Revanni terjebak dalam situasi yang sangat rumit baginya dimana tiba tiba ia tertangkap bersama dengan seorang pria beristri. Naasnya lagi, saat istrinya melihat ia langsung tak sadarkan diri dan meninggal dunia sebelum sampai di rumah sakit. Berita pun tersebar hingga ke pelosok negeri karena rupanya pria tua itu adalah seorang ceo sebuah perusahaan ternama di kota ini.
Melihat kejadian ini, sang anak tidak terima. Ia ingin membalas dendam atas kematian ibunya dengan menikahi Revanni dan menyiksanya setelah pernikahan. Akankah Reval sadar jika bukan Revanni yang menjadi simpanan ayahnya? Ataukah Revanni akan terus berkorban demi karier pelaku yang sesungguhnya?
Dukung kisahnya di 'Bukan wanita simpanan'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RENCANA REVAL
Jalanan pagi nampak masih sepi dari para pengendara roda dua maupun roda empat. Seperti biasa, pagi ini bu Meli pergi ke pasar untuk membeli sayuran dan bahan bahan dagangan lainnya untuk restorannya. Kali ini ia meminta Diah tetangganya untuk membantunya mengelola restoran yang ia buka di samping rumahnya. Dengan membawa tas belanjaan di tangan kanan dan kirinya yang penuh belanjaan, bu Meli berjalan menuju rumahnya. Bu Meli berjalan kaki karena jarak rumah dengan pasar cukup dekat. Sampai di depan rumah, ia pun menyebrang jalan. Namun naas, karena kurang hati hati ia tidak menyadari jika sebuah sepeda motor melaju kencang hingga menyerempet tangannya. Tak kuasa mengimbangi tubuhnya, bu Meli limbung ke kanan lalu...
Brugh...
Bu Meli jatuh ke aspalan hingga membuat kepalanya terbentur ke aspal serta membuat siku dan lututnya terluka.
" Awh." Pekik bu Meli kesakitan.
" Bu Meli... " Diah yang baru saja keluar dari restoran pun berteriak begitu melihat bu Meli tertabrak motor. Ia berlari menghampiri bu Meli.
" Astaga ibu, ya Tuhan. Kita harus ke rumah sakit." Diah begitu panik melihat darah segar menetes dari dahi bu Meli, ia segera berteriak meminta tolong. Tetangga yang mendengar teriakannya pun segera menghampirinya. Dengan di bantu salah satu warga, Diah membawa bu Meli ke rumah sakit.
Setelah mendapat perawatan dari dokter jaga, bu Meli di persilahkan pulang karena lukanya tidak serius. Keduanya meninggalkan ruang UGD tempat bu Meli di tangani. Saat keduanya melewati sebuah lorong, Vinna yang baru keluar dari ruang rontgen pun melihatnya.
" Ibu." Gumam Vinna membuat Ryan yang mendorong kursi rodanya menghentikan langkahnya.
" Kau mengatakan sesuatu?" Tanya Ryan.
" Ah tidak." Sahut Vinna.
" Baiklah kita lanjut ke kamarmu." Ryan kembali mendorong kursi roda menuju ruang rawat Vinna.
Vinna terus menatap punggung ibunya yang semakin menjauh dengan perasaan yang sulit di artikan. Ingin rasanya ia berteriak memanggil ibunya lalu memeluknya dengan erat dan memohon pengampunannya. Namun ia tidak mau membuat ibunya semakin terluka setelah keadaannya menjadi seperti ini. Biarlah ibunya mengira jika dia sudah bahagia hidup bersama dengan kekasihnya.
Sedangkan bu Meli merasa seperti ada yang memanggilnya, ia menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang. Namun sayang, Vanni sudah berbelok menuju ruangannya hingga bu Meli hanya bisa melihat punggung Ryan yang mendorong kursi roda.
" Ada apa bu?" Tanya Diah menatap bu Meli.
" Entah mengapa aku seperti merasakan kehadiran Vinna. Apa mungkin Vinna ada di sini?" Ujar bu Meli.
" Itu mungkin hanya perasaan ibu saja, ibu terlalu merindukannya." Sahut Diah.
Benarkah aku terlalu merindukannya? Tapi jujur memang aku sangat merindukannya. Gadis kecil yang ia gendong dan ia susui semasa kecil kini telah pergi meninggalkannya dan lebih memilih kekasihnya. Ibu mana yang tidak hancur hatinya jika mendapat perlakuan seperti itu dari anaknya? Rasanya sakit... Namun tidak berdarah.
Bu Meli dan Diah melanjutkan langkahnya menuju jalan raya. Mereka pulang menggunakan taksi karena tetangga yang tadi mengantarnya sudah pulang lebih dulu. Sampai di depan rumah, Diah membantu bu Meli turun dari taksi. Bu Meli terkejut, ternyata di sana sudah ada Reval yang berdiri di depan pintu.
" Ibu, ibu kenapa?" Reval segera menghampiri ibu mertuanya dan membantunya berjalan masuk ke dalam.
