NovelToon NovelToon
Menjadi Figuran

Menjadi Figuran

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Spiritual / Anak Genius / Romansa / Masuk ke dalam novel
Popularitas:78.1k
Nilai: 4.7
Nama Author: sayaa aull.

Tidak disangka, aku masuk ke dalam tubuh seorang figuran yang tak lama lagi akan mati tertabrak saat menyelamatkan pemeran utama. Bisakah aku mengubah takdir ini?


cerita tidak terlalu berat, karna kalo berat dilan yang nanggung...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayaa aull., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23

Di ruang tamu, Mami dan Daddy sedang bersantai sejenak sebelum juga naik ke kamar mereka.

"Aku senang melihat Ara begitu bahagia," kata Mami sambil meregangkan tubuhnya. "Liburan ini benar-benar memberikan banyak keceriaan untuknya."

Daddy mengangguk setuju. "Dia layak mendapatkannya. Setelah semua yang dia alami, ini adalah jeda yang dibutuhkannya."

Mereka saling berpandangan dengan penuh kasih, merasa lega bahwa liburan ini telah memberi mereka waktu berkualitas bersama.

"Besok, kita harus memastikan dia siap untuk kembali ke rutinitas sekolah. Tapi untuk sekarang, mari kita nikmati momen tenang ini," tambah Daddy sambil menarik Mami ke dalam pelukan hangat.

Mami tersenyum dan mengangguk. "Ya, besok akan datang dengan tantangan baru. Tapi untuk malam ini, kita bisa tidur nyenyak mengetahui bahwa Ara merasa lebih baik."

Dengan itu, mereka naik ke kamar mereka masing-masing, bersiap untuk beristirahat setelah hari yang panjang namun memuaskan. Di seluruh rumah, keheningan malam merayap masuk, membawa ketenangan setelah hari yang penuh dengan kebahagiaan dan kedamaian.

Di tengah malam yang sunyi, Ara terbangun dari tidurnya. Matanya masih setengah terpejam, tetapi rasa haus membuatnya perlahan-lahan terbangun sepenuhnya. Dia meraih gelas di samping tempat tidurnya dan menyesap air dengan perlahan. Setelah minum, dia bersandar kembali di bantalnya, tetapi kali ini pikirannya mulai melayang jauh.

Ara menatap ke langit-langit kamar dengan mata yang hampa, suasana gelap hanya diterangi oleh sinar bulan yang samar masuk melalui celah tirai. Segala kenangan dari masa lalunya mulai menghantui pikirannya. "Bagaimana jika semua kebahagiaan ini hanya sementara? Bagaimana jika semuanya tiba-tiba hilang?" gumamnya, suaranya hampir tidak terdengar di keheningan malam.

Hatinya terasa sesak memikirkan kemungkinan-kemungkinan itu. "Bagaimana jika aku harus kembali ke dunia lamaku dan menjadi Maura yang kesepian lagi?" pikir Ara, matanya mulai berkaca-kaca. Dia tahu betul bagaimana rasanya berada di tempat gelap itu, tempat di mana dia merasa tidak dicintai dan sendirian.

Ara ingat dengan jelas bagaimana hidupnya sebelum semuanya berubah, sebelum dia menjadi bagian dari keluarga ini. Dia ingat hari-hari yang dingin dan sepi, ketika dia hanya bisa bermimpi tentang memiliki orang tua yang penuh kasih seperti sekarang. Ketika semua orang sepertinya hanya melihat melalui dirinya, seolah-olah dia tidak ada.

"Meskipun tubuh ini bukan milikku, di sini aku menemukan kasih sayang yang selalu ku impikan," ucap Ara pelan, suaranya bergetar dengan emosi. Matanya kini basah oleh air mata yang mengalir tanpa henti. Di rumah ini, dengan mami dan daddy, Ara menemukan cinta dan perhatian yang dulu hanya ada dalam mimpi-mimpinya.

Namun, bayangan kehilangan semua ini membuat hatinya teriris. “Aku hanya ingin bersama mami dan daddy,” bisik Ara, memeluk bantalnya erat-erat seolah mencari kehangatan dan kenyamanan dari sesuatu yang nyata.

Dia menutup matanya dengan erat, mencoba menahan air mata yang semakin deras mengalir. Bagaimana jika suatu hari dia terbangun dan menemukan bahwa semua ini hanya mimpi? Bagaimana jika dia kembali ke hidupnya yang lama, di mana dia tidak lebih dari seorang Maura yang kesepian?

