut untuk apa di pakai lagi, nanti Abang beli yang baru yang keren, motor limited edition" sahut Roy

"jangan bang, itu motor kenang-kenangan, itu adalah motor ayah dulu , waktu dia masih hidup, besok biar aku jemput kemari motornya"

"nggak usah biar aku suruh orangku nanti ngantarnya ke rumahmu"

Agung mengangguk setuju dan karena Tuan Dedi dan Roy terus memaksa, akhirnya Agung menerima pemberian mobil dan ruko 4 pintu dari tuan Dedi.

Agung dan Dila dipaksa pulang naik mobil sama Tuan Dedi, sedangkan motor bututnya akan diantar ke rumah sewanya oleh anak buahnya Roy.

setelah berpamitan Agung dan Dila meninggalkan rumah tuan Dedi naik mobil Ferrari pemberian dari tuan Dedi.

"berarti cita-cita lu udah terkabul ya, sekarang kan udah punya ruko 4 pintu dan mobil Ferrari"

ucap Dila ketika mereka sudah berada di dalam mobil Ferrari pemberian dari tuan Dedi

"belum lah ini kan pemberian orang, aku itu mau sukses dengan usahaku sendiri, itu cita-citaku "

"hahaha dasar lu tapi ya syukurin aja lah setidaknya sekarang nggak ada yang meremehin kamu lagi, dan aku mau nanti kita ke pesta nya Fira naik mobil ini oke"

Agung hanya mengangguk, kemudian dia mengarahkan mobilnya ke rumah Dila karena dia ingin mengantarkan Dila pulang.

ketika Agung sampai di rumah sewanya semua orang-orang yang ada di sana melotot melihat mobil Ferrari yang dikendarai oleh Agung.

"eh bang Agung , ini mobil abang ? keren ya Ferrari cie cie cie"

ucap seorang gadis tetangga Agung yang memang selama ini naksir sama Agung namun Agung tidak meladeninya.

karena nanti malam dia harus mengontrol gerobak jamunya maka Agung pamit untuk istirahat dia memarkirkan mobilnya di depan rumah sewanya.

sesampainya di dalam kamar Agung yang yang rebahan di atas tempat tidurnya mencoba untuk istirahat tidur sejenak namun matanya terpejam tapi pikirannya terus melayang.

"besok aku akan pindahkan mobil ke ruko dan juga aku akan siapkan satu pintu ruko untuk tempat tinggalku meskipun aku akan lebih sering tinggal di rumah sewa ini, satu pintu akan aku buat jadi restoran obat herbal di sana aku akan menjual semua minuman-minuman sehat dari bahan-bahan herbal, sedangkan dua ruko lainnya akan aku persiapkan untuk mewujudkan salah satu keinginanku yaitu bimbel untuk mahasiswa baru dan siswa SMP SMA namun untuk pertama aku hanya buka bimbel untuk mahasiswa baru, yah besok aku harus ke kantor untuk melihat perkembangan"

keesokan harinya Agung berangkat kerja ke PT Cemerlang Jaya, ketika dia baru saja duduk di di kursi kerjanya, Sheila ajudannya datang membawa laporan.

"bagaimana perkembangannya Shell?"

"bagus pak sekarang produk kita sudah mulai populer dan stok kita sudah hampir habis terjual, rencananya perusahaan akan meningkatkan produksi karena banyak permintaan dari daerah yang tidak bisa dihandle dan bahkan saat ini di kota Medan juga produk kita sudah mulai membuming"

Agung menganggukkan kepalanya dia cukup puas dengan hasil yang dirancangnya setidaknya rancangannya bisa membangkitkan laba perusahaan

"apa ada halnya lainnya lagi?"

"kemarin asistennya tuan Hendrik pesan kata Tuan nanti jika bapak masuk supaya menemui Tuan Hendrik"

"apa Tuan Hendrik sudah masuk kantor?"

"sudah pak setengah jam yang lalu Tuan Hendrik sudah ada di ruangannya"

tentunya Sheila tahu apakah Tuan Hendrik masuk kantor atau nggak karena kebetulan ruangan mereka bersebelahan.

Agung berjalan ke ruangan Tuan Hendrik karena dia penasaran apa yang ingin disampaikan oleh Tuan Hendrik.

setelah dipersilakan oleh Tuan Hendrik, Agung masuk ke dalam ruangan Tuan Hendrik.

"silakan duduk nak Agung"

"baik terima kasih Tuhan"

"rasanya risih dipanggil tuan sama nak Agung mulai hari ini nak Agung panggil om saja oke"

aku mengangguk dan tidak keberatan