MENGEJAR CINTA ISTRIKU

Tok...tok...tok...

“Masuk”, ucap Duke Raymond tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas yang ada dihadapannya.

Wajahnya langsung mendongak ketika aroma wangi yang selama ini membuatnya gila menerjang indera penciumannya dengan sorot mata berbinar.

“Maaf jika saya menganggu kesibukan Duke”, ucap Dunchess Roselyn tak enak hati melihat tumpukan kertas ayng menjulang tinggi di meja kerja Duke Arymond.

“Tidak apa, masuklah”, ucap Duke Raymond ramah.

Dunchess Roselyn mendorong kereta makanan yang dibawa bersamanya dan mulai menata masakan yang dibuatnya diatas meja.

“Saya membuat makan siang ini sebagai ucapan terimakasih karena Duke telah membantu menyembuhkan penyakit Nathan sehingga anak saya bisa sehat seperti sedia kala”, ucap Dunchess Roselyn tulus.

“Jangan sungkan, kamu adik dari sahabatku jadi wajar jika aku membantumu”, ucap Duke Raymond sambil bangkit dari kursi kerjanya dan duduk disofa berhadapan dengan Dunchess Roselyn.

Deg,

Jantung Duke Raymond berdetak kencang waktu melihat Dunchess Roselyn tersenyum ramah kepadanya sambil membenarkan anak rambut yang dia selipkan dibelakang telinganya.

Untung saja rambut Duke Raymond panjang sehingga telinganya yang telah memerah akibat senyum manis yang Dunchess Roselyn berikan kepadanya tak sampai diketahui wanita itu.

“Saya memasak sendiri makan siang ini sebagai ucapan terimakasih, saya harap Duke menyukainya”, ucap Dunchess Roselyn yang langsung mengambilkan piring yang diatasnya diisi dengan berbagai macam lauk serta kentang panggang sebagai karbohidratnya.

Menghirup aroma masakan yang sangat harum, air liur Duke Raymond hampir saja menetes jika dia tak buru-buru menutup mulutnya dan berdehem untuk menetralkan wajahnya.

“Makanlah selagi panas Duke, karena jika dingin maka rasanya sudah tak akan enak lagi”, ucap Dunchess Roselyn tersenyum ramah.

Lagi-lagi jantung Duke Raymond berdetak kencang, membuat lelaki itu sampai harus berdehem beberapa kali untuk menetralkannya.

Duke Raymond mengambil piring yang berisi nasi dan lauk yang diambilkan oleh Dunchess Roselyn dan mulai menyantapnya.

Begitu suapan pertama masuk kedalam mulut, sensasi rasa yang selama ini belum pernah dia rasakan menari diatas lidahnya hingga tanpa sadar kedua matanya berbinar cerah dan tangan besarnya segera memasukkan suapan demi suapan kedalam mulutnya.

Melihat reaksi yang diberikan oelh Duke Raymond, Dunchess Roselyn merasa lega karena sahabat kakaknya itu tampaknya menyukai masakannya.

“Syukurlah jika Duke Raymond suka dengan masakan saya”, ucap Dunchess Roselyn lega.

“Masakanmu sangat enak. Bahkan koki kekaisaran saja kalah dengan anda, Dunchess”, ucap Duke Raymond penuh pujian.

Mendapat pujian dari Duke Raymond, kedua pipi Dunchess Roselyn memerah karena tersipu malu dan hal itu sukses membuat Duke Raymond tersedak.

Uhuk...uhuk....

Dunchess Roselyn buru-buru memberikan air putih sambil mengusap punggung Duke Raymond dengan lembut.

Hal yang Dunchess Roselyn lakukan bukan membantu Duke Raymond, justru perbuatannya tanpa sadar membuat lelaki itu semakin tersedak hingga wajahnya memerah.

“Jantung, kenapa kamu murahan sekali hingga diperhatikan seperti ini saja kamu sudah berdetak dengan cepat”, batinnya meruntuki diri sendiri.

Melihat Duke Raymond tampak tak nyaman makan ditemani oleh orang lain membuat Dunchess Roselyn pun pamit undur diri dengan alasan ingin melihat kondisi Nathan karena badan bocah kecil tersebut kembali hangat.

“Jangan lupa minumkan ramuan yang tabib berikan kemarin, itu bisa membuat staminanya meningkat dengan cepat”, ucap Duke Raymond penuh perhatian.

“Terimakasih Duke atas perhatiannya”, ucap Dunchess Roselyn tulus sebelum sosoknya menghilang dibalik pintu.

“Ah, bodoh kamu Raymond. Diperhatikan begitu saja sudah salah tingkah seperti itu. bikin malu saja”, Duke Raymond kembali meruntuki dirinya yang begitu lemah akan pesona Dunchess Roselyn.

