NovelToon NovelToon
The Second Wife

The Second Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Poligami / Cinta setelah menikah
Popularitas:13.1k
Nilai: 5
Nama Author: Gilva Afnida

Pergi dari rumah keluarga paman yang selama ini telah membesarkannya adalah satu-satunya tindakan yang Kanaya pilih untuk membuat dirinya tetap waras.

Selain karena fakta mengejutkan tentang asal usul dirinya yang sebenarnya, Kanaya juga terus menerus didesak untuk menerima tawaran Vania untuk menjadi adik madunya.

Desakan itu membuat Kanaya tak dapat berpikir jernih hingga akhirnya dia menerima tawaran Vania dan menjadi istri kedua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gilva Afnida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Setelah kemarin melakukan percakapan panjang dengan Vania dan mengatakan sumpah janjinya, Kanaya sebisa mungkin untuk menghindari Adnan seharian ini. Meski beberapa kali dirinya berpapasan dengan Adnan, dia lebih memilih diam dan menundukkan kepalanya. Hal itu lebih baik baginya dibanding nanti dituduh menjadi perebut hati suami wanita lain. Kanaya sangat anti tentang hal itu!

Nanti setelah semua tugasnya di sini selesai, sebisa mungkin Kanaya akan pergi tanpa melibatkan perasaannya di sini.

Seperti biasa, Kanaya sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumah tepat saat waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Dia segera kembali masuk ke dalam dapur untuk makan malam, namun langkahnya terhenti di depan pintu dapur saat terdengar suara seseorang tengah berteriak dari arah luar dan mengetuk pintu.

"Vania! Buka pintunya. Ini mama, Nak."

Rupanya itu adalah Helga. "Ngapain nenek lampir datang malam-malam ke sini?" gumam Kanaya.

Kanaya menengok ke lantai dua, tak ada suara atau pergerakan dari Vania. Mungkin saja wanita itu tengah terlelap hingga tak mendengar suara dobrakan dan teriakan yang cukup keras dari ibunya. Jadi Kanaya menuju ke pintu utama untuk membukakan pintu. Niatnya hanya untuk mempersilahkan Helga masuk dan membiarkan dia mencari sendiri Vania yang masih berada dalam kamar.

Saat Kanaya membuka kunci dan pintu terbuka, tiba-tiba saja Helga melesak masuk sambil melayangkan tamparan cukup keras di pipi hingga Kanaya terjatuh di atas lantai. Kanaya merasakan pipinya berdenyut nyeri dan panas. Badan Helga dua kali lipat lebih besar darinya, sudah pasti tenaga yang digunakan Helga juga lebih mantap hingga membuat Kanaya tersungkur di atas lantai.

Kanaya menatap Helga dengan mata yang berkaca-kaca. "Kenapa tante tiba-tiba menamparku?"

Helga yang seperti dirasuki oleh setan pun malah menjambak rambut Kanaya dengan erat. "Dasar kamu ya, anak setan! Pasti kamu kan yang bikin anakku diusir dari sini sampai nangis-nangis di rumah."

Kanaya berusaha melepas cengkeraman Helga dari rambutnya yang rapuh. Dia berulangkali berteriak sambil menahan sakit akibat cengkraman tangan Helga yang begitu kuat. "Lepasin, Tante! Lepas!" teriaknya.

"Enggak! Kalau bisa mati aja kamu, mati!" Helga semakin membabi buta, dengan kencang dia menyeret rambut Kanaya yang masih terduduk di lantai hingga tubuh Kanaya ikut terseret.

Sungguh rasa sakit yang dirasakan Kanaya tak dapat dia ungkapkan dengan kata-kata, dia hanya mampu mengeluarkan teriakan demi teriakan sambil berusaha meronta-ronta agar Helga mau melepaskannya.

"Astaga! Mama! Apa yang mama lakukan?" Adnan segera menghampiri Helga dan berusaha untuk menarik cengkeraman Helga di rambut Kanaya.

Adnan baru saja pulang dari kantornya, dia segera masuk ke dalam rumah begitu mendengar suara jeritan dari Kanaya. Betapa terkejutnya dia mendapati kekacauan yang dilakukan ibu mertuanya terhadap Kanaya.

"Mama!" Vania yang mendengar kekacauan pun ikut turun dari lantai dua dengan tergesa-gesa.

"Lepas, Ma! Naya bisa mati kalau begini caranya!" teriak Adnan sambil menarik tubuh Helga.

Masih dengan kesetanan, Helga berteriak, "Biarin! Biarin dia mati! Anak jalang gak tahu diri kayak dia harus mati! Jangan sampai keluargaku hancur karena hasutan dari mulutnya yang busuk!"

Adnan berhasil menarik Helga dengan sekuat tenaga, dia juga menahan Helga yang masih meronta-ronta. "Lepas! Lepasin mama!" teriak Helga.