Ara mencoba mengusir pikiran-pikiran itu, tetapi rasa takut dan ketidakpastian terus menghantuinya. Dia menggigit bibirnya untuk menahan isak yang mulai terdengar. Hati kecilnya memohon agar kebahagiaan ini nyata dan abadi. Dia tidak ingin kehilangan mami dan daddy yang telah memberinya kehidupan baru yang penuh dengan cinta dan kebahagiaan.

Air matanya jatuh tanpa henti, mengalir di pipinya yang lembut. Ara merasa tersesat di lautan emosinya sendiri, terbawa oleh gelombang ketakutan dan kecemasan. Dia hanya ingin memastikan bahwa kasih sayang yang dia rasakan sekarang tidak akan pernah pergi. Dia ingin percaya bahwa ini bukanlah kebahagiaan sementara yang akan segera berakhir.

"Mami, Daddy...," bisiknya pelan di tengah malam, seolah-olah memanggil mereka dalam kegelapan. Ara berharap bisa merasakan pelukan mereka, mendengar suara lembut mereka yang menenangkannya. Tapi malam yang sepi hanya menjawab dengan keheningan, meninggalkannya sendiri dengan semua kekhawatiran dan ketakutannya.

Dengan mata yang berat oleh air mata dan hati yang penuh dengan kerinduan dan harapan, Ara akhirnya tertidur lagi. Mimpinya dipenuhi oleh bayangan kebahagiaan yang dia harap bisa dia pertahankan selamanya, dan ketakutan akan kehilangan yang terus menghantuinya.

Ilustrasi ara menangis

...****************...

Pagi ini, Ara terbangun lebih awal dari biasanya. Setelah malam yang penuh dengan emosi dan kekhawatiran, dia memutuskan untuk memulai harinya lebih cepat. Dia perlahan bangkit dari tempat tidur dan merapikan selimutnya, berusaha mengusir sisa-sisa mimpi buruk yang masih membayangi pikirannya.

Ara menuju kamar mandi, membasuh wajahnya dengan air dingin, mencoba menyegarkan pikirannya. Setelah mandi, dia berdiri di depan cermin, memandang pantulan dirinya yang masih terlihat sedikit pucat. Dengan hati-hati, dia memoles wajahnya, menambahkan sedikit warna di pipinya untuk menyembunyikan jejak air mata dari malam sebelumnya. Dia tahu bahwa dia tidak ingin orang tuanya khawatir melihatnya dalam keadaan seperti ini.

Setelah merasa cukup siap, Ara menyambar tas sekolahnya dan turun ke bawah untuk sarapan. Ketika mencapai ruang makan, dia mendapati kedua orang tuanya sudah duduk di meja, menunggu kedatangannya dengan senyum hangat.

“Selamat pagi, Daddy, Mami,” sapa Ara, sambil mencium kedua pipi mereka dengan penuh kasih sayang.

“Selamat pagi, sayang,” jawab Daddy dan Mami serentak, senyum mereka menambah kehangatan di pagi yang sejuk ini. “Ayo duduk, Mami sudah menyiapkan susu dan roti coklat kesukaanmu,” tambah Mami dengan penuh perhatian.

Ara tersenyum lebar. “Terima kasih, Mami,” katanya, duduk di kursi dan mulai menikmati sarapannya. Setiap gigitan roti coklat yang lembut dan segelas susu hangat membuatnya merasa sedikit lebih baik, membawa sedikit kelegaan di tengah keraguan yang masih menghantuinya.

Mereka menikmati sarapan dengan tenang, berbicara ringan tentang hal-hal sehari-hari. Setelah beberapa saat, Ara menyelesaikan makanannya dan menatap Daddy yang juga sedang memandangnya dengan penuh perhatian.

“Hari ini kamu akan berangkat bersama Daddy. Daddy masih khawatir sama kamu,” kata Daddy, nada suaranya lembut tetapi penuh dengan kekhawatiran yang tak tersembunyi.

Ara mengangguk perlahan, merasa kehangatan cinta dan perhatian dari orang tuanya. “Iya, Dad. Aku gimana Daddy aja, lagian aku belum bisa nyetir sendiri,” jawabnya dengan nada lembut, mengerti bahwa perhatian Daddy adalah caranya menunjukkan cinta dan kepedulian.