Selama ini bukan hanya tak pernah dekat dengan wanita, Duke Raymond bahkan tak pernah menganggap wanita itu ada dan penting untuk dirinya karena dia berpikir waktunya habis dipergunakan untuk memakmurkan wilayahnya dan memberantas para monster yang mengangu keamanan warga sehingga dia sama sekali tak pernah memikirkan masalah percintaan, apalagi niat menikah sama sekali tak ada dalam benaknya.

Tapi, begitu Dunchess Roselyn datang, entah kenapa semuanya menjadi berubah seakan tak terkendali seperti saat ini.

Melihat makanan yang ada dihadapannya adalah buatan tangan Dunches Roselyn maka Duke Raymond pun dengan penuh semangat menghabiskannya meski wanita itu tak lagi mendampinginya makan akibat kebodohannya yang membuat Dunchess Roselyn sedikit canggung.

***

Kabar penyerangan yang menimpa Duke Armand dengan cepat menyebar keseluruh ibukota karena waktu kejadian tersebut bertepatan dengan prajurit yang melakukan patroli keliling, sehingga mereka mengetahui semua kejadian yang menimpa pewaris Bernard tersebut.

Dunchess Liona yang hendak pergi kekantin untuk membeli makanan tak sengaja mendengar percakapan antara dua suster yang sedang berbincang di kuris belakang tempat duduknya mengenai kondisi Duke Armand, membuat ide licik mulai muncul dikepalanya.

“Ini kesempatan bagus untuk menarik simpati Duke Armand sekaligus mencari tahu apakah benar Duke Armand sudah menemui lelaki sialan itu”, batinnya geram.

Setelah cukup terkejut mendengar jika lelaki yang menyerang Duke Armand memakai atribut Dark Eagle, Dunchess Liona kembali dibuat terkejut mendapatkan kabar dari anak buahnya yang lain jika Duke Armand dan Jonathan sempat pergi kekedai Elyptus.

Meski sang pemilik yang telah membocorkan identitasnya sebagai pemilik asli Dark Eagel telah dia bunuh, namun dia tetap harus memastikan semuanya sendiri.

Dan kali ini Dunchess Liona sangat berharap Duke Armand masih tetap mempercayai semua perkataannya seperti sebelum-sebelumnya meski telah mengetahui semua fakta yang ada.

“Bukankah dia sangat membenci istrinya itu. Kurasa dia tak akan marah atas perbuatanku yang secara tidak langsung telah membebaskannya dari jeratan wanita sialan itu”, batinnya penuh percaya diri.

Tak ingin mendapatkan masalah di Mansion Bernard, Dunchess Liona terlebih dahulu mencari tahu mengenai keberadaan tuan dan Nyonya Bernard saat ini.

Begitu dia mendengar jika kedua orang tua Duke Armand sedang berada diluar kediaman, Dunches Liona pun bergegas pergi dengan wajah riang.

Tak lupa dia membawa serta Harry yang sudah dia breafing didalam kereta mengenai apa saja yang harus dia lakukan dan katakana ketika menjenguk Duke Armand agar bocah kecil itu tak lagi mengulangi kesalahan seperti sebelumnya.

“Baik ibu, kali ini aku akan lebih berhati-hati lagi dalam berkata agar tak menyingung paman”, ucap Harry patuh.

“Bagus. Ingat, tunjukan perhatianmu agar kasih sayang paman tak lepas darimu”, ucap Dunchess Liona kembali mendoktrin pikiran bocah kecil itu yang hanya bisa mengangguk patuh dengan wajah polosnya.

Dunchess Liona merasa puas akan sikap yang ditunjukkan anak semata wayangnya tersebut dan berharap semua rencananya hari ini bisa berjalan dengan lancar.

Sementara itu dimansion Bernard, Duke Armand tampak merenung sambil duduk diatas ranjangnya, menatap kearah jendela kamar yang terbuka lebar.

Pikirannya kembali pada obrolan dengan ayahnya semalam yang sedikit banyak membuat hatinya tercerahkan.

“Benar kata ayah, sejak aku tahu jika yang menyelamatkanku adalah istriku maka perlahan rasa yang kumiliki terhadap Dunchess Liona pulai pudar”

“Aku bahkan mengabaikan pesan yang dikirimkan oleh pelayan pribadinya agar aku menemuinya dirumah sakit dan lebih memilih mencari keberadaan istri dan anakku yang entah dimana keberadaannya kini”,batin Duke Armand galau.

Duke Armand bersumpah akan membuat Dunchess Liona membayar semuanya jika terbukti wanita licik itulah yang menculik istri dan anaknya setelah dia tahu jika wanita yang dulu sangat dia puja tersebut ternyata adalah dalang dibalik penyerangan yang menimpa istri dan anaknya dan juga memberikan Nathan racun ular es hingga kondisinya kritis seperti saat ini.