" Tidak apa apa." Lirih bu Meli.
" Maaf Den, bu Meli mengalami kecelakaan. Beliau kesrempet sepeda motor yang melaju kencang tadi." Jelas Diah.
" Sepertinya dia terlalu kencang hingga membuat dahi ibu di balut perban. Bodoh!" Ujar Reval dalam hati. Ya memang kejam, Reval yang merencanakan semua ini untuk memancing kedatangan Vanni. Ia berharap bu Meli akan mengabari Vanni tentang kejadian ini dan membuat Vanni kembali ke rumahnya.
" Lain kali lebih hati hati bu." Ujar Reval memapah bu Meli. Sampai di kamar, Reval membantu bu Meli berbaring di atas ranjang.
" Ibu aku ke bawah dulu." Ujar Reval. Ia harus menghubungi orang suruhannya untuk memberi peringatan karena hampir saja membuat ibu mertuanya celaka. Padahal perintahnya tidak boleh sampai bu Meli terluka, cukup terjatuh kecil saja.
Bu Meli membalasnya dengan anggukkan kepala. Reval segera keluar dari kamar ibu mertuanya. Sedangkan Diah duduk di tepi ranjang sambil memijat kaki bu Meli, sampai ponsel Diah berdering tanda telepon masuk. Diah menatap bu Meli di balas anggukkan oleh bu Meli yang seolah mengerti telepon dari siapa itu.
" Hallo."
" Hallo mbak Diah, ada apa tadi meneleponku? Maaf tadi aku sedang mandi jadi tidak dengar kalau ponselku berbunyi." Rupanya tadi Diah mencoba menghubungi Vanni untuk mengabari tentang kecelakaan yang di alami oleh ibunya.
" Ibu kecelakaan Van."
" Apa????" Vanni benar benar panik mendengar hal itu. Diah memberikan ponselnya pada bu Meli tanpa menyahut ucapan Vanni.
" Hallo sayang." Sapa bu Meli.
" Ibu, ibu tidak apa apa? Apa ibu baik baik saja? Bagaimana bisa ibu kecelakaan? Apa yang sebenarnya terjadi bu? Kenapa ibu tidak hati hati? Kalau begini aku jadi khawatir meninggalkan ibu sendirian. Apa aku pulang saja bu agar ibu ada yang menjaga." Cerocos Vanni.
" Tenanglah sayang! Ibu tidak apa apa. Jangan khawatir! Ibu hanya kesrempet motor saja karena kurang hati hati waktu menyebrang tadi. Ibu hanya lecet lecet saja. Tidak ada luka serius sayang." Sahut bu Meli membuat Vanni merasa sedikit lega. Setidaknya ibunya baik baik saja.
" Syukurlah kalau begitu, lain kali ibu harus lebih hati hati." Ujar Vanni.
" Iya sayang. Kamu apa kabar di sana? Apa kamu betah di sana?" Tanya bu Meli yang begitu merindukan putrinya.
" Aku baik baik saja bu, aku juga betah di sini. Perasaanku lebih baik setelah berada di sini. Bibi sama mas Rayhan sangat baik padaku bu, ibu tidak perlu khawatir! Ibu juga harus jaga diri baik baik ya." Sahut Vanni.
" Tentu sayang, oh ya masalah surat perceraianmu Reval sudah mengetahuinya. Tapi dia tidak mau menandatangani surat itu. Dia bilang dia tidak akan pernah menceraikanmu sampai kapan pun." Jelas bu Meli.
" Tidak apa apa bu, mau dia tanda tangan atau tidak aku tetap akan menceraikannya. Aku ingin menjalani kehidupan baru dengan status baru bu. Aku tidak mau lagi terikat dengan pria sepertinya." Ujar Vanni.
" Iya sayang, lakukan apa yang menurutmu benar. Oh ya Reval ada...." Belum juga bu Meli memberitahu jika ada Reval di sini, tiba tiba suara Reval mengagetkannya.
" Ibu, apa itu Vanni?" Tanya Reval karena sayup sayup ia mendengar bu Meli menyebut sayang. Vanni di buat panik saat mendengar suara Reval dari sebrang sana. Begitupun dengan bu Meli, ia merasa gugup tidak tahu harus menjawab apa. Ia tidak boleh sampai keceplosan menyebut nama Vanni. Satu satunya cara adalah mematikan sambungan teleponnya. Namun saat ia hendak mematikan sambungan teleponnya Tiba tiba Reval merebut ponselnya.
" Reval.." Bu Meli mencoba mencegahnya namun suara di sebrang sana mengejutkannya.
Siapakah dia? Tunggu di bab selanjutnya...
TBC...
🤣🤣
Pasti dia pria lain ...bisa jadi itu selingkuhannya atau pria bayaran yg Reval sewa🤪
Betapa brengseknya dia
Dan pria itulah yg jadi pilihanmu
Hoi nyadar,kamu hanya jadi salah satu wanita pemuasnya dan gak lebih 😜😜
hihihi..mampus kau🤭🤭