Setelah berkemas dan memastikan semua barangnya siap, Ara dan Daddy berjalan keluar rumah. Mobil sudah siap di depan, berkilauan di bawah sinar matahari pagi. Mami berdiri di ambang pintu, melambai dengan senyum hangat ketika mereka berjalan menuju mobil.

“Mami akan menjemputmu nanti, sayang. Jaga dirimu baik-baik,” kata Mami, suaranya penuh kehangatan dan kekhawatiran seorang ibu.

Ara mengangguk, merasakan dorongan kekuatan dari senyum ibunya. “Aku akan baik-baik saja, Mami. Terima kasih,” ucapnya, memeluk Mami sebentar sebelum akhirnya masuk ke mobil bersama Daddy.

Di dalam mobil, Ara duduk dengan nyaman, mencoba menikmati perjalanan ke sekolah. Daddy mengemudi dengan tenang, sesekali melirik ke arah Ara untuk memastikan dia baik-baik saja.

“Ara, kalau ada apa-apa yang membuatmu tidak nyaman, Daddy ingin kamu tahu bahwa kamu bisa bercerita ke Daddy kapan saja. Daddy selalu ada untukmu,” kata Daddy, suaranya penuh perhatian dan kasih sayang.

Ara menatap keluar jendela, merasa dadanya sedikit lebih ringan mendengar kata-kata Daddy. “Aku tahu, Dad. Terima kasih. Aku akan baik-baik saja,” jawabnya dengan senyum kecil, meskipun hatinya masih sedikit bimbang.

Ketika mereka mendekati sekolah, Ara mulai merasakan kegelisahan yang menyelinap ke dalam hatinya. Namun, dengan Daddy di sisinya, dia merasa lebih siap untuk menghadapi hari ini. Mobil berhenti di depan gerbang sekolah, dan Daddy membalikkan tubuhnya ke Ara.

“Daddy akan menjemputmu nanti, ya. Jangan khawatir tentang apapun. Fokus saja pada harimu dan ingat bahwa Daddy dan Mami selalu ada untukmu,” kata Daddy, memberikan senyum yang menenangkan.

Ara mengangguk, membuka pintu mobil dan keluar dengan perlahan. Dia melihat ke arah Daddy untuk terakhir kalinya sebelum berjalan menuju sekolah, merasakan kekuatan dari dukungan orang tuanya yang menyertai setiap langkahnya.

Ketika dia memasuki gerbang sekolah, Ara menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menghadapi hari yang mungkin penuh dengan kejutan. Meski bayangan ketakutan dan keraguan masih ada, dia tahu bahwa cinta dari Daddy dan Mami akan selalu menjadi cahaya yang membimbingnya di tengah kegelapan.

1
Xi Feng Jiu
Apa aku doang yg ngerasa percakapan mereka Terkesan Kaku banget
Xi Feng Jiu
Kok jadi begini bunyinya😭
Grey
Luar biasa
Fauziah Tallya
belum up lagi ka
Tia Saputri
ga lanjut lagi Thor?sayang loo kalo ga di lanjutin lagi, apalagi cerita nya lagi seru bgt
Retno Putri
kasian ibuk kantinnya.... tiap minggu pasti beli piring baru karna banyak yg pecah dujatohin truss sama si ruby... 🙁🙁
devi aryana
Luar biasa
Marlina
bru sampai sini ceritanya kurang.gini2 amat tiak ada yang tanguh2 gitu.itu si rubi di bisrkn aja gitu tetus
Marlina
Luar biasa
Marlina
Lumayan
Tia Saputri
udh 2 hari blm up thor
laili hidayati
ok
Hemalinep Hema
kok gak sama panggilan orang tua nya daddy dan mani seharus nya kan mommy
meMyra
🆗👍👍👍👍
selir Caesars
aku juga mau tauu digituin hihi
Nurwana
cocok sama Hariz...
Nurwana
kenapa bukan mulutnya saja yang kamu tonjok Ara....???
Nurwana
bagus Raina... lepaskan Arya... carilah orang yang mengerti dan menerima kamu dan yang menghargai perasaan mu.
Keisya Dilla
saranin pakai satu nama aja thor,,karna dah ditubuh Ara jadi pakai nama Ara aja thor,,jangan kadang Ara kadang Maura yg baca biar gak bingung Thor
Salsabila Arman
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!