Vania pun membantu Kanaya untuk berdiri, dia memeluk Kanaya yang nampak berantakan, wajahnya penuh air mata dan tubuhnya gemetar ketakutan.

"Ngapain kamu peluk anak jalang itu, Vania? Dia harus diberi pelajaran supaya tidak lancang!" teriak Helga masih berusaha melepas cengkeraman tangan Adnan.

"Ma, maksud mama apa sih? Kenapa tiba-tiba datang ke sini malam-malam sampai berbuat keributan?" tanya Vania.

"Tania pasti kamu pulangkan paksa karena ulah anak jalang itu kan? Iya kan? Pasti gara-gara dia kamu jadi bertengkar dengan adik kamu sendiri." Mata Helga menampilkan kilatan amarah yang luar biasa pada Kanaya.

Vania menghela napasnya berat, menatap sendu pada sang ibu yang masih saja melemparkan kekesalannya pada Kanaya yang tidak bersalah. "Tania memang bersalah sampai aku harus memulangkan dia secara paksa, Ma. Dia..."

Vania bahkan tak mampu meneruskan ucapannya. Kedua matanya nampak berkaca-kaca hingga Helga menatapnya heran. "Dia kenapa, Vania?"

"Dia merencanakan sesuatu agar bisa tidur dengan Mas Adnan, Ma." Vania memejamkan matanya saat mengucapkan kata itu. Hatinya masih sakit saat mengingat niat buruk yang hendak Tania lakukan. Dia juga tak sanggup untuk melihat ekspresi sang mama yang pastinya sangat hancur.

"Gak mungkin... gak mungkin Tania yang melakukannya, dia pasti sudah dijebak oleh anak jalang i-"

"Ma! Stop memanggil Naya dengan anak jalang! Justru dia lah yang selalu membantu Vania selama ini. Kalau bukan karena dia, sudah pasti Mas Adnan akan meniduri Tania akibat obat perangsang yang sengaja diberi Tania dalam minumannya Mas Adnan. Kalau mama gak percaya dengan kelakuan Tania, aku ada buktinya kok di ponsel. Sengaja aku gak cerita ke mama atau papa karena gak ingin buat keributan di keluarga kita. Bayangkan kalau papa sampai mendengar ini? Aku gak yakin kalau papa akan diam saja tidak melakukan apapun untuk menghukum Tania.

Lutut Helga melemas seketika hingga dia menjatuhkan diri di atas lantai. Adnan melepaskan cengkeramannya pada ibu mertuanya itu, lalu dia menatap Kanaya dengan sedih.

Sebenarnya Helga enggan percaya jika putri bungsunya itu hendak merusak rumah tangga kakaknya sendiri. Dia kembali teringat dengan kelakuan suaminya yang mirip dengan apa yang dilakukan putri bungsunya itu. Apakah perbuatan buruk dari orang tua akan menurun pada anaknya?

Helga tak tahu, yang jelas kini hatinya teramat hancur. Anak yang selalu dibanggakannya itu malah mampu berbuat keji pada saudaranya sendiri.

"Sudahlah, Ma. Lebih baik mama pulang sebelum aku panggil papa untuk menjemput mama ke sini," ancam Adnan karena merasa muak dengan kelakuan mertuanya yang diluar nalar.

Helga yang sadar pun perlahan bangkit. "Jangan, Nak. Jangan sampai papamu tahu tentang masalah ini."

Adnan menghela napasnya. "Kalau bukan karena kebaikan hati Vania, aku pasti sudah membuat Tania mempertanggungkan perbuatannya."

Helga memegang tangan Adnan sambil menatapnya dengan memohon. "Tolong maafkan perbuatan Tania, Adnan. Dia masih kecil, masa depannya masih panjang. Jadi mama mohon jangan hukum dia ya."

"Kalau mama mau minta maaf pada Kanaya atas perbuatan mama tadi, aku akan maafkan perbuatan Tania," ujar Adnan.

Helga sangat terkejut. "Ba-baiklah, mama akan minta maaf sama dia." Setelah itu dia membalikkan badannya kaku, menatap Kanaya yang masih nampak berantakan akibat ulahnya.

Kanaya sendiri mengeratkan tangannya di lengan Vania karena sedikit trauma dengan kelakuan Helga yang membabi buta. Rasa sakit dan nyeri masih sangat terasa di sekujur kepalanya.

Helga memejamkan mata sambil menarik napasnya dalam. Dia harus mengatur emosinya di depan Kanaya demi putri bungsunya. "Maafkan, Tante ya Naya."

1
Muhammad Malvien Laksmana
Luar biasa
Muhammad Malvien Laksmana
Biasa
Endah Windiarti
Luar biasa
Jessica
ceritanya bagus penulisan nya juga tertata g bikin jenuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!